Chapter 24 : It Hurts

24.4K 3.9K 517
                                    

Jihwan terus-terusan menyembur napas setelah berhasil menuruni anak tangga dan keluar dari area kampus. Jika boleh jujur, hanya untuk keluar dari kampusnya yang teramat luas itu rasanya sudah sangat melelahkan, butuh tenaga ekstra―ditambah lagi kakinya masih pincang.

Asap putih mengepul dari belah bibirnya―tubuh terasa menggigil dan bagian terburuknya adalah otak yang sedang dalam kondisi lelah untuk diajak berpikir. Jihwan mengeluh, memejam mata dengan tangan berkacak pinggang.

Di seberang jalan, tepat di mana bangunan rumah sakit berdiri, dia melihat Seohee memasuki mobil kekasihnya, Chef Kim tampan. Jihwan menyungging salah satu sudut bibirnya masam. Padahal tadi ia dan Seohee berencana untuk naik bus karena mobil milik Seohee sedang diservis. Lalu rencana mereka gagal total saat tiba-tiba Kim Taehyung menelepon, mengatakan bahwa ia akan menjemput Seohee. Tadinya Seohee menawarkan Jihwan untuk pulang bersama, tapi Jihwan tentunya tidak ingin mengganggu pasangan itu.

Bagian terburuk lainnya―dia harus pulang bersama Jungkook; baru saja mendapatkan pesan masuk yang menyatakan bahwa ia harus menunggu sebentar di depan kampus.

[Tuan, Majikan : Aku akan menjemputmu, Hwan. Kalau kau tidak ada di sana, aku akan sangat kecewa. Maaf, aku tidak menerima penolakan dari pacarku.]

Memang sejak kapan mereka berpacaran? Jungkook saja belum pernah memintanya secara resmi, dan Jihwan tidak tahu harus mengindahkannya, mengikuti permainan atau malah mengabaikan.

Ini benar-benar tidak sesuai dengan dugaan dan rencana. Sebenarnya Jungkook memang tak henti memaksa sejak mengantarkan Jihwan pagi ini, sebab itu si gadis ingin menghindar saja dengan naik bus bersama Seohee―setidaknya ia bisa berdalih jika memiliki teman pulang. Tapi sekarang masalahnya berbeda, ia tidak memiliki teman pulang. Jihwan meyakini pria itu tak akan membiarkannya bersikeras pulang seorang diri dengan kondisi kaki yang belum pulih.

Setelah menunggu selama tiga menit lamanya, manik gadis itu berhasil menangkap sebuah mobil sedan hitam terparkir di pinggir jalan lalu seorang pria jangkung keluar dari sana dan sukses membuat para mahasiswi yang sedang keluar dari kampus berbisik-bisik, sebagian menjerit dan menunjuk dengan jemari mereka, beberapa lainnya memotret tanpa tahu malu. Jihwan menganga ketika Jungkook melambai tangan ke arahnya.

Dia melambai tangan ke arahku! Ya Tuhan, Oppa itu tampan sekali!

Astaga, dia Dewa!

Jihwan menoleh sejenak, memperhatikan gadis-gadis yang kini dengan senang hati menghentikan perjalanan mereka hanya demi mengagumi seorang Jeon Jungkook. Well, Jihwan sendiri tidak dapat memungkiri bahwa sosok Jungkook itu cukup nyentrik―daripada terlihat seperti orang biasa, sosoknya lebih mirip artis atau mungkin model. Perawakannya sangat meyakinkan.

Aku baru pertama kali melihatnya. Apa dia artis?

Kurasa dia seorang model.

Jihwan memutar bola matanya. Dia itu Arsitek, batinnya dalam hati kemudian mengulas senyum saat mendapati Jungkook melengkungkan bibir begitu dalam. Senyumannya bahkan lebih indah daripada bulan sabit.

Akan kubuat kalian semua iri! Ahjussi itu majikanku, haha!

Dengan langkah bangga―yang sebenarnya tidak keren sama sekali karena sedang pincang, Jihwan bergegas menghampiri Jungkook, membuat pria itu tersadar sehingga lekas berlari menujunya―langsung merangkul lekuk pinggangnya, memberikan proteksi penuh berujung membuat keributan besar saat para gadis di sana menjerit kecewa.

Oppa itu sudah punya pacar, sialan! Pacarnya mahasiswa di kampus ini, astaga.

Untuk yang kesekian kali, Jihwan kembali memutar bola mata lalu mengalihkan pandangan ke arah Jungkook. Maniknya memandangi sisi wajah pria itu lekat-lekat, menyipit, menelisik, mengagumi keindahannya. Dia ini Ahjussi beranak dua, bukan Oppa, pikirnya geli. Tiba-tiba dia mendecih sehingga membuat Jungkook menoleh dengan sepasang alis menyatu. Keningnya mengerut kebingungan mendapati ekspresi kecut yang Jihwan torehkan.

Young LadyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang