Bagian Satu - Namanya Akbar

Start from the beginning
                                    

Selepas Dini pergi, Najwa kembali melanjutkan renungannya. Ingin rasanya ia bertemu kembali dengan dokter itu dan menanyakan seluruh kata-kata yang dilontarkan tadi.

Tidak memakan waktu lama Najwa langsung bergegas kembali ke rumah sakit. Najwa ingin mendapatkan jawaban yang terbaik dari dokter itu. Meskipun hatinya tidak terlalu kuat untuk bisa bertatapan langsung, dengan laki-laki yang menawarkan cintanya.

Benar saja, Najwa langsung pergi ke rumah sakit mencari titik terang di sana. Mencari laki-laki yang tadi mengutarakan maksud baiknya.

Najwa duduk termenung disalah satu tempat duduk pengunjung rumah sakit. Namun tidak ada tanda-tanda dokter itu keluar.

Jika ia menanyakan pada pihak administrasi, tidak akan bisa, karena Najwa sendiri tidak tahu namanya siapa.

Ia kembali mengurungkan niatnya. Najwa hanya duduk dan melihat beberapa lalu lalang orang yang kian kemari menguruskan beberapa urusannya.

Sudah hampir dua jam dokter itu tidak terlihat juga, ke mana? Apa sudah tidak praktik? Atau sedang melakukan operasi? Atau sedang menguruskan beberapa pasien lainnya? Pertanyaan itu cukup membuat Najwa ingin mengacak-ngacak balutan kerudungnya. Ia terus saja menggerutu sendiri.

Tampaknya kesabaran Najwa sudah di ujung batas. Ia memutuskan untuk pulang saja, daripada duduk tidak jelas di rumah sakit, dengan tatapan aneh para manusia, seakan-akan mereka ingin bertanya banyak tentangnya.

Najwa ingin melupakan kejadian tadi, anggap saja hal itu hanya mimpi di siang hari, tidak lebih.

Langkahnya bergegas cepat. Najwa tidak ingin lagi menginjakkan kaki di sini tanpa keperluan penting, baginya hanya membuang-buang waktu saja.

"Kamu mencari saya?" Tanya seseorang di belakangnya, ucapan itu membuat Najwa menghentikan hentakan kaki yang terdengar kasar itu. Perlahan Najwa menoleh pada sumber suara, wajahnya masih terlihat kaku, bahkan sangat kaku.

Benar saja, Najwa tidak ada keberanian untuk sekedar menatapnya, "ada apa?" tanyanya kembali.

Detak jantung Najwa kalah cepat dengan ucapan yang akan dilontarkannya.

"Ayo, katakan."

Dia, dia dan dia yang terus memberikan kata, sementara Najwa sibuk dengan pemikirannya.

"Ya sudah, saya kembali ke ruangan, jika kamu tidak mau bicara, mungkin saya yang kegeeran." Benar saja laki-laki itu membalikkan tubuhnya.

"Sebentar ... ." Ini kali pertamanya Najwa berbicara, tidak mungkin ia telah menunggu lama, lalu ketika ada peluang bicara, pergi begitu saja.

Laki-laki itu menghentikan langkah kaki dan berbalik badan pada wanita yang jelas diinginkannya. Sayangnya tidak ada senyuman sedikit pun. Najwa membuang napas pelan, ia harus bisa meminta penjelasan.

"Maksud ucapan tadi pagi apa?" tidak ada ekspresi apa pun diraut wajahnya, ia terlihat begitu santai mendengarkan pertanyaan yang dilontarkan Najwa.

"Apa tidak cukup jelas?" tanya baliknya, Najwa benar-benar dibuat kesal, kenapa harus balik bertanya?

"Pak Dokter. saya tidak paham maksud Bapak yang tiba-tiba. maka dari itu saya bertanya!" Najwa yang sedikit kehilangan rasa sabar, namun dokter itu hanya tersenyum tipis sekali.

"Najwa ucapan tadi saya serius. Saya tertarik dengan sikapmu, dengan caramu, dengan duniamu, maka dari itu, saya lontarkan permintaan. Jika pun berkenan, saya akan begitu banyak berterima kasih." Najwa benar-benar dibuat kaget. Dokter itu tau namanya, bagaimana bisa? Padahal selama ada pertemuan tidak pernah saling bicara, ataupun apa pun itu, lalu Najwa tidak tau nama dokter itu.

"Kok Pak Dokter, bisa tau nama saya?" Najwa yang kembali bertanya.

"Jika saya tidak tau tentang kamu, mana bisa saya mengajukan permintaan itu, atau kamu tidak tau nama saya?" pertanyaannya membuat Najwa mengangguk cepat. Ia memang tidak tau nama dokter yang di hadapannya.

"Perkenalkan. Nama saya Akbar, ya sudah saya mau kembali bertugas," jelasnya dengan segera berlalu.

Kadang berpikiran, masih ada yah laki-laki yang misterius sepertinya. Najwa kembali mengingat namanya, barang kali jika ia ingin mengetahui banyak hal tentang dokter tersebut bisa menjadi kata kunci. Akbar nama yang cukup bagus untuk wajah yang rupawan, pikir Najwa.

Point' pertama, Najwa cukup dibuat terkesan. Ia sedikit jatuh hati pada sosok laki-laki yang bernamakan Akbar tersebut.

Ia segera pulang, hampir saja lupa, ia pergi tanpa seizin Ayah dan Bundanya. Mungkin saja orangtuanya itu khawatir, ditambah handphone-nya ketinggalan di kamar.

Benar saja ketika Najwa sudah sampai rumah, Dini sudah berdiri di depan pintu rumah dengan raut wajah khawatir. Ini kali pertamanya Najwa pergi tanpa sepengetahuan orangtua dan cukup lama.

"Kamu dari mana saja?" pertanyaan pertama mulai terdengar untuk Najwa. Najwa tidak bisa menjelaskan tentang pertemuan itu, bisa-bisa Bundanya memperluas pembicaraan.

"Tadi Najwa dari rumah Salwa, Bun," jawab Najwa yang baru turun dari motornya dan langsung menciumi tangan Bundanya.

"Bunda tadi telepon Salwa. Tapi kamu tidak dengannya, jangan berbohong, Nak," jawab Dini. Kali ini Najwa tidak bisa mengelak, mau tidak mau ia harus berterus terang.

Najwa terdiam. Sorot matanya mulai mencari alasan lain.

"Ayo masuk jika tidak mau cerita tidak apa-apa," ajak Dini dengan merangkul anak semata wayangnya ini. Akhirnya Najwa bisa bernapas lega, paling tidak ia tidak harus berterus terang saat ini.

********

Dear para pembaca,
Mohon kritik dan sarannya

Teti Nurhayati

Liku Najwa (COMPLETE)Where stories live. Discover now