1. lagi dan lagi

11.6K 454 8
                                    

Mendongakkan kepala. Lalisa menatap langit biru dengan sendu. Meratapi bagaimana cara agar luka ini cepat berakhir. Ini adalah rutinitasnya berdiam diri dibalkon sekolah tanpa ada seorang pun yang mengusik. Semuanya berawal dari peristiwa satu Minggu yang lalu.

Pikirannya berkecamuk, antara membiarkan atau mempertahankan. Kedua duanya bukan pilihan hatinya, hatinya terus berujar tetaplah disini.

Tak mungkin terjadi,dia tak pernah melirik dirinya sedikitpun bahkan jika bertemu pun dia tak pernah Sudi.
Ini memang kesalahan darinya, dirinya lah yang memulai, membuat hubungannya retak. Ini bukan permintaanya tapi situasi yang membuat ia melakukan kesalahan besar itu. Semua sudah berlalu dengan begitu cepat,tak ada yang bisa menduga jika semua yang menimpa dirinya akan menjadi serumit ini.

Terlalu rapuh, adalah gambaran lalisa jika tengah menyendiri. Netranya tak lepas dari birunya langit siang. Langit itu indah, tapi langit biru itu bukanlah gambaran isi hatinya untuk saat ini, gambaran yang cocok adalah langit malam. Gelap, tak ada kejelasan jika lampu lampu di malam hari dipadamkan sama halnya dengan hatinya yang saat ini begitu gelap dan butuh sosok yang menjadi penerang.

Lamunannya buyar, ketika sosok periang datang menghampirinya dan memeluknya dari samping, Chaeyoung.

"Ngelamun apa ayo???" Tanya chaeng dengan nada usil.

"Apa sih caeng." Ucap lalisa sambil mendorong kepala gadis itu pelan.

"Lis, Jungkook lagi maen basket tuh gak ke sana?biasanya kan lo selalu nonton." Ujar Chaeyoung.

Tidak, untuk saat ini melihatnya bermain basket bukanlah hal yang bagus, melainkan akan menjadi sebuah sayatan yang menambah luka di hatinya.

Ketika nama pemilik hatinya di sebut, hatinya kembali tersayat bayangan akan sosok dingin dan ketusnya pria itu padanya, ia menjadi bingung bahkan ragu untuk mengiyakan ucapan gadis di sampingnya itu.

Lalisa menggelengkan kepalanya, seulas senyum menjadi tipu dayanya.

"Gak deh, disana panas gue lagi males panas panasan caeng." Ucap lalisa.

"Yahh, padahal Jisoo sama Jennie udah di sana!Lo gak asik ahh." Ucap Chaeyoung sebal.

"Males Caeng, Lo aja sana samperin mereka!" Ucap lalisa.

"Ck, padahal Jungkook lawan sama kelasnya jaehyun." Ucap Chaeyoung.

Deg. Nama itu...kenapa kembali di sebut?lalisa benci nama itu!sangat sangat benci!

"Lis?" Ucap Chaeyoung sambil melambaikan tangannya di hadapan wajah lalisa.

"Eh?kenapa caeng?" Ucap lalisa, tersadar dari lamunannya.

"Kok ngelamun?ada apa?" Tanya Chaeyoung.menyipitkan kedua matanya.

"Gak papa, udah sana basketnya udah mulai kayanya." Ucap lalisa mengalihkan topik pembicaraannya.

"Dibilang males juga, eh tapi Jennie Jisoo kasian nungguin gue di sana, gue duluan ya." Ucap Chaeyoung.

Gadis itu pergi. Lalisa tersenyum getir akhirnya ia kembali sendiri. Tapi apakah ia tak akan kehilangan sosok periang itu?apakah Chaeyoung akan tetap bersamanya? Setelah tau apa kebenarannya, apakah Chaeyoung akan tetap menganggap dirinya sebagai sahabat atau seorang penghianat? Tidak! Ia bukan penghianat semaunya terjadi begitu saja, itu bukan keinginannya tapi situasi lah yang membuat semua itu terjadi, semua di luar kendalinya. Memorinya lagi lagi kembali berputar pada kejadian satu Minggu yang lalu, dimana awal mula retaknya hubungan antara dirinya dengan pria bernama Jeon Jungkook.

"Huhhh"

Helaan nafas itu terdengar begitu berat. Apakah lalisa boleh menangis? Apakah lalisa boleh melampiaskan luka dalam hatinya dengan air mata? Jika boleh ia akan menangis dan berteriak pada langit sekeras kerasnya. Namun netranya lelah, hingga satu tetes pun tak sanggup ia keluarkan karena sudah banyak sekali bulir bulir air mata yang ia keluarkan akhir akhir ini.

Stay[LK]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang