Uji nyali

800 126 1
                                    

[POV: Theresa]

"Aaah.. Oboro, kau bawa spray anti serangga IT'S SO ITCHY!" teriak Hizashi.

Tangan Oboro merogoh-rogoh isi tasnya, sayangnya dia tidak menemukannya. "Ah, maaf, sepertinya aku nggak bawa, coba tanya Shouー"

"Aku ada nih, baru saja kupakai," Shouta memberikan botol spray anti serangga berukuran sedang kepada Oboro. "Itu bukan punyaku, itu punya si aneh yang berdiri di dekat jendela," jawabnya sambil menunjuk-nunjuk wajahku.

"Berisik kau Pangeran Negara Tidur. Aku selalu siap sedia hal-hal seperti ini sejak dulu," tepisku.

"... bacot. Jangan panggil aku seperti itu," umpat Shouta.

"Hmm hmm okay, pass me the spray," tangan Hizashi merampas spray itu dari tangan Oboro dan menyemprotkannya ke kulitnya yang tidak tertutup.

"Ah, ya. Aku penasaran sesuatu.." Shouta menyilangkan tangannya. "Kau tahu kau ada di kamar cowok kan? Ini lantai 2, di bawah kamar ini ada ruang jaga guru. Bagaimana kalau guru-guru tahu kau ada di sini?"

Aku hanya mengangkat kedua bahuku. "Entahlah. Yang jelas sebelum aku masuk lewat jendela, aku menghentikan waktu dulu, baru memanjat ke sini. Buat apa aku mikir hal-hal merepotkan seperti hukuman dari guru?"

"Hei, jangan seperti itu Risa.. bagaimana kalau acara uji nyali nanti terancam dibatalkan karena kamu kesini?" Oboro mengusap kepalaku.

"Halah, gampang! Tinggal kabur, beres!" Oboro menggeleng. Shouta dan Hizashi hanya menghela napas. Yah ini jelas salahku karena diam-diam masuk ke kamar mereka bertiga. Tapi aku nggak betah di kamarku, tentu saja karena aku lebih nyaman bermain dengan mereka. Bukannya aku membeda-bedakan temanku, aku berteman dengan semua orang di kelasku dan beberapa orang dari departemen lain di sekolah, tapi hanya dengan mereka bertiga ini terasa berbeda.

Aku melangkahkan kakiku lewat bingkai jendela dengan perlahan. Setelah memastikan pijakanku aman, aku berbalik melihat ke dalam kamar. "Aku turun duluan, nanti ketemu lagi di aula ya!" Tiga lelaki itu mengangguk.

Aktifkan! Waktu terjeda. Aku turun dari lantai dua dengan melompat ke arah pohon di seberang jendela dan dengan sedikit akrobat. Hmm.. kurasa aku semakin lentur, berarti latihanku akhir-akhir ini sudah membuahkan hasil.

Brugh! Kakiku mendarat selamat sampai tanah. Aku langsung berlari ke aula sebelum waktu bakatku habis. Seketika aku sampai aula, ruangan itu sudah ramai dengan siswa-siswa yang berebut nomor undian uji nyali. Mereka membeku. Aku memanfaatkan kesempatan ini untuk mengambil nomor undian uji nyali tanpa harus mengantri.

Wuushh! Waktu kembali berjalan. Tiga temanku tadi melangkah menuruni anak tangga, baru saja turun dari kamar mereka.

"Ooh kau sudah dapat nomor undiannya?" tanya Hizashi. Aku mengangguk. Mereka lalu menyusul mengambil nomor mereka.

Aku berharap-harap, semoga mendapat pasangan setidaknya bukan cewek yang cengeng. Aku tidak takut hantu tapi aku benar-benar lemah dengan yang namanya jumpscare. Aku tidak mau ketika aku terkejut nanti, pasanganku malah menangis ketakutan.

"Punyamu? Pasangan sama siapa?" tanya Oboro. Aku memberikan kertas undianku pada Oboro. Ekspresinya terlihat kaget. ".. kalian ini.. di kehidupan masa lampau, kalian apaan sih?" Tangan Oboro yang memegang kertas undianku disodorkan pada Shouta dan Hizashi yang ada di belakangnya. Mereka menggelengkan kepala bersama.

"... apa kamu dan Hizashi masih menempatkan taruhan kalian padaku dan Shouta?" alisku mengernyit.

"Untuk apa menarik taruhan itu? Kami cukup sabar untuk mengetahui hasilnya. Lagipula, kalau salah satu dari kami menang, ya itu keberuntungan dia dalam memilih bertaruh kepada siapa," bahu Oboro terangkat, jelas-jelas seperti tidak mau tahu. Aku hanya bisa menghela napas panjang.

SIDE: EYEDR👁PS - Boku no Hero Academia x OCWhere stories live. Discover now