Part 9

12 2 0
                                    

"Ah, aku lelah sekali," ucapku seraya meregangkan kedua tanganku ke atas. Kyung Hee yang datang dengan nampan berisi secangkir es kopi dan muffin keju mendengus melihatku. Sudah dua jam lebih aku di kafenya. Berkutat dengan laptop untuk menyelesaikan target dari Pak Caleb. Pusing sendiri dan akhirnya meminta Kyung Hee membuatkan lagi menu yang biasa aku pesan.

"Biar kutebak," ucapnya begitu mengambil tempat di hadapanku. "Kau pasti tidak sempat mandi dari kemarin."

"Benar," sahutku, kemudian menyedot kopi pesananku. "Semua ini gara-gara Pak Caleb."

"Gwenchana," kata Kyung Hee yang masih duduk menemaniku. "Ini tandanya dia bersungguh-sungguh membimbing kalian."

"Ya! Kau tidak dimarahi duduk-duduk di sini?" tanyaku kepada Kyung Hee yang sebetulnya saat ini sedang bertugas menjaga kafe.

"Sedang tidak banyak pelanggan, jadi tidak apa-apa."

"Kau sendiri bagaimana? Kapan akan mulai penelitianmu?"

"Mungkin semester depan.Ah, entahlah. Saat ini aku lebih perlu uang daripada kuliah. Aku bahkan berencana untuk mencari kerja tambahan lagi."

"Ya! Kau juga harus fokus dengan kuliahmu," kataku mencoba mengingatkan Kyung Hee.

Kyung Hee menghembuskan napas, "Baiklah," ucapnya dengan suara lemah, "ngomong-omong gimana ceritanya Woobin oppa bisa membawa pacarnya lagi?"

"Aku juga tidak tahu," kataku. "Dia selalu menghindar setiap kali aku tanya. Ibu juga sibuk menjamu kakek dan nenek di rumah. Dan, aku tidak punya waktu untuk mengobrol dengan mereka gara-gara verbatim ini. Jadi, yah. Biarlah. Aku juga tidak peduli."

"Ayahmu bagaimana?"

"Ayah? Astaga! Mereka sudah persis seperti kakek dan cucu asal kau tahu."

"Sama anaknya si perempuan itu?"

"Siapa lagi?"

"Heol!" Kyung Hee menggeleng-gelengkan kepala. Terlihat takjub dengan cerita keluargaku.

Aku sedang asik menikmati muffin keju kesukaanku saat mataku menangkap sosok yang begitu kukenali melangkah memasuki pintu kafe. "Oppa!" teriakku seraya melambaikan tangan ke arah Kyunsang yang baru saja memasuki pintu kafe.

Kyung Hee menolehkan kepalanya ke belakang. "Ya! Kalau begitu aku kembali dulu," ucap Kyung Hee seraya bergegas mengambil nampannya.

"Kyung Hee yya, annyeong!" Kyunsang yang sudah berdiri di dekat meja kami, menyapa Kyung Hee. Membuat langkah Kyung Hee terhenti.

Kyung Hee pun membalas sapaan Kyunsang, "Nde, annyeonghasaeyo Soenbaenim." Lalu berlalu dari hadapan kami.

Aku menatap Kyunsang dan bertanya kepadanya, "Oppa tahu dari mana aku ada di sini?"

"Kyung Hee," sahut Kyunsang seraya mengambil tempat di kursi yang sebelumnya diduduki oleh Kyung Hee.

"Nde?"

"Aku tadi mengirim pesan kepada Kyung Hee, bertanya apa dia sedang bersama Jongsuk. Tapi, katanya dia sedang bekerja dan ada kau di sini."

Entah kenapa, begitu mendengar penjelasan Kyunsang, aku jadi tersipu. Dia bilang dia ke sini karena mengetahui keberadaanku dari Kyung Hee. Bagaimana aku hatiku tidak berbunga-bunga mendengarnya?

"Ah..." aku mengangguk-anggukan kepala sambil berusaha menahan senyumku agar tidak semakin lebar.

Kyunsang lantas bangkit berdiri, "Kau mau sesuatu? Biar aku pesankan," kata Kyunsang yang aku jawab dengan gelengan kepala.

Maginot Line (Complete)Where stories live. Discover now