"Yang di kulkas ada apa, itu aja yang dimasak." Jawab Venna.

Tak lama pemilik rumah datang dengan berjalan malas, muka bantal dan masih menguap.

"Sapa yang masak? Pagi gini uda matang!" Tanya Aline sambil duduk di meja makan.

"Nara yang masak!" Ucap Venna.

"Maaf aku buat ginian ga ijin dulu, soalnya kelaparan."

"Ga papa, dari pada sayuran nganggur di kulkas. Ayo kak! Kita masak apa nich? "

Akhirnya para wanita itu sudah berkumpul semua di dapur. Mereka saling membantu sambil mengobrol.
"Sebenarnya kamu sama kak Angga gimana Ra?" Tanya Isti tanpa basa-basi.

"Kita emang lagi dekat mbak." Jawab Nara.

"Kalo Angga ngajak nikah, kamu mau kan Ra?" Tanya Venna.

"Belum nyampek sana kak, Nara masih 22 tahun."

"Kamu 22 tapi Angga uda ga muda lagi, paling 32an. Terus kalian mau punya anak umur berapa? Ga kasian Angga? Ntar kalo gendong anakmu, dipikir orang Angga itu kakek nya." Ujar Linda panjang lebar.

"Pokoknya Ra, kalo Angga ngajak nikah, kamu harus mau. Itu tandanya dia serius." Sahut Lisa.

"Kak Lisa kayaknya tau banget." Balas Nara.

"Lisa kan mantan Angga." Jawab Adila

"Hah?! Beneran kak?"

Lisa hanya tersenyum dan mengangguk.

Seketika hati Nara menciut, karena Lisa mempunyai kondisi fisik yang sempurna, sangat berbeda jauh dengan fisik Nara.

"Jadi minder!" celetuk Nara dan membuat para wanita itu tertawa.

"Kamu emang ga secantik Lisa, tapi kakak aku pasti punya alasan kuat untuk mendekatimu. Kamu special bagi seorang Angga." Bisik Aline seolah mengetahui kegundahan hati Nara.
Gadis itu tersenyum mendengar kalimat yang dilontarkan Aline.

Nara menerima berbagai macam pertanyaan dari sodara wanita Angga, seolah mereka ingin tahu lebih jauh tentang hubungan mereka. Dan Nara menjawab dengan bijak.

"Uda selesai kan tanya-tanyanya? Setelah keluar dari rumah ini, Nara ga menerima pertanyaan lagi tentang Angga lho ya...." Ucap Nara dengan wajah lugu.

"Kita nunggu kalian lamaran aja lah." Balas Venna.

"Kita kayaknya ga pake lamaran, langsung nikah." Sahut Nara bercanda.

"Ya uda, ntar aku bilangin kakak aku yang sok ganteng itu. Nara ga mau dilamar, langsung ijab qobul." Adila membalas candaan Nara.

"Eh Jangan! Kan pengen ngerasain dilamar juga, kan romantis!" Sahut Nara cepat.

"Jadinya gimana nich? pakai lamaran atau langsung? aku bilangin ke dia." Ujar Adila lagi.

"Terserah dia aja!" sahut Nara. Mereka berhasil meledek Nara sehingga dapur lebih berisik.

Pukul 7 beberapa menu telah siap dimeja makan.

"Waktunya makan!" Teriak Aline.

Para pria yang membersihkan mobil, membersihkan rumah, menyapu pekarangan, mendadak menghentikan kegiatannya. Sambil bercanda mereka mengantri dikamar mandi untuk mencuci tangan.

"Yang singlelilah duluan! Kasian liatnya." Seru Arta dan mendapat sorakan gembira dari Aksa, Akmal dan Amar.

Dan seperti biasanya Nara mengambil porsi ukuran makan untuk Angga yang duduk didepan TV.

#5 A Drama (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang