12. Disturbed

629 57 0
                                    

Kayla memasukkan buku-buku yang harus ia bawa ke kampus hari ini. Tak lupa, gadis itu juga memeriksa tugas dari sang dosen killer yang tadi malam ia selesaikan. Berharap tak ada satu pun soal yang terlewat sebab semalam ia mengerjakan sambil memikirkan hal lain.

Malam telah berlalu sejak Andira mengutarakan keinginannya untuk berhijab. Itu benar-benar menyita pikiran Kayla. Bukan karena ia tidak suka, melainkan khawatir jika keinginan itu hanya keinginan sesaat. Apalagi kalimat itu terlontar setelah terjadi perbuatan tidak menyenangkan yang dilakukan oleh Willy.

Sebuah notifikasi dari Instagram yang muncul di bagian atas layar ponsel, menyadarkannya dari lamunan. Biasanya, ia tidak tertarik untuk membuka. Seperti tadi, ketika beberapa notifikasi muncul, tapi digeser ke kanan olehnya. Namun, tidak untuk kali ini.

Ponsel yang data selulernya masih aktif setelah beberapa saat lalu digunakan untuk membalas pesan dari Bagas itu, memunculkan sensasi lain. Membuat gadis itu iseng meng-klik notifikasi tadi. Selama beberapa detik, ia terdiam dan tersenyum tipis melihat Insta story terbaru dari Ali, yang berisi ucapan terima kasih lantaran banyak DM dan komentar berupa doa saat pemuda itu tertimpa musibah kecelakaan. Gadis yang mengenakan hijab hijau pastel itu teringat kebaikan Ali.

"Mulai sekarang, kalian enggak perlu menghiraukan Willy. Kan tugas kalian udah selesai."

"Iya, A. Makasih udah ngajak aku sama Kayla ke ruangan Aa' buat ngehindar dari A Willy." Ali tersenyum sambil menoleh sekilas.

"Tapi ... dari mana Aa tahu kalau kami menghindari A Willy. Dari mana juga Aa tahu soal tugas UKM kami?" Andira melanjutkan kalimat panjangnya yang sempat ia jeda, sambil menatap pemuda di sebelahnya.

"Dari Haris," jawab Ali singkat.

"Kak Har--"

"Udah jangan kepo, Ra ...!" potong Kayla yang merasa tidak enak pada Ali. Gadis itu tahu bahwa sang sepupu ingin menanyakan tentang hubungan antara Ali dan Haris.

Tangan kanannya yang sudah selesai memasukkan buku, tanpa sengaja menyentuh sesuatu di atas meja. Tepatnya di samping kanan ponsel yang masih menyala. Sebuah mushaf kecil. Seketika ia teringat pada kata-kata Ali yang lain.

Lamunannya tentang percakapan mereka di dalam mobil Ali saat perjalanan dari kantor ke rumah pun buyar. Tergantikan oleh lamunan lainnya. Percakapan singkat antara dirinya dengan Ali di mushala samping rumah. Kayla semakin ingin tahu apa yang Ali ketahui tentangnya.

"Kapan dia dengar aku ngaji di hotel? Kan aku selalu ngaji pas enggak ada orang. Dia dengar dari mana?" gumam Kayla sambil bertopang dagu. "Kenapa kemarin aku pakai lupa tanya, sih?"

"Hayolo! Ngelamunin apa? Jomlo ngelamun segala. Entar kesambet baru tahu rasa." Tiba-tiba Andira sudah berdiri di ambang pintu. Tangan kanannya terulur menepuk bahu Kayla. Sementara tangan kirinya tampak memegang sebuah buku dan pena.

"Kamu ngagetin terus. Hobi?" tanya Kayla sambil memegangi dadanya, mendongak untuk menatap sang sepupu.

"Kamu juga. Ngelamun terus. Hobi?" Kayla tampak kesal lantaran gadis yang berdiri di sampingnya justru membalikkan apa yang ia katakan. "Benar kata Bagas, kamu hobi menyendiri. Sekarang nambah satu, hobi ngelamun," sambung Andira sambil terkekeh.

Kayla tidak menanggapi lawakan receh dari Andira. Gadis itu sibuk menatap sang pembicara yang tampil beda hari ini. Sebuah jilbab motif bunga-bunga menutup rambut hitamnya. Untuk beberapa saat, Kayla terpaku, masih tak percaya. Benarkah Andira sudah mantap?

"Yee ... malah ngelamun lagi. Kay?" Andira mengibaskan tangannya di depan wajah Kayla.

"I—iya. Apa?"

Kayla in Love (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang