"Tapi kadang kita nya yang enggak sadar kalau selama ini sebenarnya kita sedang memakai topeng sampai kita jadi lupa dan menjadi asing dengan wajah asli kita"

Deggg....
Entah kenapa, ucapan gadis di samping nya mendadak menjadi ucapan yang menurut nya menyedihkan.

"Kau tau Rin, kadang aku selalu bertanya kenapa ada banyak orang munafik di sekitar ku" tutur Kai entah kenapa pria itu ingin sekali mengatakan hal yang bahkan menurut nya sangat dia benci.

"They're always acting like I'm a good person, and then they're will show you how bad of their at last, memuakkan" ujar Kai, ada luka yang sangat jelas saat mendengar kata-kata itu terlontar keluar tadi, dan perasaan gadis itu seakan-akan ingin sekali berteriak setuju dengan ucapan pria itu.

"Kau benar kai" kekeh gadis itu yang mengundang keheranan pria itu.

"Tapi lama-lama aku jadi berfikir.... mereka pasti punya alasannya"

"Karena ketika kita membenci, perasaan kita tanpa sadar selalu menjadi alarm seolah mengingatkan, you can't say like that, you don't deserve to be as well"

"Kenapa engga pantas?"

"Karena kita akan melakukan hal yang sama, kita akan menjadi si baik pada mereka yang kita suka dan menjadi si jahat pada mereka yang kita benci"

Ucapan gadis itu lagi-lagi sukses membuat mereka diam sibuk dengan pikiran mereka masing-masing. Sadar mereka telah mengatakan hal-hal yang sangat serius membuat Ahrin menjadi salah tingkah.

"Eghhh kenapa aku mendadak menjadi sok dewasa seperti ini ya" kekeh gadis itu kikuk yang mau tidak membuat Kai tersenyum melihat gadis yang telah mengusik hatinya itu terlihat sangat menggemaskan.

"Terima Kasih" ujar Kai tiba-tiba

"Hahhh???, untuk??"

"Terima Kasih karena sudah membuat ku merasakan cinta lagi"

"Kai... kau"

"Tenang aku belum menyatakan cinta pada mu Rin-ah" sontak saja ucapan pria itu membuat Ahrin terdiam.

"Tapi akan, dan secepatnya, bersiap-siap lah" ujar laki-laki itu dan bangkit meninggal Ahrin sendirian di perpus itu.

"Ku rasa Kai sudah kerasukan hantu di perpustakaan ini" ujar Ahrin merinding mendengar ucapan Kai tadi.

"Dia sudah tidak waras sepertinya" lanjut gadis itu dan mulai belajar kembali namun mendadak kepalanya berdenyut setelah melihat bagaimana kejamnya rumus-rumus di buku yang sedang dia baca.

"Dan sepertinya aku yang akan menjadi gila selanjutnya" ujar Ahrin sambil memijat kepalanya yang menjadi pusing untuk beberapa saat.

"Nikmati saja Rin, sebelum kau tak bisa merasakan nya lagi" kekeh gadis itu lirih..

Dan tanpa di duga air matanya menetes begitu saja, ada perasaan sedih yang mendalam di hatinya mengetahui kenyataan yang akan terjadi...

Kali ini biarkan gadis itu melepaskan topeng nya, sekali saja karena dia kembali merasakan takut, takut yang bahkan tidak bisa dia ucapkan lagi pada orang lain.

"Sesakit itu kah?" Terdengar suara lirih seorang pria yang sedari tadi melihat bagaimana gadis itu berbicara dengan pria lain yang membuatnya marah hingga gadis itu duduk sendiri dan membuat nya kembali marah entah untuk alasan apa.

"Kau... kau"

"Apakah sangat sakit?" Tanyanya lagi.

"Neomu appayo" lirih gadis itu

"Nemu useoyo hikss" terdengar suara tangisan lirih yang keluar dari bibir gadis itu.

"A,, aku belum siap Hun"

"Aku hikss belum mau mati Hun... hikss" ujar gadis itu dan memeluk pria yang sudah berdiri di samping gadis itu yang entah sejak kapan sudah berada di sana.

"Jangan takut, ada aku yang akan selalu di samping mu" ujar lembut Sehun.

Pria itu membalas pelukan gadis yang saat ini sangat ia cintai, jujur dia juga takut pada kenyataan... ingin memaki keadaan yang seolah-olah tak pernah berpihak padanya.

"Jangan takut, ada aku"

'Ada aku yang akan selalu menjaga mu Rin, kau punya aku'

Hari itu ada tiga hati yang terluka, tanpa di sadari seiring berjalan waktu perasaan yang selalu dia jaga tanpa sadar menjadi boomerang untuk nya karena gadis yang dia cintai.

Di balik tak buku besar itu ada sosok pria tinggi yang terdiam melihat bagaimana seorang Oh Sehun yang telah jauh berada di depannya berhasil berjalan menggenggam tangan gadis itu menggantikannya.

"Kim Ahrin, jangan mati, ku mohon" monolog Chanyeol dengan air mata yang telah menetes.

Malamnya Chanyeol mampir kerumah Sehun hanya untuk sekedar duduk di pekarangan rumah pria putih itu, tak banyak hal yang mereka lakukan selain berperang dengan pikirannya sendiri.

"Aku tau kau tadi disana Chan"

Namja tinggi itu tidak terkejut mengingat sahabat nya ini selalu peka dengan sekitarnya.

"Hmmm, dan aku mendengarkan banyak omong kosong ngomong-ngomong" ucapannya di akhiri dengan kekehan muram yang sangat aneh bagi Sehun.

"Hmmnn kau benar, tapi hidup ini memang begitu bukan... hanya hidup hanya di isi dengan omongan-omangan tidak penting yang mengisi waktu kosong yang kita punya, memaksimalkan setiap waktu yang kita punya"

"Ku rasa belakangan ini kita menjadi orang yang menyedihkan hun" "hahhhhh....." helaan berat yang menjadi akhir setiap pikiran namja tinggi itu.

"Hmmm, lagi-lagi kau benar, aku bahkan sampai lupa kapan kita benar-benar bisa tertawa bahagia lagi Chan"

Lucu memang bila seorang laki-laki membicarakan hal-hal serius seperti ini, hal-hal mellow yang membuat mereka terlihat seperti pathetic bastard dan membuat mereka menjadi seorang yang penuh dengan pengandaian yang hanya akan jadi harapan belaka saja.

"Dia sepertinya sudah sangat mempengaruhi hidup kita Hun, aku bahkan tidak bisa mengkal pengaruhnya terhadap ku, walaupun aku sudah mencobanya"

"Mungkin nanti..... kita akan terbiasa chan"

..... TBC....

My Sweet Boyfriend (PCY) ENDDonde viven las historias. Descúbrelo ahora