Chapter 19 : Crazy Morning

28.9K 4.1K 567
                                    

Semalam Jihwan tidak benar-benar tidur nyenyak. Ia memikirkan Jungkook sampai tidak bisa berhenti―memaksa untuk memejam namun pada akhirnya terlelap dengan sendirinya. Padahal yang ia pikirkan tak terlalu jelas dan berantakan. Penyesalan, gelisah, sedih, membuatnya merasa sangat tidak berdaya. Sekarang baru pukul empat pagi, terlalu dini untuk terjaga sehingga kepalanya yang baru beristirahat sebanyak empat jam malah terasa berat dan hangat.

Saat keluar dari kamar, Jihwan dapat melihat jelas bahwa ada seberkas cahaya dengan warna yang berganti-ganti, terpapar ke beberapa sudut, juga suara samar-samar acara televisi. Kini atensinya tersita penuh pada eksistensi di depannya. Seorang pria dengan tangan bersedekap dan punggung bersandar pada sofa tampaknya tak menyadari keberadaan Jihwan karena tidak adanya penerangan yang aktif. Jungkook tampak fokus pada acara televisi, sesekali memejam, sedang salah satu pahanya memangku betis dari sisi yang lain.

Ya―pikir Jihwan tidak mungkin juga Jungkook terjaga semalaman. Atau bisa jadi. Karena yang ia ingat―semalam mereka mengakhiri obrolan dengan sangat buruk di mana Jungkook harus menahan gairah terhadapnya. Berlari terburu untuk mencapai kamar, lalu entah apa yang terjadi selanjutnya. Sempat ingin membayangkan bahwa mungkin saja pria itu berusaha memuaskan hasrat dengan tangannya sendiri―tapi mendadak Jihwan mengusap lengan dan merinding. Tapi Jungkook pasti sangat tampan ketika sedang menahan hasrat juga mendamba―astaga! Jihwan langsung menggeleng cepat untuk menarik kesadarannya kembali.

Sejemang tangannya merambat ke paha lalu meremat piama. Masih terlalu pagi, gelap, dan segar―harusnya pikiran Jihwan bisa tenang, namun yang dia rasakan kini hanyalah bingung. Sambil menyelipkan helai rambutnya yang berantakan ke balik telinga, Jihwan mulai memikirkan kalimat sapaan yang cukup bagus. Ah, harusnya tadi ia menyisir rambut dulu dan setidaknya memakai parfum. Mendadak kepalanya bergerak ke kiri dan kanan, mengendus bahu untuk memastikan bahwa bau tubuhnya tidak mengganggu.

Baru saja Jihwan hendak mendekat dan tungkainya telah sempat melangkah, tiba-tiba Jungkook beranjak dari sofa sehingga keduanya langsung bertemu pandang secara tidak sengaja. Jihwan langsung stagnan. Tubuhnya segera kaku seakan-akan terbuat dari kayu sementara Jungkook hanya menyorot tanpa berkedip. Bahkan posisinya belum juga berubah sejak beranjak hingga berbalik―tetap membungkuk sedikit rendah seakan tercekat.

"H-hai, selamat pagi," sapa Jihwan terkesan kaku begitu terdengar ke telinga. Maka Jungkook pun membenarkan posisi beriring tersenyum. Padahal suasananya cukup gelap, tapi Jihwan masih dapat melihat senyuman manis itu. Mata Jungkook tetap indah dalam ruangan minim cahaya. Serta tubuh padatnya juga tetap membuat Jihwan merasa betah menatap.

Padahal ia pikir Jungkook akan menjadi lebih tenang dan dingin pagi ini. Dan ternyata apa yang ia pikirkan benar-benar salah, sebab kini Jungkook tampak seperti biasa. Menatapnya dengan lembut, seolah-olah insiden semalam tidak pernah terjadi meski hal itu masih tersimpan di memori masing-masing. Bagaimana mungkin Jungkook bisa bersikap santai seperti itu? Sedangkan kini Jihwan terbayang-bayang sampai merasa kacau sendiri, atau bisa jadi―tanpa ia ketahui sebenarnya di dalam tubuh pria itu semuanya sudah hancur berantakan.

"Pagi, Hwan. Terjaga lebih awal? Ini baru pukul empat." Jungkook berujar usai menilik ke arah jam yang tertanam di dinding, di sisi kanan televisi dengan jarak lebih tinggi. Matanya sempat menyipit untuk memastikan waktu lalu memandangi Jihwan lagi. Meski masih terlihat cantik setelah bangun tidur, tetap saja Jihwan merasa risih dipandangi begitu sebab kondisinya sedang berantakan.

Sambil tersenyum Jihwan pun menggaruk kecil bagian belakang kepala. Tiba-tiba jadi salah tingkah. "Aku hanya takut jika tuan rumah bangun lebih dulu sementara aku masih tidur. Dan ternyata kau benar-benar sudah bangun."

"Aku tidak bisa tidur," kata Jungkook memutuskan untuk duduk lagi di atas sofa―menyisakan sebagian tempat dan menginstruksi gadis itu untuk duduk di sampingnya, menepuk permukaan sofa dengan iringan senyum kecil. Sekejap Jihwan mengedipkan sepasang mata lalu mengambil langkah demi langkah menuju Jungkook.

Young LadyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang