15. PTSD

12.6K 1.3K 46
                                    

Post traumatic stress disorder merupakan
gangguan mental yang muncul setelah seseorang mengalami atau menyaksikan peristiwa yang tidak menyenangkan.

PTSD, gangguan itu yang diderita oleh Melodi. Namun Arka tidak tahu peristiwa traumatis apa yang membuat Melodi menderita gangguan itu. Di hadapannya, Melodi selalu bertingkah seolah dia baik-baik saja. Gadis itu menyembunyikan banyak rahasia tentang hidupnya. Lebih tepatnya, masa lalunya. Arka bisa merasakan itu saat ia sedang bersamanya dan menatap manik kecokelatannya.

"Mikirin apa, Arka? Kok melamun?"

Arka terkesiap begitu merasakan tepukan di bahunya. Ia menemukan Elina Sanjaya--bundanya yang berdiri di sampingnya. "Eh? Enggak kok, Bun."

"Kalo gak melamun kok makanan kamu cuma diaduk-aduk?" tanya Elina. Kini ia beralih duduk di samping Arka. Ikut sarapan bersama.

Arka tidak menjawab. Ia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Gara-gara memikirkan Melodi, Arka baru sadar sedari tadi ia hanya mengacak-acak nasi gorengnya ketimbang memasukkan ke dalam mulut.

"Bunda rencananya mau bikin kue. Buat ulang tahun Sha sama Ilo," jawab Elina sambil mengupas apel. "Bantuin ya?" pinta Elina pada Arka.

Elina sedari dulu tidak pernah berubah. Jika ada kesempatan, entah penting atau tidak pasti ia akan membuat kue. Yang jelas Arka yang menjadi korban untuk membantunya karena Arka termasuk jago membuat kue.

"Arka enggak bisa, Bun. Kan harus ke rumah sakit Ayah," balas Arka sambil melirik Ayahnya yang juga tengah sarapan.

"Kalo gitu libur aja dulu. Bisakan, Yah?" Elina menatap Wira.

Wira menggelengkan kepala. "Enggak bisa. Biarin dia lakuin tanggung jawabnya dulu, baru yang lain."

Wira menatap Arka. "Pagi ini kamu urus Melodi dulu, dia ada terapi. Baru siangnya kamu bisa bantuin bunda," kata Wira.

"Nanti Melodi bawa ke sini aja. Bunda pengin ketemu dia," celetuk Elina membuat Arka seketika membelakakan mata.

Membawa Melodi ke rumahnya? Untuk apa? Kenapa permintaan Bundanya terkadang aneh-aneh seperti ini?

"Apaan sih, Bun? Gak mungkin lah Arka bawa dia ke sini," tukas Arka.

"Bunda pengin bikin kue sama dia. Boleh kan, Yah?" pinta Elina pada Wira.

"Boleh. Nanti kamu bawa sekalian Melodi setelah terapi," kata Wira sambil menunjuk Arka menggunakan sendoknya.

Arka memilih diam, tidak menolak tidak juga mengiyakan. Semakin menanggapi mulut Ayahnya semakin bablas entah kemana . Ia mencibir dalam hati sembari sibuk menyuap makanannya hingga ia teringat akan suatu hal.

"Boleh tanya gak, Yah?"

Wira mendongakkan kepala sebentar untuk menatap Arka. "Tanya apa?"

"Ini tentang Melodi. Mas Adit bilang kalo Melodi penderita PTSD. Itu berarti dia punya trauma. Memang Melodi pernah ngalamin kejadian traumatis apa?" tanya Arka dengan serius.

Wira tercengang dengan perkataan Arka. Ia tahu, suatu saat Arka pasti akan menanyakan ini. Tentang masa lalu Melodi yang ia sendiri tidak banyak tahu. Wira menghela nafas panjang setelah minum air putih.

Love in PsychiatricalWhere stories live. Discover now