Cincuenta y siete

139 6 8
                                    



Kimo membuka pintu, lalu berjalan mendekati Ray yang terlihat masih berbicara dengan satpamnya. Biasanya Kimo akan keluar jika salah satu orang yang bekerja di rumahnya memberi tahunya. Tapi untuk pertama kalinya, Kimo keluar atas keinginannya sendiri. Kimo pun menghentikan langkahnya beralih untuk menatap laki-laki itu dalam diam dari jarak yang hanya berkisar lima langkah dari laki-laki itu.

Ray menyadari kebaradaan Kimo, laki-laki itu menoleh sedikit dan langsung dihadapkan dengan wajah Kimo yang datar. Datar seperti biasanya, pikir laki-laki itu.

"Kim, maaf gue datang lagi," kata laki-laki itu.

Kimo tidak menjawab dan hanya menunggu laki-laki itu untuk berbicara. Sebelum itu, Kimo memberikan tanda kepada satpamnya untuk meninggalkan dirinya berdua saja dengan Ray di sana. Entah kenapa Kimo tidak ingin siapapun mendengarkan percakapannya dengan Ray karena Kimo yakin yang akan menjadi topik pembahasannya adalah topik yang cukup sensitif.

"Gue salah, tidak seharusnya gue meninggalkan lo seperti yang dilakukan oleh orang lain." Laki-laki itu sudah mulai berbicara panjang lebar. Kimo jadi merasa gugup entah karena apa. "Gue sudah tahu semuanya. Kakak lo memberitahu gue kalau lo seperti ini karena..."

"Tunggu dulu," potong Kimo mulai menyadari sesuatu. Apa-apaan ini. Batinnya berteriak merasa marah. "Kakak gue? Lo berbicara dengan Kemi? Gimana bisa?"

"Maaf, gue tidak memberi tahu lebih cepat. Gue..."

"Gue tidak suka lo seperti ini Ray. Apapun yang terjadi sama gue, itu bukan urusan lo! Dan gue tidak ingin ada orang lain tahu kenapa gue seperti ini! Gue tidak ingin semua orang mengerti kenapa gue bisa seperti ini!"

"Tapi gue ingin mengerti!" tanpa sadar Ray membentak Kimo, membuat perempuan itu terdiam karena tidak menyangka Ray akan membetaknya. Menyadari sesuatu, Kimo menoleh ke arah balkon, ia dapat melihat keempat laki-laki itu menguping. Kimo menatap sinis ke arah mereka dan spontan keempat laki-laki itu langsung menghilang dari balkon.

Ray mengusap wajahnya. "Gue ingin menjadi orang luar yang mengerti, Kim."

"Tapi kenapa lo sangat ingin mengerti?"

"Udah berapa kali gue bilang kalau gue suka sama lo Kim? Semua yang gue lakukan, kepedulian gue, perhatian gue, bahkan karena niat gue untuk mengerti lo karena gue menyukai lo!"

"As a friend?" tanya Kimo ragu. Iya, perempuan itu masih ragu walaupun sebenarnya Kimo sudah tahu jawabannya sebelumnya.

"No! Gue suka lo sebagai perempuan, lebih dari seorang teman. Kenapa lo membuat gue untuk menyatakan hal yang sama berkal-kali."

Kimo terdiam, ia tidak tahu harus berkata apa. Dulu ia pernah mengalami hal seperti ini dengan Baraq tentu saja, tapi masalahnya Kimo lupa harus melakukan apa di saat momen seperti ini. Ia lupa bahkan kebingungan setengah mati. Kimo merasa sangat bodoh sekarang.

"Kalau gue tidak suka?" cicit Kimo tanpa berani menatap mata Ray.

"Kalau lo tidak suka maka gue akan tetap menyukai lo dan bahkan membuat lo suka kepada gue."

"Kalau gue masih tidak suka?"

"Maka gue akan terus berusaha sampai akhirnya gue harus menyerah karena lo sudah menemukan sosok yang lebih pantas dari gue."

Kimo terdiam lagi. Ia sukses kebingungan.

"Gue akan merubah lo agar keluar dari beban ini."

"Maksud lo?" tanya Kimo tidak mengerti.

"Gue akan merubah lo untuk tidak menggunakan kekerasan lagi di segala masalah yang lo hadapi."

Kimo tertawa mendengarnya. Dengan nada sinis ia berkata, "Lo ingin merubah gue? Gak akan berhasil. Gue gak bisa diubah. Gue adalah psikopat seperti yang kalian bilang."

Sweet but PsychoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang