Akibat insiden bakso dikantin, Aji jadi mendiami Arrayan dan aku. Aku merasa tidak enak padanya karena secara tidak langsung aku menyebabkan ia bolak-balik buang air besar.
"Aji maafin dong ya" ucapku sambil terus membujuknya. Namun, ia hanya membuang pandangannya ke arah lain, tidak ingin melihatku.
"Aji kokomi gimana?"
"deal" Aji langsung membalikan badannya menatapku dengan rasa senang berlipat ganda. Jangan lupakan tangannya yang menjabat tanganku tiba-tiba.
Aku tersenyum, tentu saja aku merasa kesal. Memang manusia satu itu harus disogok dulu baru mau memaafkan. Mana senyumnya lebar sekali sehabis mendengar kata kokomi disebut. Dasar orang yang suka mengambil kesempatan dalam kesempitan.
Aku kembali kebangku ku dan duduk diam dengan damai disana. Bersiap mengeluarkan uang untuk memesan kokomi lewat ojol. Aku tidak rela, tapi yasudahlah anggap saja sedekah pada yang membutuhkan.
Saat ingin memesan, tiba-tiba ponselku diambil. Aku mendongakkan kepala dan melihat Arrayan sudah di depanku sambil menyembunyikan ponselku di belakang punggungnya.
"Arrayan butuh sesuatu? Kenapa ambil hp aku?" aku menatapnya bertanya-tanya karena tingkahnya yang ajaib itu.
"kalau ngga diambil nanti kamu beliin si Aji kokomi"
Aku mengedipkan mata tiga kali mendengarkan pernyataannya, sebelum aku menahan tawa yang mungkin akan meledak. Habisnya Arrayan memasang wajah cemberut yang dibuat-buat, jadi terkesan menggemaskan di mataku.
"Kamu mau?" tawarku padanya agar ia tidak cemberut lagi padaku
"Ish bukan itu maksudku" Arrayan lalu menggembungkan kedua pipinya karena kesal.
"Terus apa dong?"
"Au ah" Arrayan malah membalikan badannya dan pergi keluar kelas dengan ponselku yang masih dibawanya.
Aku menyusulnya di belakang, tentu saja ingin mendapatkan ponsel berhargaku itu. Bisa bisa dia melihat isi galery ku yang penuh dengan fotonya, bisa malu aku.
Aku memanggil nama Arrayan, tapi sang pemilik nama tidak peduli dan terus berjalan. Hingga tak sadar langkahku telah dibawanya menuju rooftop sekolah.
"Arrayan balikin hp aku dong"
Arrayan berhenti mendadak sehingga diriku menabrak punggungnya, ia membalikkan badannya jadi menghadapku. Dalam jarak sedekat ini, aku bisa melihat jelas betapa indahnya wajah milik Arrayan. Membuatku tanpa sadar menelan ludahku berat.
Bahayaaaa!
Jantungku berdetak dengan keras tanpa kompromi. Dengan posisi seperti ini pasti Arrayan dapat mendengar dan merasakan berisiknya jantungku. Aku memundurkan langkahku membuat jarak dengan Arrayan yang sekiranya aman.
Namun, Arrayan malah melangkah maju. Setiap aku melangkah mundur maka ia akan melangkah maju. Terus hingga tak sadar aku tertabrak meja yang tak terpakai disana. Arrayan dengan sigap menarik pinggangku agar aku tidak terjembab kebelakang. Aku refleks memegang seragam sekolah Arrayan, mencari pegangan agar tidak terjatuh.
Posisi ini malah membuat jarak kami sisa lima senti. Aku tersihir dengan mata Arrayan yang indah, menatapnya seolah tak ada hari esok. Begitupun Arrayan yang balas menatap mataku. Posisi yang terlihat ambigu ini malah membuatku nyaman. Untung tidak ada siswa atau siswi yang datang kesini.
Tiba-tiba Arrayan mendekatkan wajahnya padaku, aku menutup mata tak tahu harus apa.
"Hpnya aku sita, kalau mau ambil nanti pulang sekolah aku tunggu di parkiran" bisik Arrayan lalu ia menjauhkan badannya, aku langsung membuka mata dan membeku ditempat.
YOU ARE READING
Tentangnya : Arrayyan | •Hyunjin•
FanfictionArrayan Devan Samudra yang baik hati dan disukai semua orang. Definisi dari manusia yang sempurna menurut kamusku. The Quadruplet (1/4)
