Part 1

142 2 2
                                    


"GOHANDAE! GOHANDAE! GOHANDAE!"

"YA! Kyung Hee yya!" Aku berteriak dan melambaikan tangan tinggi-tinggi ke arah Kyung Hee yang baru muncul dari balik pintu tribun di sayap barat. Sementara riuh rendah suara suporter menggema memenuhi seluruh penjuru. Aku sudah duduk di tribun ini bahkan tiga puluh menit sebelum pertandingan, lengkap dengan jersey dan balon panjang bertuliskan GOHANDAE.

"KYUNGHEE YYA! DI SINI!" Aku berteriak sekali lagi dan lebih keras. Dan, akhirnya Kyung Hee mendengar dan melihat keberadaanku. Dia berjalan mendekat dengan senyum sumringah.

"GOHANDAE! GOHANDAE! GOHANDAE!"

Hari ini adalah pertandingan persahabatan antara Universitas Gohan dan Universitas Hanguk. Tim andalan kami sudah mencetak skor 6;4. Dua angka lebih di atas dari tim Hanguk.

"Ini jarseymu," aku menyerahkan jarsey berwarna orange dengan setrip hitam putih ke arah Kyung Hee. Kyung Hee segera memakainya.

"Sepertinya akan menjadi pertandingan yang seru," ucap Kyung Hee seraya menerima balon panjang berwarna merah, kemudian menepuk-nepukannya sambil berteriak nyaring. "JONGSUK AH! HIMNAEYO!"

Aku mendelik. Astaga! Saat teman-temannya berteriak hingga serak untuk menyemangati tim GOHAN, dia malah memikirkan kekasihnya saja. Dasar budak cinta!

Aku lantas mengalihkan kembali pandanganku ke lapangan. Bola berada di tangan Jongsuk. Di depannya pemain dari Handae mencoba menghalangi Jongsuk memasukan bola. Di dekat tiang berdiri menjulang sosok kapten tim basket Gohan: Yoon Kyunsang. Bersiap menerima transferan bola dari Jongsuk, dan...

"ASSAAA!!!!" Teriakku di tengah gema suara suka cita suporter GOHAN.

"Himnaeyo chagiya!" Teriak Kyung Hee tak kalah nyaring. Mengundang lirikan mata orang-orang di sekitar kami duduk. Tapi, Kyung Hee tidak peduli dan terus menepuk-nepukan balon merah di tangannya seperti anak TK. Lagipula semua orang di kampus ini sudah tahu hubungannya dengan Jongsuk. Jadi, santai saja. Tidak ada fans sasaeng yang berani mencakarnya.

Jongsuk yang mengetahui keberadaan Kyung Hee sejenak menepi sedikit ke pinggir lapangan. Ia tersenyum manis seraya melambaikan tangannya ke arah Kyung Hee. Tak lama, Kyunsang datang menghampiri dan menepuk pundak Jongsuk. Mengajaknya kembali ke tengah lapangan. Dasar konyol!

"YA! Kakakmu di mana? Biasanya dia selalu siap dengan kamera?" tanya Kyung Hee kepadaku. Skor pertandingan 10: 9. Gohandae masih memimpin, tapi angkanya sangat tipis.

"Tidak tahu," sahutku. "Katanya dia digantikan Haneul seonbae sementara."

"Kenapa?"

Aku mengedikan bahu, malas meladeni. Pertandingan sedang seru-serunya. Tim Hanguk berhasil menyamakan angka. "KYUNGSANG OPPAAAA! HIMNAEEE!" Teriakku, tidak mau kalah dengan Kyung Hee. Kyung Hee yang awalnya mau bertanya lagi tentang Woobin jadi mengurungkan niatnya.

"Segitu sukanya, ya?" tanya Kyung Hee yang sudah pasti kujawab dengan anggukan kepala mantap. "Baiklah," ucapnya, "menurutku kalian berdua cocok, kok."

"Jinja?" Aku sontak menoleh untuk menatap Kyung Hee dengan mata berbinar-binar. "Menurutmu kami cocok?"

"Ya, kalian cocok. Tapi," kata Kyung Hee. Sedikit mendekatkan wajahnya ke telingaku. Sambil berbisik dia melanjutkan, "kau harus siap diserang fans-fansnya di sana."

Aku menoleh ke arah yang dimaksud Kyung Hee. Di seberang tribun tempat kami duduk, berdiri kumpulan mahasiswi-mahasiswi Gohandae, lengkap dengan jersey, bandana, balon merah bertulisan: YOON KYUN SANG. Aku pun sudah melihatnya dari tadi. Tapi, memilih tidak peduli. Aku penggemar Yoon Kyunsang, tapi aku bukan bagian dari mereka.

Maginot Line (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang