🌼Asyhila🌼69

18.4K 1.2K 95
                                    

Happy reading✨

Gue brengsek? Ya, gue akuin.
.
.
Azka.


Baru rasanya kemarin mereka menghabiskan waktu berdua. Bercanda dan tertawa bersama. Saling menggenggam dan berjanji takan pernah meninggalkan satu sama lain.

Saling mengungkapkan kata cinta dan sayang.

Namun, semua itu hanyalah bualan semata. Nyatanya, kenyataan pahit yang ia terima masih terasa sakitnya. Bahkan ia masih tidak percaya.

Tuhan, bangunkan lah jika ini hanya sebuah mimpi buruk. Bangunkan dia sekarang juga dan katakan bahwa semuanya hanyalah mimpi buruk semata bukan kenyataannya.

Ia tidak sanggup. Ia tidak kuat menerima kenyataan pahit yang tiba-tiba menimpanya.

Bukankah kata orang menangis tanpa air mata itu lebih menyakitkan?

Lidah memang tak bertulang. Namun, entah kenapa kata-kata yang dilontarkan waktu itu lebih tajam dari pada pisau.

Kata-kata Azka waktu dirooftop waktu itu masih terngiang jelas ditelinganya. Bahkan, entah kenapa kalimat menyakitkan itu selalu saja berputar bak kaset rusak diotaknya.

Gadis itu tertunduk lemas dibelakang rumahnya. Hanya disini ia bisa menangis sepuasnya tanpa ada yang melihat. Beruntung saat Diana tengah pergi bersama dengan Rika dan juga Monica.

Dengan gerakan lamban ia mengambil ponselnya kemudian mengetikan pesan kepada Azka.

Syhila:

Kak, aku mau ngomong.

Aku mohon, dengerin aku sebentar aja.

Send.

Sejam menunggu, tak kunjung ada balasan dari laki-laki itu. Apakah nomernya sudah diblokir?

Syhila harap itu tidak akan terjadi. Sefatal itu kah kesalahannya?

Syhila:

Aku mau ketemu kamu, Kak.

Di taman deket komplek perumahan cahaya.

Aku harap kamu datang.

Aku tunggu kamu jam 5 sore.

"Heh lo, Mama mana?"

Syhila lantas terlonjak kaget. Ia bahkan sampai menjatuhkan ponselnya saking kagetnya. Gadis itu pun buru-buru menghapus air matanya itu. Ia kaget kala mendengar suara dari arah pintu dari belakangnya.

Sedangkan Tasya termenung sendiri. Ia tidak salah liat kan? Gadis itu menangis, pikir Tasya mendadak kepo. Ada sedikit rasa iba dibenak gadis pirang itu. Bagaimana pun juga, ia tidak akan pernah lupa kebaikan yang pernah gadis itu perbuat kepadanya. Namun karna egonya yang tinggi, mengharuskan gadis pirang itu harus bertingkah angkuh didepan siapa saja.

"Mama mana?" tanya Tasya mencoba mendekati gadis yang tengah duduk membelakanginya.

"B-unda, pergi Kak. Katanya malem baru pulang."

Parau. Itulah yang Tasya dengar kala gadis itu berbicara.

Syhila terdiam. Ia berharap semoga Tasya lekas pergi dan meninggalkannya sendiri disini.

Ingin rasanya berbalik dan meninggalkan gadis yang ia anggap sampah waktu dulu. Namun, entah kenapa ia malah berjalan ke arah Syhila dan duduk disampingnya.

ASYHILA(COMPLETED)Where stories live. Discover now