17. Syafiq Nakal, Alvin Senang

Start from the beginning
                                    

Alvin membuka matanya ketika mobil berhenti tepat di depan rumahnya. Alvin memandang Diandra sebentar.

"Makasih banyak Di, kalau nggak ada kamu nggak ngerti deh saya harus gimana," Alvin tersenyum sebagai tanda terima kasih.

"Ah iya, sama-sama Pak," bagai magnet senyum Alvin membuat Diandra tersenyum juga.

"Kamu pulang gimana?" tanya Alvin, ia tidak boleh egois dirinya sudah selamat sampai rumah, sedangkan orang yang menolongnya tidak tau bagaimana caranya pulang.

"Saya sudah telepon supir saya Pak untuk mengikuti arah mobil Bapak."

Alvin mengangguk dan tersenyum, lalu Alvin turun dari mobil bersamaan dengan Diandra.

"Sekali lagi terima kasih Di."

Diandra terkikik pelan, "Ah Bapak lebay, dari tadi terima kasih terus."

"Hahaha, ya sudah saya masuk dulu, hati-hati Di."

"Oke Pak, cepat sembuh!" Diandra tersenyum sambil berjalan menuju mobil miliknya yang letaknya tidak jauh dari rumah Alvin.

Alvin tidak sadar, kalau di jendela rumahnya terdapat wanita yang sedang mengamatinya dengan wajah yang sulit diartikan. Ketika Alvin berjalan menuju pintu, wanita itu berlari ke arah dapur.

"Assalamuallaikum," sahutan beberapa suara terdengar di telinga Alvin.

Alvin berjalan menuju sofa karena terlalu pusing tubuhnya jatuh mengenai meja dan terdengar suara yang gaduh akibat benturan tubuh Alvin dengan benda itu. Setelahnya keadaan semuanya menjadi gelap. Alvin pingsan!

✈️✈️✈️

"Dia sakit?" Maira memegang dahi Alvin.

Sekarang Alvin sudah berada di dalam kamarnya, Maira, mbok Sum, dan mbak Tika yang membantu menggotong Alvin. Syukurlah pekerja rumah Maira belum pulang kalau tidak ada mereka Maira tidak tahu harus melakukan apa pada suaminya ini.

Maira ingin mengambil kompresan air panas, tapi langkahnya terhenti ketika sebuah tangan besar menahannya.

"Jangan pergi," ucap Alvin, nada suaranya lemah, pria itu masih memejamkan matanya.

Maira merasa iba melihat Alvin yang terbaring lemah di atas kasur. Pelan-pelan Maira memindahkan tangan Alvin dari genggaman tangannya, ke kasur. Ketika sudah aman Maira menuju dapur untuk mengambilkan kompresan.

Maira memeras kain yang basah lalu menaruhnya di dahi Alvin, setelahnya begitu lagi. Ketika kain sudah mulai kering Maira membasuhnya lagi dan diperas lalu menaruhnya di dahi Alvin dengan hati-hati.

Tidak lama lagi adzan magrib berkumandang, Maira ragu untuk membangunkan Alvin atau tidak. Tapi Maira harus membangunkannya dan menanyakannya kuat tidak untuk shalat, kalau tidak kuat dan benar-benar tidak kuat Maira membiarkan Alvin beristirahat.

"Alvin bangun, shalat maghrib."

Tidak ada jawaban. Alvin masih memejamkan matanya, Maira membangunkannya sekali lagi.

"Hey Alvin bangun," Maira menepuk-nepuk pelan pipi Alvin.

Alvin masih setia memejamkan matanya yang membuat Maira akhirnya keluar dari kamar Alvin untuk menunaikan shalat magrib.

Untukmu ImamkuWhere stories live. Discover now