Part 24 : A Plan

3K 400 60
                                    

"Ayah tanya. Kenapa kau berkelahi?"

Sama seperti sebelumnya, Beomgyu hanya menunduk, enggan untuk menjawab.

"Ayah hanya tidak suka melihat putra Ayah terlibat masalah, terlebih sampai berkelahi—"

"Aku tidak berkelahi, hanya mereka yang memukuliku." cicit Beomgyu akhirnya, dengan suara yang sangat kecil karena ketakutan.

"Lalu, kenapa kau tidak melawan?"

"Jumlah mereka banyak."

"Apa perlu kau kularang menjadi trainee dan berhenti dari perusahaan itu, dan memasukkanmu ke dalam club karate saja?!"

"Tidak mau, Ayah." Beomgyu menggeleng pelan. Sungguh, ucapan Ayah nya itu adalah mimpi terburuknya.

"Ah, sudah lah!" Pria itu menghembus napas kasar. Sudah terlalu lelah untuk sekedar mengomel. Ia alihkan wajahnya dari Beomgyu, karena ia tidak bisa menahan emosi nya setiap melihat wajah putra nya yang menunjukkan luka-luka. Malah membuat ia ingin menampar lagi saking kesalnya.

"Soobin!" Panggilnya pada putra tertua.

Sekarang sudah pukul dua belas tepat tengah malam dan Soobin memang masih terjaga di kamarnya karna masih harus mengerjakan tugas kuliah nya. Ia langsung bergegas keluar saat mendengar namanya terpanggil.

"Ayah, sejak kapan Ayah datang?" Soobin sebenarnya tidak suka dengan kebiasaan Ayah nya yang pulang dan pergi sering tidak bilang-bilang. Bagaikan keberadaan ia dan adiknya tidak ada.

Ia agak kaget saat melihat Beomgyu sedang berdiri di depan Ayah nya itu dengan kepala tertunduk.

"Ayah, kenapa dia dibangunkan? Sangat sulit membuat anak itu tertidur tadi, Ayah." Adu Soobin. Itu benar. Karena tadi Soobin terpaksa menggelar konser solo dadakan karena harus menyenandungkan anak itu lagu tidur agar tidak merengek mengganggunya mengerjakan tugas.

"Beomgyu, masuk ke kamarmu, tidur." Perintah sang Ayah dingin.

Dengan kepala yang terus tertunduk dan satu kali tarikan ingus di hidungnya, Beomgyu berbalik dan perlahan masuk ke kamar, tak lupa menutup pintunya.

"Ayah memarahinya lagi?"

"Kau harusnya bisa lebih menjaga dia, Soobin."

Soobin menghela napasnya, "Ayah, dia tidak berkelahi, dia itu hanya korban dari—"

"Lalu, apa gunanya dirimu kalau dia masih bisa terluka karena orang lain?" Sang Ayah menyela. Soobin langsung mengutuk dirinya sendiri karena sangat ember untuk memberitahukan kejadian sebenarnya.

Soobin menunduk. Ia tahu ini salahnya. "Maafkan aku, Ayah."

"Awas saja kalau ada lagi hal aneh-aneh terjadi padanya. Aku sendiri yang akan bertindak nanti."

Mata Soobin langsung melebar, mencoba menerka-nerka arah dari ucapan Ayahnya itu.

+x+

Siang itu, saat di perusahaan, Soobin dan Beomgyu benar-benar langsung ke ruangan rekaman untuk mendiskusikan tentang merekam demo lagu Beomgyu itu.

Proses rekaman tidak membutuhkan waktu lama karena lagu bergenre pop ballad itu sangat mudah di mengerti dan Beomgyu menyanyikannya dengan sangat sempurna.

Tibalah mereka di ruangan PDnim untuk mendengar tentang pendapatnya.

"Menambah satu lagu lagi dalam tracklist?" Pria besar perusahaan itu mengusap-usap dagunya. Memandang lembaran kertas yang menjadi script liriknya dan laptop yang siap untuk memutar lagu versi demo nya itu.

[✓] BE THE STAR | TXTOn viuen les histories. Descobreix ara