Servant

11.5K 1K 25
                                    

Pintu berderit terbuka saat Lalita sedang memandang bintang-bintang di langit malam di balik dinding kaca. Lalita sama sekali tidak menoleh, Mungkin hanya pelayan yang mengantarkan makanan. Dia tidak akan bisa kabur sekalipun Vampir di hadapannya hanya seorang pelayan karena pelayan seorang Erik Night bukan sekedar pelayan biasa.

"Nona, tuan besar ingin mengajak anda keluar."

"Lalu." sahut Lalita dingin.

Beberapa pelayan saling berpandangan. "Tuan kami menyiapkan baju dan ingin mengajak anda keluar, hanya makan malam biasa."

"Kenapa tidak makan di sini saja, bukannya aku cuman peliharaan? Katakan pada tuan kalian kalau aku tidak mau" balas Lalita masih menatap langit.

"Aku memaksa Wolfrein." sahut Erik yang tiba-tiba sudah berada di ambang pintu.

"Namaku bukan Wolfren!" sinis Lalita tajam.

"Lagi pula aku tidak tau siapa namamu karena kau tidak memberi tau ku." Erik berjalan mendekat kemudian berdiri di depan tepat Lalita.

"Kenapa kau tidak bertanya?"

"Ide yang bagus. Siapa namamu manis?" Erik mendekatkan wajahnya dengan wajah Lalita dengan satu tangan memegang dagunya.

"Kenapa diam, kalau kau tidak mau menjawab aku bisa membaca pikiranmu untuk mengetahui jawabannya."

"Coba saja!"Dengan kasar Lalita menyingkirkan tangan Erik dari dagunya sambil menatap putra mahkota penuh emosi. Sedangkan Erik agak terkejut karena dia sama sekali tidak dapat membaca pikiran Lalita.

"Hewan peliharaan yang galak. Tapi tak apa aku suka. Mau tak mau kau akan tetap keluar dan melayaniku." Erik berjalan menuju pintu keluar sambil menjentikan jari.

"Rantai dia lalu dandani seperti yang aku mau." titahnya pada para pelayan yang ada.

Dengan sigap dua pelayan langsung mengunci pergerakan Lalita sedangkan satu pelayan mulai merantai tangan dan kaki Lalita. Lalita mencoba memberontak tapi pelayan-pelayan itu jauh lebih dingin dan kuat dari perkiraannya.

"Lepas! Kau tidak bisa melakukan ini padaku! Lepaskan!!!" raung Lalita pada Erik yang sama sekali tidak menggubrisnya sambil terus berjalan menuju pintu lalu menutupnya dengan seringaian keji yang terpatri mengerikan di wajahnya yang tampan.

***


Gaun putih berkilau dengan renda cantik yang menghiasi di sekelilingnya. Rambut panjang yang di kepang sedemikian rupa dengan jepit rambut berbentuk bunga mawar berwarna biru serta sepatu kaca bening yang tak kalah cantik.

Namun penampilan yang seharusnya sempurna justru terlihat menyedihkan akibat rantai yang membelenggu gadis yang mengenakan gaun tersebut. Tangan dan kakinya bahkan tak ketinggalan lehernya juga terbelenggu besi dingin kehitaman.

Lalita mengamati penampilannya di depan cermin dengan murung. Namun tatapannya berubah menjadi dingin dan penuh kebencian ketika beberapa pelayan kembali untuk mengantarkan dirinya pada Erik.

Setelah menuruni anak tangga spiral Lalita sampai di pintu keluar mansion dengan Erik yang telah menunggunya. Erik memakai jas berwarna putih dengan mawar biru di sakunya. Tatapan Erik tampak berbeda ketika menatap Lalita malam ini, bagai kristal yang telah menemukan kilauanya kembali.

"Cantik sekali." puji Erik sambil mengecup lembut punggung tangan Lalita. Sedangkan Lalita sendiri memandang Erik dengan tatapan muak.

"Kalian boleh pergi, biarkan aku bersantai di temani hewan peliharaan ku." titah Erik pada beberapa pelayan dan penjaga yang langsung menurut.

My Mate is White WolfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang