Extra Chapter Ali and Kayla

1.8K 75 0
                                    

Jam yang menempel pada dinding kamar sudah menunjuk pukul 22.35. Ali dan Kayla baru saja selesai melaksanakan shalat sunnah pengantin. Keduanya masih bergeming di atas ranjang hotel. Selepas shalat Jumat siang tadi, Ali memang sudah memesan hotel tak jauh dari rumah Hikam.

Kayla yang duduk di sampingnya merasa gugup luar biasa. Tangan gadis itu sibuk meremas ujung sprei. Sementara Ali menatap sang istri dari samping.

"Sayang?" panggil Ali pada Kayla sambil menyentuh punggung tangan gadis itu. Hal yang membuat Kayla berjengkit kaget. "Kok gugup gitu? Sini, jangan jauh-jauh."

Melihat Kayla yang masih menunduk dalam dan tangan gadis itu yang terasa dingin dalam genggaman, Ali tersenyum tipis. Pemuda itu mendekat, lalu memeluk tubuh Kayla. Dapat ia rasakan tubuh Kayla menegang dan sedikit bergetar. Ia paham, Kayla merasa asing dengan dekapannya.

"I love you, Sayang. Aa bahagia banget hari ini. Akhirnya, Aa bisa memiliki kamu." Ali menjeda ucapannya, lantaran Kayla masih bergeming. "Jangan pernah tinggalkan Aa, ya," lanjutnya dengan nada sendu.

Perlahan, Kayla membalas pelukan Ali. Gadis itu melingkarkan kedua lengannya pada pinggang Ali. "Aa kenapa?"

Ali diam saja. Pemuda itu mengeratkan pelukan. Sesekali diciumnya rambut hitam Kayla. Ia tersenyum kecil. Rambut lembut Kayla yang masih setengah basah begitu harum dan segar. Membuatnya ingin menghirup aroma itu sampai pagi menjelang.

Perlahan tapi pasti, Ali merebahkan tubuh Kayla di atas ranjang bertabur mawar merah. Pemuda itu masih dalam posisi memeluk Kayla. Sementara jantung Kayla sudah terasa ingin lepas dari tempatnya. Apalagi saat Ali menatap dalam kedua mata gadis itu.

"Kamu belum jawab permintaan Aa," ucapnya lembut. Pemuda itu menangkup kedua pipi Kayla. Tatapannya masih sama. Ia begitu takut dikhianati dan ditinggalkan. Mengingat beberapa tahun lalu Syafira menyelingkuhi dirinya. Meski sudah memaafkan, tapi ketakutan itu masih ada. Jika saat itu ia merelakan Syafira, tidak untuk kali ini. Tidak akan!

"Emm---yang mana?" beo Kayla lantaran diserang kegugupan luar biasa.

"Jangan tinggalkan Aa, Sayang. Jangan pernah, ok?"

Kayla mengerjapkan mata, mencoba menetralisir degup jantung yang menggila. Gadis itu tersenyum tipis. "Iya, A."

Senyum Ali mengembang mendengar jawaban dari gadisnya. Ia berjanji dalam hati untuk selalu menjaga senyum Kayla. Bagi pemuda itu, kini Kayla adalah sumber kebahagiaan, setelah orang tuanya. Tidak akan ia biarkan kebahagiaannya raib dari genggaman.

Ali mempertipis jarak antara wajahnya dengan wajah Kayla. Lagi-lagi ia merasakan kegugupan dalam diri sang istri. Bahkan, kini ia bisa melihat jelas dada Kayla naik-turun. Ia memaklumi, mengingat Kayla tidak pernah sedekat ini dengan laki-laki mana pun yang bukan mahram.

"Just relax, Sayang," bisik Ali tepat di depan wajah Kayla.

"Hmm---" Kayla hanya bergumam tidak jelas. Tidak tahu apa yang harus ia katakan.

"Kamu belum siap?"

Kayla terkesiap, panik lantaran takut Ali tersinggung. Gadis itu memberanikan diri menatap mata Ali. "Bu---bukan."

Ali mengernyitkan dahi, sebelum kemudian tersenyum tipis. "Enggak apa-apa kalau belum siap. Aa enggak maksa. Kita tidur, ya. Kamu pasti lelah. Good ni---"

"Eng---enggak, kok." Cepat-cepat Kayla memotong kalimat Ali. Ia sudah memantapkan hati untuk tidak menolak Ali malam ini.

Senyuman Ali kembali terukir. Kali ini terlihat sangat manis dan membuat Kayla terpana. "Ok, Sayang."

Kayla in Love (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang