05. Friends

162 35 119
                                    

Udara terasa sangat berbeda, berbahaya hingga dapat membuat wajah seseorang memerah kebiruan dan juga napas menjadi sesak. Pasokan oksigen untuk para manusia berakal sudah berkurang drastis. Berada didalam ruangan tertutup seperti rumah pun adalah usaha yang sia-sia jika ingin menghindari udara bahaya bak gas beracun yang berada di luar ruangan terbuka. Karena udara di luar rupanya juga dapat mengikis dinding batu dan juga atapnya entah bagaimana. Ini semua diluar prediksi pikiran orang-orang. Mereka tidak pernah bersiap-siap untuk menghadapi kejadian seperti ini, entah lagi jika masih ada kejutan lain yang akan datang menyusul, semua ini serba mendadak.

Berbondong-bondong manusia di seluruh dunia memborong segala isi dalam pusat berbelanja. Mereka semua panik, dan terlalu memikirkan diri sendiri. Beberapa dari mereka bahkan tak segan-segan membunuh hanya untuk mendapatkan keinginan nya. Seperti kejadian kemarin, seorang gadis remaja tega membunuh seorang kakek tua dengan sebilah pisau yang ia sembunyikan dalam tasnya hanya karena memperebutkan se-kantung masker. Sayang nya, pihak kepolisian tidak menindak lanjutkan kasus pembunuhan tersebut karena kondisi dunia yang tengah berkecamuk. Menurut mereka, tak ada lagi hal yang lebih penting daripada keselamatan diri sendiri.

"Persediaan masker dan bahan pangan di pusat perbelanjaan masing-masing negara berkurang cukup drastis. Mohon untuk tidak bertindak gegabah dan panik. Panik hanya akan memperburuk keadaan."

Karena peristiwa baru ini, banyak pula warga yang semulanya bersembunyi dari kericuhan di luar, lebih memilih meringkuk di dalam rumah, memutuskan tidak keluar rumah dan bergabung dengan warga lainnya untuk membeli beberapa masker gas dan tabung oksigennya. Namun terkadang ada beberapa dari mereka yang tak mendapatkan apa yang mereka inginkan, sehingga mengharuskan mereka untuk menaiki kendaraan beroda empat alih-alih berharap akan lebih cepat, namun nyatanya semakin terhambat karena banyak jalan raya yang tertutup dengan puluhan mobil yang berguling dan tak terparkir dengan baik sehingga membuat jalan tak dapat dilintasi.

Mobil pickup berwarna hitam lusuh di tengah jalan itu termasuk menjadi salah satu mobil yang terbalik dan membuat muatan di dalamnya terbalik juga berantakan. Pengemudi pria itu sempat kehilangan kesadaran, kemudian ia siuman akibat merasakan darah dan kesakitan yang familiar. Pria itu mengusap wajahnya yang basah dan sedikit hangat, dilihatnya tangannya yang menampilkan darah dari wajahnya. Sial, itu sangat banyak.

Keadaannya tak baik, terbalik di dalam mobilnya yang juga terbalik dan masih tak dapat bergerak, tertahan oleh sabuk pengamannya yang masih setia mengikatnya di kursi kemudi. Kepalanya terasa sangat berat dan berputar-putar, pendengarannya pun teredam, pengaruh dari posisi badannya. Mungkin semua darah sudah turun ke kepalanya saat ini. Pandangan buramnya menjelajah dalam mobilnya yang sudah tak dapat ter-deskripsikan dengan baik, semuanya hancur. Tak mungkin dapat di asuransi. Tangannya meraih sisi tubuhnya untuk menekan tombol dan sabuk pengaman yang mengikat tubuhnya seketika terlepas, membuat tubuh terbaliknya seketika terhempas jatuh dan kepalanya terantuk keras pada atap mobil.

Dengan kesadaran yang masih sangat kurang ia bersusah payah merangkak keluar, berdiri sempoyongan di tengah lautan mobil mahal yang kini sudah tak berguna lagi. Orang-orang dari arah belakangnya berlarian tak karuan, menabraknya hingga membuat nya kembali tersungkur. Ia menggeram bangkit, memegang kepala berdarah nya, lalu seketika tersadar jika masih ada yang harus ia selamatkan di dalam mobilnya, untuk itu ia merangkak kembali memasuki mobilnya dan meraih sebuah ransel hitam besarnya. Tak lupa dengan sebuah sekop besarnya yang tergeletak tak bergerak di atas tanah.

"Ada apa ini? Apa yang...."

Sekop dalam genggaman tangannya berlumuran dengan darahnya, rupanya terkena tetesan darahnya yang mengalir mulus ketika ia terikat sabuk pengaman. Ia pun mengacungkan sekop itu dan mengangkat nya hingga ke belakang kepala untuk berjaga-jaga jika seseorang dengan penampilan mengerikan itu akan kembali muncul. Langkahnya perlahan dan sempoyongan, seperti seorang preman yang sedang mabuk berat.

24/7 HELL Where stories live. Discover now