Dissapointed

13.3K 1K 55
                                    


Jangan lupa vote sebelum membaca : )

💗💗💗

Embun pagi telah turun membasahi rerumputan hijau. Sedangkan sinar mentari masih malu-malu menampakkan sinarnya. Sama seperti Lalita yang masih malu-malu jika berada di dekat Sean. Kemanakah Lalita yang dewasa dan percaya diri? Entahlah, yang jelas sikap Lalita sedikit berbeda saat ia belum menemukan mate dengan sekarang saat dirinya benar-benar di klaim sebagai mate.

Pagi ini Sean sudah mengurung diri di ruangannya sambil bergulat dengan tumpukan dokumen yang membuat sakit kepala. Bahkan untuk sarapan saja tidak sempat.

Lalita berdiri di depan pintu ruang kerja Sean dengan bimbang antara ingin masuk atau tidak sambil mondar mandir tidak jelas.

Di tengah-tengah kebimbangannya Lalita memiliki satu ide yang bisa menjadikan sebagai alasan yang masuk akal. Dengan langkah ringan Lalita menuju kamarnya lalu mengambil sebuah bungkusan berbentuk bulat yang diikat rapi. Tujuan Lalita berikutnya adalah dapur. Ketika mengambil cangkir dan akan menuangkan air panas dua Omega yang baru datang terkejut mengetahui Luna mereka berada di dapur.

"Biar saya saja Luna." kata salah satu Omega yang tinggi semampai dengan rambut merah.

Lalita hanya tersenyum lantas menggeleng. "Tidak perlu, aku hanya membuat teh untuk Sean."

"Tapi Alpha tidak suka di ganggu jika sedang bekerja." kata Omega bersurai hitam lainnya yang tentu mendapat teguran dari temannya lewat isyarat mata atas perkataan lancangnya kemudian menunduk takut.

Lalita tersenyum semakin lebar mendapati dua Omega di depannya yang begitu menghormati dirinya meski belum terbiasa dengan gelarnya sebagai Luna. "Tidak apa aku sudah tau. Tidak ada yang boleh makan di tempat lain selain meja makan kecuali saat sedang sakit, tapi kalau hanya minuman kurasa tidak masalah."

Kedua Omega itu mengangguk lalu berdiri di sudut dapur tak jauh dari Lalita menunggu Luna-nya atau jika sewaktu-waktu Lalita membutuhkan sesuatu.

Setelah daun teh kering yang telah di racik di masukkan ke dalam cangkir barulah air panas menyusul untuk di tuang. Wangi semerbak teh yang baru di seduh memenuhi indra penciuman Lalita begitu pula kedua Omega yang berada di sudut ruangan. Sambil memejamkan mata mereka ikut hanyut menikmati teh melati yang baru di seduh oleh Lalita sampai-sampai mereka tidak sadar bahwa Lalita mengamati keduanya.

"Kalian mau?" tawar Lalita yang membuat kedua Omega itu tersadar dan kembali menundukkan pandangan menatap lantai marmer kelabu.

"Kenapa diam?" tanya Lalita ramah.

"Tidak, maksudku, Omega seperti kami mana pantas untuk meneguk minuman istimewa itu." kata Omega berambut merah.

"Ini hanya teh." pekik Lalita heran.

"Teh yang hanya di buat di Silver Moon Pack." Lalita terkejut, pasalnya sangat jarang ada orang yang mengetahui asal muasal teh melati yang sedang ia seduh.

"Dari mana kau tau?" tanya Lalita berusaha menyingkirkan keterkejutannya.

"Kami berasal dari sana, ketika rogue menyerang banyak warrior dan Omega yang terbunuh termasuk Alpha yang kini di gantikan oleh putranya. Kami berhasil selamat berkat pertolongan dari warrior Eclipse Pack ini dan kami bersumpah akan mengabdi pada pack ini seumur hidup kami." sambung Omega berambut hitam.

"Ya tuhan, aku turut prihatin. Tapi jika kalian ingin kembali dengan senang hati aku akan membantu kalian."

"Tidak Luna." pekik keduanya nyaris bersamaan.

"Kami sudah bersumpah untuk setia pada pack ini jadi biarkan kami melayani pack ini, melayani anda Luna." kata Omega bersurai merah.

"Baiklah tapi kalian harus menerima ini." Lalita memberikan sisa teh yang berada di bungkusan pada omega bersurai merah. "Untuk mengobati kerinduan kalian."

My Mate is White WolfWhere stories live. Discover now