"Materi pertanyaannya bagaimana?" tanya Karina sembari memutar-mutar pulpen di sela jari-jarinya.

"Katanya, lebih mudah pakai materi dadakan. Soalnya, Ka, setiap petani pasti punya hambatan dan keberhasilan yang berbeda," ucap Rifi.

Karina diam sejenak. "Gitu ya?"

"Benar yang Rifi katakan tadi, kita cari tahu saja bagaimana budidaya lokal di lokasi petani yang kita tuju. Kita analisis dari segi manajemen pemeliharaan tanaman, pendapatan petani, juga kelayakan usaha tani. Apakah pemeliharaannya cukup baik? Kalau iya, apakah berdampak positif pada pendapatan petani? Nah, kalau semua hasilnya baik, kita lihat, apakah kelayakan usahanya benar-benar layak hingga dinyatakan wajar telah mencapai hasil yang baik atau bagaimana?" Ozyx menimpali.

"Dan selain itu, kita bandingkan antara budidaya sebelum dan sesudah menjadi bahan olahan. Mana di antara keduanya yang lebih menguntungkan petani," sambung Reksa, tatapannya fokus pada layar ponsel. Sebelah telinganya—telinga kiri—tersemat earphone, "oh ya, kita datangi pertanian milik orang tua salah satu teman saya saja."

Karina diam-diam mengintip layar ponsel Reksa.

Youtube?

"Kalian kereeen!" seru Tiara mengacungkan kedua jempolnya. Sementara Karina mencatat kembali semua yang dikatakan temannya.

Kelima mahasiswa itu melanjutkan diskusi dengan banyolan di sela-sela pembicaraan. Hingga tak terasa mereka telah menghabiskan dua jam kebersamaan.

"Balik, Sa?" tanya Ozyx sembaari menyesap nikotin yang entah sudah keberapa.

Reksa menganggukkan kepalanya. "Jakarta, ikut? Saya manggung nanti malam."

Ozyx tidak berbeda dengan Reksa. Kedua pemuda itu sama-sama perantau dari Sumatera, bedanya Ozyx berdarah padang, sedangkan Reksa berdarah medan.

"Balik malam?" tanya pemuda berlis tebal itu.

"Nginap di tempat abang. Kalau mau ikut, kau bisa nginap di sana."

Ozyx menganggukkan kepala. "Saya dampingi kau manggung nanti malam. Ada bassis jangan kau anggurin, Sa."

"Sedap!" seru Reksa seraya mengacungkan jempolnya pada Ozyx, "tapi jangan deh nanti komisinya dibagi dua," lanjutnya asal.

"Sial! Perhitungan sekali kau."

Detik berikutnya kedua pemuda itu tertawa. Karina yang melihat kedekatan kedua pemuda di hadapannya, membuat garis mulutnya melengkung membentuk senyuman.

"Sa, duluan saja sama Ozyx. Aku ke Jakarta agak sore, nanti aku naik kereta ke rumah."

Reksa memicingkan alisnya. "Kenapa?"

"Aku mau nyuci dulu, kemarin gak sempat nyuci. Nanti malam aku pasti datang." Karina menyeringai, "jemput aku di stasiun nanti sore."

Pemuda itu mengangguk. Lagi-lagi Reksa mengusap topi Karina pelan kemudian merangkulnya. "Saya tunggu," bisiknya.

***

"Asyik nih tempatnya," ujar Ozyx ketika tiba di lokasi Reksa biasanya menghibur puluhan pasang mata.

"Ka, ngapain duduk di sana? Di sini aja, bisa charge ponsel!"

Karina lupa. Ia benar-benar masih duduk di sana; di ambang pintu. Tentu saja Karina bergegas pindah dari sana dan menghampiri Ozyx.

Karina sudah sangat ingin melupakan Arsel. Meski hatinya masih belum berubah, tetapi, ia sadar diri untuk segera melupakan pemuda itu. Tidak, apa yang Karina lakukan bukan untuk kebahagiaan Andra maupun Arsel, melainkan untuk ketenangan dirinya sendiri.

3.726 [COMPLETE]Where stories live. Discover now