✓Perempuan Hebat✓

Start from the beginning
                                    

"Astaga Della, aku tidak menyangka kamu berpikiran pendek seperti itu." Geram Adam, dia sungguh tidak percaya dengan kelakuan mantan istrinya yang terlalu childish.

"Aku minta maaf dam." Pandang Della menyesal,"Za, kamu perempuan hebat. Semenjak Anissa mengenalmu dia menjadi periang, sedangkan aku. Aku adalah ibu yang sangat buruk untuk nya, aku ingin kamu menjaga dan merawat Anissa. Nanti setelah kalian menikah, aku akan pergi dari sini. Tapi sebelum itu biarkan aku menghabiskan waktu ku dengan Anissa satu hari saja." mohon Della.

"Tidak, kamu juga perempuan hebat Del. Kamu ibu kandung Anissa, jadi aku tidak berhak membatasi interaksi Anissa. Semuanya belum terlambat untuk memperbaiki situasi buruk ini, jadi kamu akan tetap disini, dampingi juga Anissa." bujuk Zara.

"Benar yang dikatakan Zara, bagaimanapun kamu ibunya Anissa. Kamu yang melahirkan dia Del." tambah Adam.

"Terima kasih." Della bangkit dari duduknya langsung, memeluk Zara. Ia merasa bersalah pada Zara, bahkan wanita itu sama sekali tidak membencinya bahkan Zara terus tersenyum pada dirinya.

Suara ponsel Adam mengusik pendengarab mereka, Panggilan dari Ardina, ibu Adam menginformasikan bahwa Anissa terbangun dari tidurnya mencari Zara.

-------------+-------------+-----------

Anissa terus memeluk erat Zara, bahkan ia menangis terisak. Ia sangat merindukan tante Zaranya, Zara memeluk dan menenangkan Anissa menepuk punggung Anissa pelan.

"Udah yuk nangisnya, sekarang Anissa makan." bujuk Zara diangguki Anissa, semua orang yang ada diruangan itu menghela nafas lega. Pasalnya dari kemarin saat Anissa sudah sadar dia hanya mau minum air putih atau susu.

"Anissa mau makan apa?" Tanya Zara,"Buah, bubur, atau roti?"

Anissa mengerjapkan mata, ia menatap Zara."Mau apel, tapi dikupaskan mama." dengan tatapan memohon.

Della tersenyum ia dengan semangat mendekati Anissa, lalu mengupaskan apel untuk putrinya. Setidaknya dengan hadirnya Zara, Anissa lebih baik. Meskipun dari tadi ia merasa cemburu pada Zara, karena Anissa hanya mau bermanja-manja dengannya.

"Disuapi tante." rengek Anissa.

Entah berapa suap Anissa terus mengunyah buah apel yang dikupas oleh Della, Zara kembali mengelus rambut Anissa dengan sayang. Anissa sudah mulai mengantuk karena efek obat yang di suntikkan oleh perawat tiga puluh menit yang lalu.

"Anissa tante pulang dulu, besok tante kesini lagi." Pamit Zara pelan pada Anissa yang mulai memejamkan mata, pamitan Zara diangguki Anissa.

Zara dengan sayang mengecup kening Anissa pelan, tidak mau mengganggu tidur nyenyak bocah kecil itu.

"Aku antar saja." Ucap datar Adam, Zara berpamitan pada kedua orang tua Adam dan juga Della.

Sedikit berlari Zara mengejar Adam yang berjalan terlebih dulu, Adam berjalan dengan memasukkan kedua tangannya kedalam saku. Pesona Adam memang tidak main-main, sepanjang perjalanan banyak mata yang secara terang-terangan terus melihat Adam.

"Mas, pelan-pelan jalannya!" Gerutu Zara, dengan menghentakkan kakinya saat sampai di parkir basement.

Adam hanya melihat Zara datar sekilas, lalu ia masuk kedalam mobil. Adam masih ngambek dengan keputusan Zara, yang tadi ingin membatalkan pernikahan mereka secara sepihak.

Sudah sepuluh menit perjalanan, hanya suara radio yang menemani perjalanan mereka. Tak ada pembicaraan antara Zara dan Adam. Mereka seakan terjebak dalam pemikiran masing-masing.

Adam mematikan radio mobil saat lampu merah di perempatan jalan. Ia memandang Zara yang terus mengalihkan pandangan ke luar.

"Jadi nona Zara, anda tidak ingin berbicara sesuatu dengan saya?" Bicara Adam formal, untuk menggoda Zara.

Zara menengok ke kursi kemudi,"tentang?" Zara menaikkan alis kanannya.

"Apa kamu benar-benar ingin membatalkan pernikahan kita?" ucap Adam masih datar.

Zara berjengkit kaget, ia bahkan tak percaya jika Adam masih mengingatnya. Posisi duduknya sama sekali tidak nyaman saat ini."Awalnya iya, tapi sekarang tidak." cicit Zara.

"Kenapa?" Goda Adam, ia mengulum senyum, tak ingin Zara melihat itu.

"Bukankah sudah kubilang tadi alasannya?" Zara menggerutu sebal,"Kamu masih marah?" Zara tidak menjawab pertanyaan Adam, malah ia mencecar Adam dengan pertanyaan.

"Masih, rasanya benar-benar marah." Ujar Adam melebih-lebihkan, dengan pandangan fokus ke jalan.

Zara mengendikkan bahu "Oh, yaudah." Zara masa bodo.

"Bagaimana bisa begitu." Adam kesal sendiri niatnya ingin membuat kesal Zara, malah dirinya sendiri yang kesal.

Jangan Lupa tinggalkan jejak

D. Salsabila

Bunda Untuk Anissa (END)Where stories live. Discover now