🌼Asyhila🌼59

21.4K 1.5K 149
                                    

Happy reading✨

Nyawaku seakan direnggut secara paksa oleh dunia, saat kamu menolak kehadiranku disisimu.
.

.
Azka

Rasa sakit didalam hati tidak dapat diungkapkan oleh apapun kecuali air mata. Wajar kita marah, wajar kita mengungkapkan semuanya melalui tatapan kekecewaan dan air mata.

Ini kali pertama pertengkaran mereka, walaupun sebenarnya cuma masalah kecil, tapi tetap saja menyangkut masalah hati yang menjadi korbannya.

Sejak kejadian malam itu. Diana sangat khawatir terhadap Syhila. Pasalnya gadis itu seolah mengurung diri dikamar. Kalau keluar cuma seperlunya saja dan kembali masuk ke kamarnya.

Namun gadis itu dengan tenangnya meyakinkan Diana bahwa ia baik-baik saja. Walau sebenarnya Diana tidak percaya, namun wanita paruh baya itu mengerti, mungkin ada masalah yang serius.

Kini gadis mungil itu duduk sendiri dibangku perpustakaan dengan tenangnya. Sejak pagi sampai sekarang ia berusaha menghindari Azka. Bukan, bukannya ia marah, ia cuma malu karna sudah bertingkah kekanak-kanakan. Padahal ia belum mendengarkan penjelasan laki-laki itu.

Cuma duduk termenung dengan buku yang sedari tadi ditangannya. Tatapan gadis itu kosong kedepan, buku yang sedari tadi ia pegang hanya ia buka tanpa berniat membacanya. Gadis itu benar-benar kehilangan senyumnya saat ini.

Syhila pun menutup bukunya, ia kira dengan ini dirinya akan tenang. Ternyata sama sekali tidak berpengaruh, ia pun mulai melangkahkan kakinya menuju keluar. Sebelumnya, ia sempat tersenyum tipis pada ibu penjaga perpustakaan disana.

"Syhi, tunggu." bersamaan itu, tangannya ditarik lembut dari belakang membuat gadis itu mau tidak mau berbalik dan menghadap sang penarik.

Syhila hanya diam, menatap laki-laki yang menariknya ini.

Azka menghela nafas kasar, nafasnya sepertinya tercekat kala melihat gadisnya hanya diam dengan tatapan dingin yang sama sekali belum pernah gadisnya tunjukan kepadanya.

"Syhi, aku m-minta maaf. Ak--

"Aku udah maafin," sela Syhila melepaskan cekalan ditangannya itu.

Azka mengusap wajahnya kasar. Ia sadar, ia salah, sangatlah sadar. "Syhi, jangan kaya gini. Aku lebih rela kamu pukul aku, marah-marah dari pada diemin aku kaya gini." ujar Azka menghalangi jalan Syhila. Tatapan laki-laki memelas diiringin pernyataan mohon.

Syhila memalingkan wajahnya. Jangan sampai air matanya menetes saat ini. "Aku udah maafin, kamu. Sekarang minggir," ujar gadis itu pelan. Menunduk guna menyembunyikan sedihnya.

"Syhi, ak--

Kring.. Kring..

Syhila mengucap syukur saat bel masuk akhirnya berbunyi. Jadi, ia bisa lepas dari Azka saat ini.

"Minggir, bel udah bunyi." ujar Syhila kemudian berlalu pergi. Mempercepat langkahnya takut-takut Azka akan mengejarnya.

Namun, itu hanya harapannya saja. Nyatanya Azka sama sekali tidak mengejarkan seperti malam itu.

"Kamu terlalu berharap, Syhi. Nyatanya Kak Azka sama sekali tidak ngejar kamu." gumam Syhila menghapus air matanya kasar.

***

Dua hari berlalu, selama ini juga Syhila maupun Azka tidak bertemu disekolahan. Hal itu membuat Syhila dilanda khawatir dan cemas. Pasalnya ia sama sekali tidak melihat Azka dimanapun. Gadis itu berniat ingin minta maaf besoknya, namun sayangnya Azka tidak masuk ke sekolah.

ASYHILA(COMPLETED)Where stories live. Discover now