Mereka duduk bersebelahan, Nesa masih dalam pangkuan Angga

"Kamu ga pengen kayak mereka?" tanya Angga dengan menunjukkan dagunya ke arah Adila dan Feri.

"Kan uda deal, tahun depan, lagian sepupu mas baru ngadain kawinan, kata orang dulu ga boleh tahun yang sama."

"Emang kenapa?"

"Ga tau!" jawab Nara singkat dengan menaikkan dua bahunya.

"Bun, kalo ada sodara nikah taon ini, terus kita nikah juga, ga boleh? Nikah di tahun yang sama ga boleh?!" Tanya Angga menoleh ke arah Bunda.

"Kalo dulu ga boleh, nunggu setahun dari gawe. Soalnya capek masak, siapin ini itu sendiri. Lha kalo sekarang, kamu nikah bulan depan ya ga papa. Pokoknya ada duitnya, kan ada WO. Jadi kita ga capek." jawab Bunda.

"tuh kan boleh...kita 2 bulan lagi ya?"tanya Angga lagi.

"Belum dapat cuti!"

"Kita nikah pagi, siang resepsi. Senin ijin ga masuk,  ngurus bank kek atau apa....Di November ada Selasa hari libur. Gitu aja gimana? Mau ya?"

"Terserah bapak HRD aja lah!" ucap Nara lalu meninggalkan Angga yang masih duduk dengan keluarga yang lain.

Nara duduk di area tamu, dimana kursi di atur berbaris rapi, dia duduk di deret kedua, dia berkumpul bersama Akmal, Aksa, dan Aksa. Tampak deretan depan terlihat beberapa wanita.

"Feri itu teman kantor aku....Ada sodara Dila, yang namanya Angga, yang cakep itu, dulu kita satu kampus. Dia ada kan?" ucap seorang wanita.

"Tadi keliatan, dia datang sendiri. Makin cakep aja. "balas wanita yang lain.

"Dulu waktu Dila tunangan, dia ngajak cewek. Tapi aku liat tadi, waktu dia datang, dia emang sendiri." sahut wanita yang lain lagi.

"Angga biasa seperti itu, sebentar sama ini, besok ada acara lain, ya ngajak cewek lain juga."

"Aku tadi liat sekilas, ada cewek yang di ajak Angga waktu Dila tunangan. Tapi emang ga barengan sich."

"Emang gimana sich ceweknya?"

"Alaaaah...biasa! Ga cantik-cantik amat. Kayaknya masih kecil. " ucap seorang wanita dengan tangan ikut bergerak sebagai bahasa tubuh.

"Pasti ya cuma temen biasa aja."

Nara mendengar semua pembicaraan mereka, dan membuatnya dongkol. 

"Kemana Ra?" tanya Amar ketika Nara berdiri.

"Panas ya?!" goda Aksa dengan senyuman mengejek.

"Pengen mandi air es." jawab Nara asal, 3 cowok jomblo itu tertawa dan ikut berdiri membuntuti Nara.

"Dia kenapa?" tanya Angga kepada Akmal yang duduk tak jauh darinya, pria itu melihat wajah cemberut Nara.

"Biasa anak labil, hatinya gampang panas." jawab Akmal.

Akhirnya mereka menceritakan tentang percakapan para wanita itu yang didengar oleh Nara. Angga merespon hanya dengan senyuman, lalu dia berdiri dan meninggalkan meja yang berisi saudaranya.

Nara kembali duduk di dekat Bunda dan memangku Nesa.

Nesa memainkan jepit yang menghiasi rambut Nara, melepas jepitnya lalu memasangnya lagi.

"Nes, ntar rambut Tante Nara berantakan." ucap Isti selaku ibunya, namun Nesa seolah tak peduli dengan ucapan ibunya.

"Biarin mbak, supaya diem. Dari pada liat Nesa lari-lari, capek liatnya." balas Nara yang rambutnya sudah tidak rapi lagi.

#5 A Drama (END)Where stories live. Discover now