Chapter 22 : Come On, Girl

29K 4K 864
                                    

Jihwan terjaga pukul setengah enam pagi tepat saat mendengar suara alunan musik panas cukup mengganggu di telinga. Dia sempat merasa panik karena terlambat bangun―lalu teringat bahwa semalam, sebelum tidur Jungkook sempat mengingatkan bahwa ia tidak perlu merasa terbebani dan harus bangun pagi-pagi sekali seperti biasanya. Jungkook hanya ingin Jihwan merasa nyaman, terlebih lagi kaki gadis itu masih belum pulih.

Semalam Jihwan hanya mengajari Yui dan Ai belajar hingga satu setengah jam lamanya, membacakan dongeng sampai dua bocah itu terlelap lalu berakhir membuatkan kopi; yang sebenarnya berupa sebuah kebetulan saat mendapati Jungkook berada di dapur lalu ia langsung menawarkan secangkir kopi untuk menjadi teman Jungkook selama sibuk di ruang kerja. Mereka juga sempat berbincang sebentar di ruang santai―tentu saja masih dengan Jungkook dan topik mesumnya.

Ada saat di mana mereka duduk bersebelahan dan Jungkook dengan sengaja merangkulnya, membuat Jihwan langsung menyingkir beserta tatapan ngeri. Ada pula saat Jungkook mengerling nakal sambil mengusap puncak kepalanya―dan itu jelas membuat risi sampai akhirnya Jihwan memutuskan untuk melempar bantal sofa tepat ke wajahnya. Harusnya Jungkook mendapatkan balasan lebih dari itu, Jihwan bahkan ingin sekali menendang kemaluannya kalau tidak ingat duda beranak dua itu sudah sangat baik padanya. Semakin hari, rasanya Jungkook semakin menyebalkan.

Kalau biasanya Jungkook hanya mengejutkan Jihwan dengan segala tingkah mesum dan nakalnya, maka lain lagi untuk pagi ini. Jihwan langsung merasakan lututnya melemas saat berada di dapur dan mendapati Jungkook tengah memasak tanpa mengenakan apronnya sambil bergoyang seksi. Seksi sekali. Dan gadis mana pun bisa mampus jika tidak mampu menahan hasrat. Jungkook benar-benar menggoda, bergoyang dengan iringan lagu Partition yang sebenarnya terkesan agak ugh―pokoknya tidak pantas didengar oleh Yui dan Ai.

Jihwan tidak sadar bahwa ia tengah melongo dan hanya berdiri jauh―berusaha untuk tetap menjaga jarak selagi Jungkook tidak menyadari keberadaannya. Pria itu menggoyang pinggulnya dengan mantap, menikmati musik yang berasal dari ponsel―memejamkan mata lalu menggigit bibir bawahnya, mengangkat satu tangan serta menggoyang kepala dan seluruh tubuhnya. Ini gila. Sungguh, Jihwan rasa dia akan gila. Sekujur tubuhnya meremang dan panas hingga membuat kepalanya ingin meledak, bahkan meneguk liur saja terasa sulit. Bagaimana mungkin Jungkook bisa menikmati musik hingga terhanyut seperti itu?

Jihwan tiba-tiba menjilat bibir sambil menutup telinga dengan kedua tangan, merasakan tubuhnya merinding hebat. Ya Tuhan, apa dia kecanduan? Tatapannya tak bisa berpaling kemana pun selain pinggul Jungkook yang bergoyang dan jangan lupakan―tubuh kekar yang tinggi itu benar-benar membuatnya merasa mabuk kepayang ketika bergerak ekstra. Sekarang Jihwan merasa bingung harus menutup telinga atau mata. Selain itu dia ingin memeluk tubuhnya sendiri yang tengah gemetaran.

Detik berikutnya, yang Jihwan tahu pria itu telah berbalik dan menemukan presensinya. Jihwan meyakini wajahnya telah memerah begitu Jungkook menatap dari seberang sana dengan senyuman, masih bergoyang begitu piawai lalu mengerling. Jihwan benar-benar tidak kuat lagi menahan bobot tubuhnya sendiri, terlebih tungkai yang tengah menopangnya masih belum pulih. Ah, ya. Sebentar lagi dia akan meledak. Sedikit lagi―tepat ketika Jungkook menggerakkan jari telunjuk dan jari tengahnya―mengisyaratkan agar Jihwan mau bergabung bersamanya.

Welcome to the most beautiful hell in the world, Young Lady.

Jihwan langsung menegang dengan kedua tangan saling mengepal di sisi tubuh. Sejenak Jungkook menghentikan gerakannya sambil melipat bibir―mengamati Jihwan yang kini seakan berubah menjadi patung di depan sana. "Ayolah, Sayang. Jangan kaku begitu," serunya merasa gemas sendiri.

Jungkook berdecak seraya menyingkir dari balik konter, lekas mendekat ke arah Jihwan dan sempat menyugar surainya yang―astaga, dia berhasil membuat Jihwan berhenti bernapas untuk beberapa saat. Duda yang satu ini bukan hanya membahayakan jantung. Sebab hanya dalam sekali tatap saja seluruh tubuh akan terasa stagnan. Sekarang Jihwan tahu dia sudah mati rasa. Atau mungkin ini yang namanya mati berdiri.

Young LadyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang