Chapter 27 : The Seeds of Love

27.6K 3.9K 681
                                    

Paras itu terlihat semakin anggun ketika memerah karena mendamba. Jungkook sungguh ingin mencium habis seluruh garis di wajah Jihwan―tangannya bermain di sekitar puncak payudara gadis itu, meremas pelan dan merasakan kelembutan di tangan besarnya. Katup bibirnya menciptakan lenguhan kala Jihwan menyemburkan napas gusar di sekitar wajahnya―lalu ia memberikan usapan menenangkan seakan menyampaikan; bahwa semua akan baik-baik saja. Ya, Jungkook berharap ia dapat menahan diri meski sebenarnya sangat sulit. Dia berusaha menarik kesadarannya, mengambil alih kendali saat tahu kewarasannya hampir terenggut total.

Jihwan menangkup belah pipi Jungkook dengan kedua tangan, menatap sayu dengan piama yang masih utuh membalut tubuh―namun empat kancingnya telah terbuka, menampilkan belahan payudara ranumnya yang indah dan masih terbungkus bra. "Jihwan―astaga, tolong maafkan perbuatanku," bisik pria itu menyesal sembari menyandarkan wajahnya di dada sang gadis. Jungkook mendengus di sana, menggigit bibir ketika merasakan pening sekaligus bingung yang menghantam bersamaan. Pusat tubuhnya yang mengeras terus berkedut resah, tetapi akal sehatnya mencoba menyadarkan kembali.

"Pusing, ya?" tanya Jihwan setelah aktivitas panas mereka berakhir tiga menit lalu, sedang tubuhnya masih berada di atas pangkuan dengan posisi nyaman yang menghangatkan. Tubuhnya terasa terbakar api, jantungnya berpacu tak stabil―tapi dia bahkan tak mampu menyingkir dari atas paha padat milik Jungkook. Maniknya mendapati keresahan di wajah sayu si pria―kemudian setelah mengumpulkan sedikit keberanian, ia pun mencondongkan wajah menuju Jungkook. "Aku ambilkan segelas air, ya?" tawarnya lembut. Jungkook menggeleng lalu mengerang lagi, sedikit mengangkat pinggul Jihwan dengan kedua tangan kuatnya―menggeser posisi bokong si gadis agar tak lagi menindih pusat tubuhnya yang mengeras di balik celana, membuat jiwanya seakan sesak terperangkap di dalam raga yang mendamba.

Jungkook mendongak tinggi agar dapat memandangi wajah mungil Jihwan―berujung menuntun jemarinya agar terulur menyentuh tiap aset di wajah sang gadis. Telunjuknya menyentuh kening, kelopak mata―yang membuat Jihwan memejam sesaat, hidung kecil mancung, kemudian berhenti tepat di pucuk bibir yang terasa lembut dengan tonjolan mungil pada bagian tengah bibir atasnya. Matanya mengerjap saat kembali berpandangan dengan Jihwan―mengusap pipi lembap itu dengan dengan ibu jarinya. Merasakan jejak air mata Jihwan masih bersarang di sekitar wajah. "Aku merindukanmu, demi Tuhan. Merasa begitu asing ketika tidak dapat berbincang denganmu. Maafkan aku, Hwan."

"Aku juga―merindukanmu. Rindu sekali mendengar suaramu, Jungkook," bisik Jihwan penuh kasih lalu menangkap senyuman manis dari pria yang kini senantiasa memangku tubuhnya seperti tengah memangku gadis kecil berusia lima tahun. "Apa kau akan ingat tentang apa yang terjadi pada malam ini?"

"Tentang kita? Tentang aku yang mencium dan menyentuh tubuhmu―kuharap ya. Asal kau tetap berada dalam pelukanku hingga esok pagi, aku akan ingat," kata Jungkook meyakinkan―mencoba untuk menyimpan beragam memori manis mereka malam ini. Ia harap sekarang pikirannya sudah benar-benar sadar, tapi rasanya Jungkook masih seperti melayang entah di mana. Kemungkinan, esok pagi ia bisa saja menganggap hal ini hanya mimpi belaka. Jungkook terkekeh sesaat dan membuat gadis di pangkuannya merasa bingung. "Aku pasti gila―membayangkanmu telanjang di atas ranjangku. Kau harus menamparku Hwan―aku tidak bisa berhenti berpikir jorok tentangmu." Kali ini Jihwan merasa begitu malu sehingga pipinya kembali memerah. "Maaf, aku kelewat melantur."

"Tidak apa-apa. Aku tahu kau sedang kacau," ujar Jihwan memaklumi, meski di sisi lain dia merasa gemetaran usai mendengar penuturan berani seorang Jeon Jungkook. Ia sama sekali belum pernah mendapatkan pengalaman di atas ranjang bersama pria mana pun. Sementara Jungkook menawarkan dengan begitu terang-terangan, membuat pikiran Jihwan meliar secara acak karena tidak tahu-menahu mengenai apa saja yang dilakukan pria-wanita ketika berada di atas ranjang.

Bolehkah Jihwan bertanya saja? Oh, astaga. Pikiran macam apa itu? Kelewat konyol. Bertanya sama berarti dengan memamerkan dirinya sebagai seorang perawan tak berpengalaman. Alih-alih ingin menanyakan hal seserius itu, justru ia malah ingin menanyakan perihal status antara Jungkook dan Sara―menanyakan asal tanda merah yang bersarang di sekitar leher jenjang Sara untuk memastikan. Apakah Jungkook dapat menjawab secara jujur jika ia memberanikan diri untuk bertanya?

Young LadyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang