Part 29: Tak penting tapi Berharga

752 96 9
                                    

Masa lalu....
Mengingat kata itu selalu membuatku termangu lama.
Kadang aku sering bertanya,
Kenapa tidak aku lupakan saja?
Seperti semua orang yang 'bukan-manusia-lagi' sepertiku?
Lalu aku berhasil menemukan jawabannya.
Karena masa lalu itu tak penting
Tapi berharga.

Walaupun masa lalu itu buruk sekalipun,
tak ada alasan untuk melupakannya.
Waktu akhirnya mengubahnya menjadi pelajaran hidup.
Tapi apakah masa laluku juga pelajaran hidup,
bagi orang-orang yang sedang duduk satu meja denganku detik ini?
Yang menunggu ceritaku.

Bersyukurlah kalian, aku menyayangi masa laluku dan tetap mengingatnya sampai nanti waktu berkata,
"Berhentilah. Semuanya sudah selesai."

~~•~~

"Lia, kau akan menceritakannya pada kami, kan?"
"Ah, ya. Maaf aku malah melamun."
"Oh?"
"Ahaha, aku sudah ingat."
"Ayo ceritakan pada kami, Lia-san!"
"Baik. Tapi jangan ada yang menyela ya."
"Oke!"

Aku tersenyum kecil.
"Baiklah, selamat mendengarkan kisahku, kalian semua. Teman-teman Mika."

~~•~~

Bulan pertama di setiap tahun. Tanggal lima.
Di suatu kota yang damai, di antara dua benua bumi.
Di dalam rumah mungil dengan keluarga kecil yang sedang berkumpul bahagia.
Malam itu, mereka memberikan harapan-harapan indah kepada gadis kecil itu. Tepukan tangan. Pelukan hangat.
Ayah, ibu, seorang adik perempuan yang penurut dan seorang gadis kecil yang sedang mencomot potongan panekuk. Nama gadis itu adalah 'aku'.
Ya, itu aku. Gadis kecil yang bahagia dan menyukai panekuk buatan ibunya.
Malam itu sangat indah dan sempurna.

>Time loop

Hm? Apa itu?
Kenapa banyak orang di rumahku? Hari ulang tahunku sudah lama berlalu.
Aku yang hidup di tubuh mungilku sebagai gadis 8 tahun menyibak kerumunan itu.
Aku melihatnya, aku mengingatnya.
Ayah menunduk dalam dan adikku kebingungan. Dia duduk di samping tubuh wanita yang tak bernyawa itu. Orang-orang disekitarku berlinangan air mata. Memelukku, mengelus-elus kepalaku.

Aku mendekati wanita itu. Dia tertidur. Tangannya yang kemarin panas tinggi, mendingin. Wabah itu merenggut ibuku.
Tidak. Mereka tak bisa membohongiku. Mereka tak bisa menghiburku.
Hei, ada apa ini? Bukankah detik tadi sangat indah? Kenapa sejak detik itu tak ada lagi yang membuatkan ku panekuk di hari ulang tahunku?

Kalian ingin menangis?
Silahkan.
Seperti Mitsuba yang mulai berkaca-kaca ini.

Aku sendiri?
Aku sudah puas menangis.

>Time loop...

Wah, lihat hari ini. Adegan bahagia lagi.
Ayah dengan pendamping barunya.
Gadis bermata ungu dan berambut cokelat sama sepertiku itu memakai gaun yang cantik. Itu adikku satu-satunya. Stellarin. Semua orang tersenyum.

Aku termangu. Ayah bilang wanita itu bernama 'ibu'. Dan ya, aku tak keberatan memanggilnya seperti itu, karena dia sangat lembut daripada 'ibu' yang sebelumnya.

Baiklah. Aku akan mencoba bahagia lagi.

>Time loop...

Kalian percaya teori susah-senang?
Aku percaya.
Artinya setelah kesusahan, kita mendapat kemudahan dan kebahagiaan sebagai akhir cerita suatu masalah.
Tapi mestinya kalian tahu,
'Akhir menciptakan awal.'
Mestikah aku juga percaya teori senang-susah?
'Kesenangan akan memudar diganti tinta kesulitan-kesulitan.'
Waktu memaksaku untuk percaya itu.

Owari no Seraph -Spin Off-Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ