"See? Kamu bahkan belain dia! Di depan aku lagi!" Malvin mulai tersulut emosi. Liona yang mendengar nada emosi Malvin juga ikut emosi. Untung mereka menempati meja ujung, jika tidak sudah di pastikan sekarang mereka menjadi pusat perhatian karena suara perdebatan mereka yang lumayan keras.

"Yang harusnya di salahin di sini bukan aku atau Alkana! Tapi kamu sama Aurel!" Liona semakin berani.

"Lelucon macam apa ini? Kalo kamu salah ya salah aja, ngaku! Gak usah ngelak! Apalagi sampe memutar balikkan fakta kayak tadi!" Liona memutar bola matanya malas mendengar itu.

"Seharusnya kamu bilang itu ke diri kamu sendiri!" Malvin tertohok mendengarnya.

"Kamu pikir aku gak tau, selama ini kamu sama Aurel ngapain aja di belakang aku?!" Liona mulai mengeluarkan kartu As nya.

Malvin nampak gelagapan, "A-Ak-Aku gak ngapa-ngapain sama Aurel, justru kamu yang ngapa-ngapain sama si Brandal itu! Kamu berubah Li, mana Lili aku yang dulu?"

Liona menggigit bibir bawahnya sambil memperhatikan sekitar dengan gerak bola matanya. Khawatir jika keduanya menjadi pusat perhatian.

"Mending kamu akuin hubungan kamu sama Aurel sekarang, kalo kamu jujur mungkin aku masih bisa maafin kamu." Liona berucap dengan nada tenang yang justru membuat Malvin semakin tidak tenang.

"Kamu punya bukti?" tanya Malvin dengan tatapan remeh mencoba untuk menyembunyikan ketakutannya.

Liona menggeleng membuat Malvin tersenyum puas, namun sayang ucapan Liona yang selanjutnya membuat senyumnya luntur.

"Aku nggak butuh bukti, aku liat dengan mata kepala aku sendiri, di hari ulang tahun aku, sebelum aku kecelakaan, di tempat kamu janji kita bakal ketemuan." Liona berucap tenang, tidak ada emosi dalam suaranya. Namun hatinya terbakar mengingat semua kejadian itu.

Malvin membeku, apa Liona tau?

"Apa yang kamu liat?"

Liona terkekeh miris, ia mengepalkan tangannya di atas meja. "Kamu ciuman sama Aurel!" kalimat itu sukses meluncur.

Liona mengangkat telunjuknya ke arah Malvin seolah berkata 'cukup' saat cowok itu berniat menyanggah.

Namun Malvin tetaplah Malvin, apapun yang terjadi ia tidak ingin kehilangan Liona, meski menyukai Aurel, Liona tetaplah menduduki tahta tertinggi di hatinya.

"Oke fine!, aku jujur!, semua yang kamu liat itu bener! Tapi please percaya sama aku Li, aku sama Aurel gak ada hubungan apa-apa! Kejadian itu tiba-tiba aja, aku khilaf, maaf. Dan Aurel yang terus-terusan deketin aku, dia yang mulai duluan!" Malvin berniat menggenggam tangan yang mengepal di atas meja itu, namun gagal karena sang pemilik menghindar.

Hati Liona rasanya hancur, setelah apa yang dirinya lihat, ternyata lebih menyakitkan ketika mendengar pengakuan langsung dari si pelaku. Mata gadis itu mulai berkaca-kaca.

"Ternyata cowok juga ada yang murahan ya, cuman ketutup gender aja!" Liona tak kuasa menahan hinaan dari mulutnya yang sudah lama bungkam.

Malvin membelalakkan matanya mendengar ucapan itu, ia kaget! Sejak kapan Liona mulai berbicara seberani ini?

"What?! Kamu ngatain aku murahan?" tanya Malvin dengan nada tak percaya. Ada yang berubah dari gadis di hadapannya ini, dan Malvin merasa itu semua terjadi semenjak Liona mengenal Alkana.

ALKANA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang