🌼Asyhila🌼34

23.3K 1.5K 51
                                    

Happy reading✨

Dia terlalu berharga untuk dibuat terluka.
.
.
Azka


Semiliar angin berhembus pelan. Mengharuskan seorang laki-laki yang berada disana memejamkan matanya. Menikmati setiap hembusan angin yang menerpa wajahnya.

Rooptop. Tempat itulah yang selalu cowok itu jadikan tempat menenangkan diri selain ruang osis. Disaat semua murid tengah mengikuti pembelajaran, cowok ini malah memilih membolos sebentar untuk menenangkan pikiran serta batinnya.

Entah apa yang ia pikirkan, rasanya aneh saja ketika ia tiba-tiba peduli pada lawan jenis.

Laki-laki itu tertawa hambar. "Kasihan sama
peduli itu, beda." kata laki-laki itu menatap datar kedepan.

Dia, adalah sosok yang tidak akan pernah sama pikiran serta hatinya. Walau ia mengakui bahwa hatinya berkata demikian, namun mulutnya selalu saja menolaknya.

Mengacak rambutnya kasar, laki-laki itu memilih beranjak dari tempatnya. Langkah kaki itu lants terhenti ketika mendengar sumber suara dari bawah.

"Terserah mau kalian apain tuh cewek."

Laki-laki itu lantas menghentikan langkahnya ketika mendengar kalimat itu. Laki-laki itu mendekat mengintip dari celah pintu rooptop. Dan dugaannya benar, ada seseorang diatas tangga menuju rooptop. Dan orang itu tengah bertelponan dengan seseorang.

Dari balik belakang pun laki-laki itu sudah bisa mengenali fostur tubuh itu. Dengan rambut pirang yang tegerai laki-laki yakin bahwa itu adalah seorang perempuan.

"Harus! Gue gak mau tau, tuh cewek harus habis ditangan, lo." kata orang itu dengan tegasnya.

"..."

"Ya,ya..ya.. Gue bakal kasih apapun. Asalkan jalanin tugas, lo dengan baik." kata orang itu.

"...."

Laki-laki itu semakin mempertajam indra pendengarannya. Entah kenapa firasat laki-laki mendadak tidak enak.

"Terserah! Intinya gue cuma denger kematian tuh cewek!"

"..."

Nafas laki-laki itu kian memburu cepat ketika mendengar satu nama yang disebut oleh gadis pirang itu.

"Dia dalam bahaya."

Batin laki-laki itu tiba-tiba bergejolak gelisah.

***

Sepanjang lorong kelas, tawa kedua gadis itu sama-sama menggema. Bel pulang sudah berbunyi sejak 10 menit terakhir tadi.

Namun, keduanya baru saja keluar karna harus piket kelas hari ini.

"Serius? Astaga, Elin. Kamu gak papa kan waktu itu?" tanya Syhila sambil menatap Elin yang nampak tertawa ditempat.

"Gak papa, cuma nyemplung ke got doang. Terus kena omel sama Mama Papa, kira nyokap gue kita lagi mandi digot."

Syhila lantas tertawa mendengar itu. Sepanjang perjalanan menuju luar, Elin menceritakan sedikit kisah masa kecilnya bersama Satria. Dan itu lantas membuat Syhila tertawa terus karna cerita itu.

"Kasian Kak Satria, untung gak jadi dibotakin." kekeh Syhila merasa lucu pada saat Elin menceritakan Satria yang waktu berumur 10 tahun tak sengaja memotong asal rambut pamannya yang pada saat itu tengah tertidur pulas.

"Gue malah berharap, tuh orang dibotakin, Syhi." kata Elin tertawa keras.

Syhila hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. Gadis itu kini terdiam disepanjang jalan. Otaknya mencoba mengingat masa kecilnya. Namun, sayangnya ia hanya ingat saat ia berumur 6 tahun dan selebihnya tidak lagi.

ASYHILA(COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang