War

7.1K 716 44
                                    

Langit jingga bersemu kemerahan bersama awan putih tampak bertebaran. Matahari telah lama beranjak dari singgasananya dan kini bersiap untuk terlelap menyambut malam.

Tanah Dark Land yang tandus di dominasi butiran pasir berdebu terasa sedikit bergetar. Pasalnya pasukan besar yang tergabung atas tiga bangsa hadir bersiap memulai pertempuran.

Para Wizard telah siap dengan berbagai barrier bersiap untuk kemungkinan terburuk sedangkan para Vampir bersiap dengan zirah dan pedang perak mengkilap memantulkan cahaya. Para werewolf terlihat paling santai namun penuh semangat. Mereka bertempur dengan wujud serigala tapi tidak menutup kemungkinan mereka juga membawa senjata kecil yang mungkin akan berguna di saat terdesak.

Istana kegelapan yang berdiri kokoh di tanah tandus Dark Land mulai terlihat. Ratusan sosok berjubah hitam tampak mengelilingi istana dengan aura pekat yang tidak mengenakan. Para Witch mulai menyeringai merasai jiwa-jiwa murni di hadapan mereka. Berbeda dengan para Demontur yang mulai menyiapkan kuku dan taring juga para rogue yang menggeram penuh nyali.

Paul berdiri di garis depan bersama pasukan Rogue di temani Astoria di sisinya. Gadis itu terlihat lebih percaya diri dengan angkuhnya mengangkat dagu di hadapan pack tempat ia di besarkan.

Ariella mengeram rendah dengan rahang mengetat. Tangannya mengepal kuat hingga buku-buku jarinya memutih. Alter Egonya bangkit dengan cepat menyaksikan penghianat pack masih hidup dan masih memiliki cukup nyali untuk muncul di hadapannya. Namun fokuskan pada Astoria pecah ketika seseorang dengan sok akrab merangkul lehernya sambil tersenyum senang, seperti gadis yang baru saja mendapatkan pernyataan cinta.

"Kau Ariellakan? Aku suka rambutmu. Merah seperti darah. Tapi aku akan lebih suka kamu kalau kamu mau berbaik hati mengizinkanku ikut menghabisi dia." Ujarnya sambil memberikan kode dengan kerlingan matanya ke arah Astoria.

"Jangan sok akrab denganku. Memangnya siapa kau. Ada dendam pribadi dengan bitch itu?" Ariella melepaskan tangan yang merangkul lehernya lalu menatap gadis itu dingin.

Erika tersenyum manis sambil menyingkirkan anak rambut yang jatuh di keningnya. Detik berikutnya Irisnya berganti warna dengan taring menyembul dari mulutnya.

'Aku adalah Eri. Serigala Silver Moon Pack. Lalita adalah sahabatku. Terlalu banyak penderitaan yang di alaminya karena bitch itu. Aku menginginkan nyawanya.' Detik berikutnya kontrol kembali pada Erika.

"Bagaimana apa kau mau berbagi denganku?" Ujarnya antusias demi menghabisi musuh yang menjadi sumber penderitaan sahabatnya.

"Boleh aku ikut andil juga?" Sahut seorang gadis anggun dengan rambut pirang panjang yang di biarkan tergerai. Tatapannya yang biasanya polos dan ramah kini tertuju pada Astoria dengan tatapan mata nyalang sarat intimidasi.

"Shakira Melvert. Besar juga nyalimu." Sambar Ariella nyaris terdengar sinis.

"Tentu saja. Aku tidak akan memaafkan orang yang membuatku hampir mencelakai Luna. Tidak akan." Imbuhnya dengan iris menajam.

Ariella kembali menatap ke tempat di mana Astoria berdiri pongah mengangkat dagu. Sambil melipat tangan di dada seutas senyum miring yang begitu kurang ajar terbentuk di bibirnya yang tipis dan ranum.

"Inilah akhir dari eksistensimu, Astoria."

Dua gadis di sisinya turut tersenyum miring.

Sementara itu di garis terdepan para pemimpin sudah saling berhadapan. Tatapan Paul dan Sean saling mengunci satu sama lain. Paul yang biasanya tampak santai kini menunjukkan tatapan penuh kebencian pada Sean. Sedangkan penampilan Sean masih sama, dingin dan datar. Bahkan emosinya sedikit pun tidak tampak meski ia tau Astoria balik membangkang terhadapnya.

My Mate is White WolfWhere stories live. Discover now