Part 5

20 2 0
                                    

Aku mematut lagi penampilanku di depan cermin. Mengenakan dress berwarna biru toska yang dilapisi dengan kardigan panjang seperempat lengan. Aku juga mengenakan high heels untuk menunjang penampilanku malam ini. Pokoknya aku harus memanfaatkan kesempatan ini sebaik mungkin untuk melakukan pendekatan dengan Yoon Kyunsang. Tapi, bagaimapun aku mempersiapkannya, tetap saja aku dirundung rasa tidak percaya diri.

"YA! Kau yakin ini tidak berlebihan?" tanyaku kepada Kyung Hee yang menemaniku melalui video call. Padahal saat itu Kyung Hee sedang bekerja.  Aku tahu dia sedang sibuk, tapi aku perlu dia. Aku perlu pendapatnya terkait penampilanku.

"Anhi, gwenchana," ucap Kyung Hee menenangkan, "Itu tidak berlebihan, kok. Arraseo. Jamsimanyo—Seojung ah, aku harus kembali bekerja."

"Geurae?"

"Iya. Aku tutup dulu, ya. Semangat!"

"Baiklah."

Aku sedih begitu Kyung Hee memutus sambungan video-call kami. Karena aku masih merasa tidak percaya diri. Tapi, mau bagaimana lagi? Sebentar lagi Kyunsang akan tiba. 

Oke, baiklah. Kim Seojung, tenang. Semua akan baik-baik saja.

-

Lima menit kemudian, Kyungsang mengirim pesan kepadaku, mengatakan bahwa dia sudah tiba di depan rumah. Aku bergegas mengambil tas jalan. Menyisir sekali lagi rambutku di depan cermin. Melihat penampilanku sejenak. Dan, dengan mantap melangkahkan kaki keluar kamar.

"YA! Kau mau ke mana?" tanya Woobin begitu melihatku. Aku tidak menggubrisnya dan bergegas membuka pintu rumah. Kyunsang sudah menungguku di dalam mobilnya.

Saat melihatku, Kyunsang keluar dan mempersilakanku masuk ke mobil. Setelah itu, kami berdua meluncur untuk menuju tempat makan malam. Aku tidak tahu dia akan membawaku makan malam di mana dan aku memutuskan untuk tidak bertanya.

Selama berdua dengannya di dalam mobil, aku merasa begitu kikuk. Jantungku berdebar tidak karuan. Padahal, aku tidak pernah sekaku ini dengan Kyunsang. Aku bertanya-tanya di dalam hati tentang apa yang Kyunsang pikirkan tentangku? Bagaimana jika dia hanya menganggap ini makan malam biasa? Tidakkah aku terlalu berlebihan?

Aku tersadar begitu Kyunsang memarkirkan mobilnya di depan sebuah kafe.

"Oh?" ucapku seketika menyadari tempatnya. Aku sangat mengenali tempat ini.

Aku menatap Kyunsang yang tersenyum sambil mematikan mesin mobilnya. "Kau pasti sangat familiar ya dengan tempat ini?" ucapnya. Astaga, dari sekian banyak tempat, kenapa dia memilih kafe tempat Kyung Hee bekerja?

"Gwencahana?" tanyanya yang mau tidak mau aku sahut dengan anggukan kepala. Sial!

"Nde gwenchana."

Kami pun melangkah memasuki kafe. Kyung Hee yang berdiri di belakang bar membulatkan matanya melihat kedatanganku. Aku hanya bisa menggigit bibir bawah dan menundukkan wajah. Menghindari tatapan Kyung Hee yang saat itu pasti tengah tertawa bahagia di dalam hati.

Kyunsang membawaku duduk di bangku yang berdekatan dengan dinding kaca. Ia melangkah menuju bar untuk memesan menu. Tak lama dia datang lagi dengan membawa nampan berisi makanan dan gelas kopi di tangannya.

"Kau benar tidak apa-apa, kan?" tanyanya.

"Nde, gwenchanayo," ucapku sambil meringis kecil.

"Aku suka tempat ini," kata Kyunsang sambil mendekatkan piring dan kopi ke arahku.

"Ya, aku juga," ulangku seraya meringis kikuk. Melirik sekali lagi ke arah bar dan melihat Kyung Hee yang sedang memperhatikanku dengan wajah menahan tawa.

Maginot Line (Complete)حيث تعيش القصص. اكتشف الآن