Once

794 51 4
                                    

Seorang laki-laki berparas ala-ala Belanda berjalan mendekati Kemi yang sedang sibuk berkutik dengan laptopnya. Mungkin sedang menyelesaikan presentasinya agar besok dia bisa tampil.

"Hey, sibuk sekali sepertinya" kata laki-laki itu dalam berbahasa inggris yang sangat fasih.

Kemi mengangkat kepalanya sejenak dan tersenyum. "Begitu lah" jawabnya dengan singkat dan kembali berfokus dengan laptopnya.

Laki-laki itu kemudian bersandar di tiang yang terletak di sebelah Kemi duduk. Ia menatap langit biru yang hari ini terlihat cerah dan tersenyum.

"Gue kangen saudari lo Kem," katanya kali ini dengan berbahasa indonesia. Kemi menghentikan gerakan mengetiknya untuk sejenak dan memperhatikan apa yang dilakukan oleh temannya itu. "Saudari lo itu unik. Gue jadi ingin..."

"Tunggu dulu," kata Kemi cepat sebelum laki-laki di sebelahnya mulai berbicara kemana-mana. "Lo ingin apa? Kembali ke saudari gue, begitu?"

Laki-laki itu seketika berdiri tegak dan menoleh ke arah Kemi ketika menyadari nada bicara Kemi yang mulai berubah menjadi tidak menyenangkan.

"Tenang, gue tidak bermaksud."

"Tidak bermaksud untuk mencoba mendekati suadari gue?"

Laki-laki itu berdecak, kemudian menatap lelah ke arah Kemi. Lagi-lagi Kemi seperti ini ketika ia benar-benar merindukan saudari temannya itu yang menurutnya sangat mempesona.

"Jangan ganggu saudari gue lagi, Raq. Jangan dekati lagi," kata Kemi sekarang dia ikut berdiri.

"Apa yang gue katakan sekarang ini adalah gue hanya merindukan saudari lo. That's it"  ucapnya berusaha meyakinkan Kemi.

Kemi berdecih dan menatap temannya itu dengan tatapan yang sangat tajam. Tidak bisa dia lupakan apa yang telah dilakukan temannya itu kepada Kimo. Kemi tidak akan membiarkan semua itu terjadi kembali.

"Jangan lupakan apa yang telah lo lakuin ke saudari gue, Raq"

"Gue gak pernah lupa," jawab laki-laki itu dengan pelan tapi terkesan menggantung dalam nada bicaranya.

Kemi merasa sudah selesai dengan temannya itu. Tidak ada lagi gunanya ia berbicara terlebih tentang Kimo. Membuang-buang waktu saja menurutnya. Namun, ketika Kemi hendak melangkah, kata-kata laki-laki tadi selanjutnya mampu membuat langkahnya terhenti.

"Gue menginginkan saudari lo, Kem." Begitu katanya dan Kemi benar-benar merasa geram.

"Gue tidak bisa berhenti memikirkan saudari lo. Apa yang telah gue lakukan di masa lalu benar-benar telah mengecewakannya, tapi tidak adakah kesempatan untuk gue agar dapat memperbaiki semua kekecewaan itu?" tanya laki-laki itu dan sebenarnya ia tidak memerlukan jawaban Kemi.

"Gue sudah berubah. Gue ingin membahagiakannya. Izinkan gue untuk..."

"Sudah cukup. Hentikan semua omong kosongnya" Kemi berjalan dan mendorong dada laki-laki di depannya dengan pelan tapi rasanya mampu menjatuhkan harga diri si laki-laki depan Kemi.

"Lo gak pantas. Gak ada kesempatan kedua buat lo" kata Kemi yang terdengar final. Kemudian Kemi pergi meninggalkan laki-laki itu dengan amarah yang masih terbawa.

Laki-laki itu tidak bisa berkata-kata ataupun melawan karena apa yang telah dikatakan Kemi memang benar. Tapi apa yang harus dilakukannya jika walaupun dia sudah melakukan kesalahan kepada Kimo, hatinya tetap menginginkan perempuan itu.

Ia merasa sudah gila, karena dirinya tidak bisa berhenti memikirkan Kimo semenjak perempuan itu meninggalkan negara ini. Indonesia, haruskah dirinya mengejar perempuan itu? Karena bagaimanapun, semua itu mudah dilakukannya. Harta berlimpah dan berasal dari keluarga terpandang, apa yang tidak bisa dilakukannya?

Sweet but PsychoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang