34

860 44 2
                                    

Aluna melihat tanggalan, hari ini adalah keberangkatan Zero ke Inggris. Dan dia enggan untuk mengantar anak itu ke bandara. Walaupun hatinya menangis melihat kepergian Zero.

Semenjak kejadian di cafe itu, Aluna menganggap hubungannya berakhir. Dia tak mau bertemu dengan Zero lagi. Walaupun Zero setiap hari menelfonnya atau mengirim pesan. Tapi, lagi-lagi Aluna mengutamakan egonya.

tok tok tok...
"ASSALAMUALAIKUM!!!" suara lantang depan pintu membuyarkan lamunya. Dia membuka pintu tersebut dan menemukan dua lelaki berdiri di depan rumahnya.

"Lun"

"Hmm"

"Lo serius gak mau nemuin Zero?"

"Hmm" ucap Aluna dengan tangan yang disilangkan di dada

"Lo gak bakal nyesel?" tanya Ajun

"Gak"

"Mungkin ini berat buat lo lun, tapi gue yang temenan sama dia dari orok, dia bukan modelan cowok yang kurang ajar, yang ninggalin pasangannya seenaknya, lo kira dia gak menderita beberapa hari ini lo gak mau nemuin dia? seenggaknya lo bikin dia pergi dengan hati tenang lun, dia ke negri orang mau nambah ilmu, buat gapai cita-citanya" cerocos Arga

Aluna terdiam, tertunduk menahan tangis dan menurutuki dirinya sendiri.

"Gue harap lo ngerti lun"

"Antar gue ke bandara sekarang"

Tanpa basa basi mereka langsung masuk ke dalam mobil Arga. Sesampainya di bandara mereka berlari mencari Zero.

"ZERO!!" dia berbalik dan terkejut dengan kedatangan Aluna. Aluna berlari dan memeluk Zero. Dalam pelukan Zero dia menangis, seperti orang yang tak rela kehilangan.

"Ze maaf"

"Gapapa, semua baik-baik aja"

"Maaf ze, aku egois" Zero melepas pelukannya lalu melihat mata Aluna.

"Lihat aku" Aluna melihat Zero yang menjajarkan badannya.

"Sebelum aku pergi, aku cuma mau bilang. Kita gak akan pernah putus, camkan itu"

"Tapi aku kemarin mutusin kamu"

"Hubungan akan putus jika keduanya setuju, sedangkan aku gak pernah setuju dan gak akan"

"Maaf ze"

"Cukup maaf mu itu, jangan membuat aku terlihat merasa bersalah dengan kepergianku ini lun"

"Engga, aku gapapa kok kamu pergi. Aku bakal nunggu kamu ze, aku janji akan gapai cita-cita aku disini, sama kaya kamu" Zero tersenyum

"Good girl" sambil menepuk kepala Aluna.

"Jaga diri ya, aku pergi"

"Peluk sekali lagi" pintanya malu-malu, Zero langsung menarik tangan Aluna dan memeluknya.

"Yang bakal aku rindukan nantinya ya tubuh yang sekarang aku peluk ini"

"Jijik gombal"

"Haha"

"Eh kunyuk, lo anggep kita ini apa?" ucap Arga dramatis

"Anaknya kunyuk"

"Sialan banget"

"Thx ya, lo dateng bawa Aluna"

"Yoi bro, tenang aja kalo sama kita mah"

"Hati-hati ya lo di sana, kalo ada bule cantik bagi ke gue"

"Kebiasaan lo" Arga menoyor kepala Ajun

"Ya napa si? sewot amat dah"

Zero hanya menggeleng-geleng melihat kelakuan mereka.

"Yaudah gue pergi, jaga diri kalian ya. Kalian berdua jaga Aluna selama gue gak ada"

"SIAP PAK BOS" Arga dan Ajun langsung hormat kepada Zero.

Zero pergi dengan kopernya, Aluna melihat punggung itu makin jauh, susah di gapai, yang akan dirindukan. Jangankan nanti, punggungnya tak terlihat, dia sudah rindu.

"Ayo lun pulang"

"Ayo" dia melihat kakinya, dia memakai sandal jepit dan baju tidur.

"ARGA AJUN!"

"Apasih teriak-teriak?"

"Gue baru sadar kesini pake ginian"

"Yaelah santai kali, siapa juga yang liatin lo" sambil melihat keliling, nyatanya banyak yang melihat penampilan Aluna, datang ke bandara dengan baju tidur dan sandal jepit.

"Ya Allah gaaaa gue kaya gembel, cepet ayo pulang" Aluna berlari.

"Bego banget ya Aluna?" tanya Ajun

"Untung Zero mau, lah elu? bego iya, gak ada yang mau iya"

"Mulut lo!"

"Haha!"

A & ZWhere stories live. Discover now