✓Extra Part || Bawel✓

Start from the beginning
                                    

"Dosa Za, gak mau di templokin suami sendiri." Gerutu Adam

Zara tidak menggubris perkataan Adam, ia sibuk membantu Anissa yang memakan es krim cokelat kesukaan nya.

Adam mencolek Zara yang sibuk dengan Anissa, "Aku juga mau di suapi." Ucap Adam dengan telunjuk menunjuk mulutnya yang terbuka.

"Kan bisa sendiri." sergah Zara.

Adam mengerucutkan bibir,"Maunya di suapi kamu." gerutunya.

Zara menuruti permintaan random Adam, dengan cepat ia menyuapi suaminya yang super bawel itu dengan satu sendok penuh es krim matcha.

"Gimana enak?"

Ngilu bercampur dengan rasa manis dan lembut meleleh sempurna di mulut Adam, lidahnya kelu karena dinginnya es krim yang di suapkan Zara.

"Ayah Bunda, kapan Anissa punya dede?"

Pertanyaan Anissa membuat Adam dan Zara tersedak bersamaan, saling meleparkan kode satu sama lain. Zara dan Adam untuk menjelaskan pada anak sekecil Anissa.

"Nanti kalau Anissa udah besar." Jawab asal Adam.

"Aku udah sekolah ayah." protes Anissa.

Adam tidak boleh kalah,"Tapi belum bisa mandi sendiri kan?"

Anissa terdiam berpikir, "Tapi teman Anissa udah punya adik, aku juga pengen punya adik."

Adam terdiam, ia mengaku kalah dengan Anissa hingga melemparkan kode pada Zara untuk mengambil alih perdebatan.

"Anissa sayang, nanti pasti punya adek. Tapi adeknya sekarang masih tidur. Nanti saatnya udah bangun pasti kita ketemu."

Zara memejamkan mata, dia sendiri pusing mendengarkan penjelasannya apalagi Anissa.

"Sayang kamu pucet gitu?" Pertanyaan Adam membuat Zara membuka matanya.

"Tiba-tiba mual, pusing juga," jawab Zara pelan.

Adam memutuskan untuk mengajak Zara pulang, karena ia tak ingin mengambil resiko Zara jatuh pingsan di tempat umum.

"Periksa yuk." Ajak Adam dengan mata masih fokus ke jalan.

Zara menggeleng dengan mata masih terpejam.

"Bunda sakit?"

"Nggak sayang, bunda cuma ngantuk"

"Jangan sakit bunda." Anissa memeluk Zara dari arah belakang kursi penumpang.

"Iya sayang." Zara mencium Anissa sayang, bau wangi rambut Anissa mengurangi rasa mual Zara.

***

"Kenapa nangis?". Tanya Adam saat melihat Zara sudah sesegukan, sambil melihat sebuah gambar, yang ternyata sebuah foto USG.

"Dia kecil". Zara mengamati, air matanya sungguh tidak bisa ia tahan. Beralih ia mengelus perutnya yang masih rata."Assalamualaikum, anak bunda". Ungkapnya.

Adam lalu memeluk Zara, ia mengecup pelipis istrinya dengan sayang. Adam menangkup pipi Zara, membuat Zara mengadah menghadap Adam.

"Terima kasih". Ucapnya lalu ia mencium kening Zara. "Assalamualaikum, anak ayah". Adam mengelus perut istrinya.

"Ayaah, bundaaa". Teriak Anissa saat memasuki kamar tidur orang tuanya. "Adek mana?" tanya polos Anissa.

"Sini sayang, adek masih di dalam perut bunda". Zara mengarahkan tangan mungil Anissa ke perutnya.

"Dimana? Anissa nggak melihatnya, Ayah". Tanya Anissa masih belum mengerti.

"Adek masih di dalam, nanti kalau perut bunda udah besar. Dan adek lahir Anissa bisa lihat adek". Jelas Adam.

Zara yang memperhatikan komunikasi anak dan ayah itu pun menangis haru, hormon kehamilannya membuat Zara gampang menangis dengan hal kecil.

"Bunda nangis, apa adek nakal". Tanya Anissa saat tau Zara menangis.

Zara menggeleng, lalu dengan cepat ia menghapus air matanya yang siap menetes kembali, ia tersenyum kepada Anissa. "Bunda baik-baik saja, bunda nangis karena bahagia. Sekarang Anissa akan punya adek sebentar lagi".

Anissa memeluk Zara, lalu ia menyentuh perut Zara kembali."Adek jangan nakal yaa, kakak sayang adek".

"Ciap kakak anica cayang". Suara Zara menirukan anak kecil.

Adam terharu sekali lagi ia memeluk anak dan istrinya, sungguh ia sangat bahagia saat ini.

Adam berbisik," I Love You, My Wife".

****










Bunda Untuk Anissa (END)Where stories live. Discover now