Bagian Tiga - Tidak disangka

Start from the beginning
                                    

"Ke rumah Salwa, Bun, ada sedikit urusan," jawab Najwa dengan menenteng tas kecilnya.

"Pulangnya jangan sore-sore, takut kehujanan."

"Iya, Bun. Assalamualaikum." Najwa berjalan menuju garasi rumah.

"Waalaikumusalam, hati-hati."
Dengan segera, Najwa pun berlalu menggunakan motornya. Dan semoga Salwa ada di rumah, tidak ke mana-mana.

Seperti biasa rumah Salwa selalu sepi, kedua orangtuanya memang sudah tidak ada. karena itu Salwa tinggal sendiri dengan usaha onlinenya. Tapi, Salwa perempuan yang kuat dan tegar, juga, ia tidak sudah dikasihani.

"Ada apa lagi?" Salwa yang hafal betul kedatangan Najwa, baru saja Najwa memarkirkan motor, sudah ada pertanyaan horor. Najwa langsung menghampiri Salwa dengan wajah cantiknya.

"Gimana semalam?" pertanyaan kedua dari Salwa. Salwa yang sedang duduk di kursi depan rumahnya dengan beberapa kotak camilan, lalu Najwa pun ikut duduk di sebelahnya.

"Nih," jawab Najwa dengan memamerkan cincin perak yang dipakainya.

"Tunangan? Kok?" Salwa seolah tidak percaya dengan kebenaran. Najwa hanya mengangguk dengan senyuman tipis, namun terlihat menyimpan beban berat.

"Kalau sudah tunangan itu harusnya bahagia, kok kayak menyimpan beban gitu? Terpaksa terima? Atau gimana?" hari ini Najwa panen pertanyaan dari temannya ini, kenapa tingkat kepo Salwa bisa melonjak.

"Bisa satu-satu, gak?" balas Najwa dengan menyenderkan tubuh mungilnya di dada kursi.

"Iya, gimana?" tanya Salwa kembali.

"Jadi, mereka datang, menawarkan ta'aruf, eh dengan khitbah, eh mau nentuin tanggal nikah, aku kan kaget, iya gitu," jelas Najwa dengan wajah datar, membuat Salwa tidak puas dengan jawaban asalnya itu.

"Yang jelas dong, Naj!" Komentar Salwa dengan berbalik menghadap Najwa.

Najwa mulai mengambil napas, ia kembali menata Salwa dengan tatapan permintaan.

"Ayolah itu bukan hal yang penting, ada hal yang jauh lebih penting."

Salwa menelusuri tatapan Najwa dengan penuh tanda tanya, sepenting apa yang dimaksud.

"Apa?"

"Kita harus cari tahu tentang Mas Akbar, aku, kan, baru mengenalnya, bantuin yah." Bagi Salwa hal itu bukan kepentingan dirinya, tapi kenapa Najwa mengucapkan kata, 'kita'.

"Itu urusan, kamu. Kok jadi kita, sih!" tegas Salwa dengan camilan yang segera dikunyahnya. Tidak berhenti di sana, Najwa langsung beranjak dan jongkok di hadapan Salwa dengan wajah memohon

"Ayolah, bantuin, Sal," pinta Najwa. Sementara Salwa hanya terbahak, tidak disangka temannya bisa berbuat ngaco seperti ini.

"Bangun, Naj, kamu gak malu kayak gitu? Iya, iya aku bantu. Jadi gimana?" Salwa berbalik tanya.

"Kita sekarang ke rumah sakit," Najwa yang beranjak dari jongkoknya dengan senyuman penuh kemenangan. Bisa dibilang meminta bantuan Salwa sangat gampang.

"Kok ke rumah sakit? Dia sakit?" tanya Salwa.

"Kan, dia Dokter," jawab Najwa.
Dan ini kali pertamanya Salwa tahu, kalau Akbar adalah Dokter.

***

Seperti yang telah direncanakan tadi, kini Najwa dan Salwa telah sampai di rumah sakit, tepat Akbar bertugas. Keduanya duduk di kursi tunggu, dan entah apa yang akan dilakukannya di sini.

"Terus kita ngapain?" Salwa yang kebingungan dengan permintaan Najwa, dan dengan santainya Najwa menaikkan bahu dan menggeleng.

"Lah?" protes Salwa. Ada yah guru yang terkenal kalem di sekolah, tapi absurd di depan temannya.

"Kamu yakin bisa dapat informasi, di sini?"

"Sedikit," jawab Najwa dengan begitu santainya.

Sorot mata Najwa terhenti di meja informasi, mungkin ia bisa mendapatkan informasi lain mengenai sosok Akbar yang terlihat sempurna di mata para pasien. Bagaimana tidak sempurna, di belakang Najwa terdengar bisik-bisik para pasien yang sedang membicarakan Akbar dengan segala kelebihannya. dimulai: ia ganteng, baik, sopan, pintar, cekatan, baik hati, dan sebagainya, makin penasaran, kan?

Najwa beranjak dari tempat duduknya dan menghampiri pihak administrasi, tanpa sepengetahuan Salwa.

"Ada yang bisa saya bantu, Mbak?" tanya salah satu pegawai rumah sakit. Najwa sedikit ragu menanyakan hal tersebut, tapi tidak salah jika berusaha.

"Tahu Dokter Akbar?" Najwa yang to the point'.

"Mbak ada janji sama dokter Akbar?"

"Saya ada keperluan. Mbak, Dokter Akbar itu gimana orangnya?" pertanyaan Najwa sontak membuat lawan bicaranya sedikit tertawa dan menggeleng.

"Mbak fans dokter Akbar?" tanya balik perempuan berbaju putih tersebut.

Najwa dibuat terkejut juga dengan pertanyaannya, ingin rasanya Najwa menjelaskan siapa dirinya. Tapi, ya bukan hal yang penting juga buat mereka.

"Maaf yah Mbak, untuk informasi Dokter ataupun pasien di sini tidak bisa kami sebarluaskan. Mohon maaf," jelas wanita tersebut. Dengan berat hati pun Najwa kembali ke tempat duduknya.

Tidak lama dari itu, Akbar tiba-tiba datang dengan menyodorkan kartu namanya.

"Jika ingin tahu banyak hal, temui kedua orang tua saya, di sini mereka tidak tahu apa-apa tentang kepribadian saya. Semoga bisa membantu." Najwa langsung menerima kartu nama tersebut. Terlebih ia pun dibuat malu karena Akbar mengetahui keberadaan Najwa dan temannya.

Beberapa detik kemudian Akbar sudah tidak ada di hadapannya. Dengan berat hati Najwa kembali pulang tanpa informasi apa-apa, selain kartu nama yang diberikan Akbar tadi.

********

Dear para pembaca
Mohon krisarnya.

Teti Nurhayati.

Liku Najwa (COMPLETE)Where stories live. Discover now