Chapter 53 : Two Into One

20.3K 3.1K 1K
                                    

Rupanya menahan Ai memang merupakan tindakan paling tepat yang dapat Jihwan lakukan. Kini, pandangannya tak bisa dialihkan oleh satu hal kecil pun saat telah memandang wajah mungil Ai yang tengah terlelap nyaman usai menghabiskan segelas susu dan dibacakan sebuah dongeng. Tangannya senantiasa mengusap puncak kepala bocah tersebut sampai otot lengan jadi terasa pegal. Satu-satunya yang dapat Jihwan temukan ketika si Jeon kecil itu terlelap hanyalah paras damainya; terlihat mendambakan bentuk kasih sayang dari seorang ibu.

Sampai ketika akhirnya Ai bergerak dan memiringkan tubuhnya sambil mengulum ibu jari, Jihwan pun hanya mampu mengukir senyuman tipis karena merasa gemas. Dibaringkannya tubuh, tepatnya berdampingan dengan Ai, kemudian maniknya memandang teduh wajah si pangeran kecil sambil sesekali menyingkirkan helai rambut halus Ai yang menghalangi kening.

Menikah, ya? Jihwan pernah memimpikan hal seperti itu saat ia masih terlalu dini. Hidup bahagia, tersenyum bersama pasangannya, seperti saat ia melihat ayah dan ibunya. Tapi kini, hal itu terasa bagai bayangan yang semu bagi Jihwan. Semakin dewasa ia, semakin sering ia menemukan kegagalan-kegagalan dari sebuah pernikahan. Ketakutannya akan masa lalu bahkan ikut menghantui di masa depan. Tepatnya ketika ia mulai menginjak bangku SMA, Jihwan tidak lagi memiliki pikiran untuk menikah. Ia hanya ingin bahagia dan baginya⸺sendirian tak lagi menjadi masalah. Justru ia merasa lebih nyaman dengan kesendiriannya.

Dulu sekali, ia sering mendapati ayah dan ibunya bertengkar, beradu argumen karena banyak hal. Sebagai anak satu-satunya, Jihwan tidak memiliki tempat berbagi ketakutan yang sama. Tapi kemudian ia mengenal Seohee, yang mengajarkan ia tentang keberanian dan kekuatan. Seohee memberitahu ia banyak hal tentang kehidupan, Taehyung pun memiliki peran yang sama penting dalam kehidupannya.

Saat orang tua Jihwan memutuskan untuk berpisah dan memilih jalan hidup masing-masing, detik itu pula Jihwan telah menetapkan⸺bahwa dia tidak akan mengikatkan diri dengan siapapun. Cukup menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih yang diliputi kepercayaan satu sama lain, baginya itu jauh lebih baik ketimbang memutuskan untuk hidup bersama selamanya namun malah berakhir berpisah karena suatu alasan pada waktu yang tak diduga-duga.

Kim Namjoon, yang sempat memasuki hidupnya telah dinyatakan tak berhasil mematahkan prinsip yang ia anut sejak SMA. Namun, Jeon Jungkook? Pria itu sangat berbeda. Pria itu tahu cara menempatkan kedudukan Jihwan sebagai seorang perempuan. Pria itu mampu mencurahkan segala hal yang Jihwan harapkan sebagai perempuan dan hal itulah yang berhasil membuat Jihwan merasa dilema sepanjang waktu.

Pusing dan tertekan lantaran terus-terusan memikirkan perkara menikah, Jihwan akhirnya memejamkan mata agar dapat menenangkan diri, mengembuskan napasnya pelan-pelan. Sedari dulu, orang-orang memang membuat keputusan spontan berdasarkan bisikan hati. Namun terlepas dari hal itu, ada sepenggal kalimat penting yang pernah Jihwan dapatkan dari sebuah buku dan hingga kini masih bersarang di kepalanya.

Ikutilah kata otak, bukan kata hati.

Kalimat itu memang benar. Sepenuhnya benar. Jihwan tidak akan mendahulukan suara hatinya dalam situasi ini, sebab otak adalah pusat dari pemikiran manusia dan cinta tak boleh membuatnya menjadi seseorang yang berbeda atau bahkan membuat ia kehilangan arah. Tak seorang pun yang boleh merusak idealismenya.

Jihwan mengembuskan napasnya sekali lagi. Dia seorang gadis yang akan segera berusia dua puluh tiga tahun. Tapi perjalanan hidupnya masih sangat panjang, sementara ia sendiri meyakini bahwa menikah bukanlah tolak ukur sebuah kesuksesan, bukan pula prioritas pun tujuan hidupnya. Ia memiliki ratusan daftar mengenai rencana-rencana hidupnya. Terlalu banyak, bukan? Untuk melaksanakan rencana-rencana itu, tentunya Jihwan butuh lebih banyak waktu. Apabila ia memutuskan untuk menikah, maka risikonya, ia akan kehilangan sebagian atau lebih buruk lagi⸺seluruh daftar rencananya.

Young LadyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang