"Kamu pernah ngalamin hal yang buat kamu menyesal sampai sekarang?"
Aku berpikir lama, sebenarnya banyak hal yang membuatku menyesal. Hanya saja sekarang semua itu sudah kupendam jauh di dasar.
"Kalau aku pernah."
Aku merasa tertarik saat dia berkata seperti itu. Aku mengalihkan pandanganku, menatap punggung Arrayan. Akibat suasana yang hening aku jadi bisa mendengar suara helaan nafas berat Arrayan.
"Semua orang pasti pernah menyesal, mau hal sekecil apapun itu dalam hidupnya." ucapku sambil menatap punggungnya yang semakin merosot.
"Dulu" ucap Arrayan sambil menatap langit.
Aku sudah dalam posisi siap mendengarkan cerita yang akan keluar dari mulutnya.
"Dulu aku suka sama seorang perempuan, dia cantik dan baik. Semua orang tau kalau dia memang sebaik itu. Mungkin bisa dibilang karena kebaikannya aku jadi terbiasa melakukan hal yang sama."
Jangan tanya perasaanku sekarang, kalian pasti paham posisi dimana seorang yang kalian sukai menceritakan tentang orang yang dia suka. Apalagi pengaruh seseorang itu sangat besar terhadap kehidupan orang yang dirimu sukai.
Sedikit banyak aku merasa beruntung karena Arrayan tidak melihat ke arahku dan masih fokus melihat langit. Aku bahkan tidak bisa menyembunyikan ekspresi wajahku yang, errr aku bahkan tidak bisa menjelaskan.
"Kita deket, deket banget sampai semua orang sangka kalau kita pacaran. Kemana-mana selalu berdua, kalau dia bosen aku ajak dia main keluar. Karena sering ketemu dan sering jemput dia dirumahnya, aku jadi kenal sama keluarganya. Pokoknya kita memang sedekat itu, atleast itu yang ada dipikiran ku"
"Sampai akhirnya pas aku punya keberanian untuk ungkapin perasaan ke dia, hari itu aku malah ngeliat dia ditembak. Aku kira dia suka sama aku dan bakalan nolak, nyatanya dia terima. Di hari itu menjadi awal hubungan mereka dan awal rasa penyesalanku muncul."
"Aku nyesel banget ngga ungkapin rasa suka dan sayang aku ke dia lebih cepat. Mungkin kalau aku lebih cepat, dia bakala- Arggh yaudahlah hahaha" terdengar tawa getir darinya.
Aku melihat punggungnya dengan tatapan iba, ternyata seorang Arrayan pernah merasakan yang namanya ditikung orang karena terlalu lama dekat tapi tak memberi kepastian. Dibanding dengan hatiku yang berkecamuk karena ia bercerita tentang seseorang yang dia suka, rasa iba mulai mendominasi.
"Jadi Kyara, kalau kamu suka sama seseorang, kamu harus ungkapin perasaan kamu. Aku ngga mau kamu nyesel kayak aku yang udah terlalu suka sama orang, tapi karena waktu dan keadaan harus menyerah ditengah jalan. Seenggaknya kalau kamu ungkapin perasaan kamu, kamu bisa merasa lega. Kedepannya kan ngga ada yang tau, siapa tau orang yang kamu suka ternyata suka sama kamu kan?" Arrayan memutar badannya dan menghadap kediriku.
Aku bisa menelaah bahwa wajah itu menyiratkan kata tidak baik-baik saja meskipun ia menyematkan senyum kecil di akhir. Sangat berbeda dengan Arrayan yang beberapa saat lalu tersenyum menatap langit sore. Senyumnya terlihat dipaksakan.
Tapi aku hanya tersenyum menanggapi ucapan Arrayan tentang pernyataan suka. Memang benar perkataan Arrayan, tapi aku lebih tau bahwa aku tidak punya keberanian sebesar itu untuk mengungkapkan perasaanku.
Bahkan saat ini kebersamaanku dan orang yang ku suka baru saja terjalin. Aku baru saja menikmati kebersamaan kami, tapi apa kata seseorang tersebut jika tau kalau ternyata aku adalah salah satu dari banyaknya penggemar yang ia miliki?
Aku hanya takut kami menjadi sosok asing lagi yang memutuskan untuk tidak kenal satu sama lain kalau saja aku mengungkapkan rasa suka pada orang yang ku sukai, yang notabenenya ada dihadapan ku sekarang. Aku menghela nafas pelan.
"Kamu senyum doang nih, kamu ngga mau kasih aku pencerahan?" ucap Arrayan sambil mengernyitkan dahinya.
Aku tertawa kecil mendengar perkataannya, lalu aku memberikan sedikit saran.
"Aku rasa ngga baik kalau terus tenggelam dalam rasa penyesalan. Kamu harus bangun lagi, rasa penyesalan itu harusnya dijadikan sebuah pelajaran hidup kamu supaya kamu ngga ngulangin hal yang sama kedepannya."
Arrayan menganggukkan kepalanya seolah ia mengerti.
"Kalau gitu, kamu mau bantu aku bangun dari rasa penyesalan ini ngga?"
"Hah? Apa aku ngga salah denger?"
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.