9. Om Abhimanyu(n)

13.7K 1.5K 46
                                    

"Ada yang mau kamu ceritakan sama Om?" —Om Manyun.

"Om ... kapan Papa jemput Melodi?" —Melodi.


***

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Om Manyun!"

Melodi memeluk erat pria yang usianya sudah memasuki kepala empat itu. Melingkarkan lengannya pada punggung lebarnya dan menenggelamkan kepalanya pada dada bidangnya.

Melodi melepas rindu yang sudah lama tersimpan dalam hatinya.

Kepalannya sedikit mendongak untuk melihat rupa seseorang yang dia rindukan kehadirannya. Orang yang selalu membuatnya merasa bahwa dia tidak sendiri di dunia ini. Orang yang selalu memberinya semangat untuk selalu bertahan dalam segala kondisi apa pun.

Satu hal yang selalu Melodi ingat dari pria ini. Katanya, dia pasti akan bahagia.  Hanya menunggu waktu kapan terjadinya.

"Melodi kangen Om."

Ada hal yang berbeda dari Melodi saat ini, yaitu bagaimana dia menyebut namanya sendiri bukanlah Odi—seperti biasa, melainkan Melodi. Nama yang sesungguhnya. Nama yang dia sebutkan hanya pada orang-orang tertentu, termasuk pria ini.

"Om juga kangen Melodi. Kamu baik, kan, di sini?"

Melodi mengangguk.

"Maaf Anda siapa?" Arka datang menghampiri mereka berdua. Meski sayup-sayup dia dapat mendengar percakapan mereka tadi, tidak memungkiri untuk Arka tidak bertanya.

Pria itu menoleh ke arah Arka. Tangan kirinya masih memeluk Melodi sedangkan tangan kanan yang tadinya sedang memegang boneka sengaja dia lepas untuk mengulurkan tangan. Dia mengulas senyum. "Saya Abhimanyu."

Arka membalas uluran tangannya, "Arkana."

"Saya orang yang bertanggung jawab atas Melodi di sini, kalau kamu ingin tau," ucap Abhi yang seperti dapat membaca pikiran Arka.

"Wali?"

"Ya sebut saja begitu. Lalu Anda sendiri?"

Arka sedikit kikuk dengan pertanyaan Abhi. "Saya perawat pribadinya."

"Kalo mau ngobrol mending tahun depan, Melodi laper nih, Om." Melodi merasa bosan mendengar kedua orang ini saling memperkenalkan diri. Padahal sedari tadi perutnya sudah keroncongan.

Love in PsychiatricalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang