Kosong adalah Isi

73 4 0
                                    

Akhirnya, papa dan mamaku sudah pulang ke Pontianak. Tinggallah aku sendirian di rumah yang belum terbentuk dengan jelas. Sunyi, senyap. Yang ada hanya terdengar suara tokek dan semilir angin berhembus. Eh, tapi gak sunyi juga sih, karena aku bertetanggaan dengan kebun binatang. Di belakang rumahku itu adalah tembok kebun binatang yang terpisah oleh sungai Cikapayang. Jadi, ada sedikit terdengar suara harimau, gajah, dan wau-wau.

Di rumahku ini terdiri dari tiga pintu depan, karena waktu itu dihuni oleh tiga keluarga, yaitu, Uwa (panggilan untuk kakak dari mama orang Sunda), Mang (panggilan untuk adik cowok mama), dan Bibi (adik cewek mama). Sebut saja namanya Uwa Cucum, Mang Asep Gede (dipanggil Mang Asep Gede karena punya adik cowok yang di panggil Mang Asep Kecil), dan Bi Ida.

Dan aku tidurnya di tempat yang dulunya di huni oleh Mang Asep Gede. Kata mamaku bilang, dulu ruangan
ini pernah ditempati sama papaku waktu kuliah di ITB tahun 1975. Oh iya, dulu mamaku ini adalah anak ibu kos, dan papaku adalah anak kosnya. Jadi cinlok deh. Hahahaha.

Makanya aku disuruh menempati ruangan disini, sambil mengenang masa lalu papaku yang mengerjakan PR Aljabar punya mamaku waktu masih SMA. Indahnya, waktu SMA mamaku bisa pacaran sama anak kuliahan. Aku waktu SMA aja ngecengin kakak kelas aja bingung, apalagi anak kuliahan. Kata mamaku siapa tau nanti dapat jodoh anak kos. Aya aya wae.

Boro-boro mikirin jodoh ya saudara saudara. Aku mikirin gimana hidup kedepan tanpa teman atau keluarga yang menemani aja, sampai gak bisa kepikiran. Gimana mau mikirin jodoh yang.. ah,sudahlah..

Yang pasti, aku jalani saja. Let it flow. Don't happy, be worry, pokoknya mah. Yang penting untuk terdekat, cuma mikirin bagaimana kuliah, makan, tidur, dan ee' yang enak dan nyaman walaupun di rumah sendirian dengan kondisi rumah hampir-hampir hancur walau masih bisa ditinggali.

Okay.. Heup.. Lanjut..

Sejak tinggal di rumah ini, aku jadi jarang mandi. Kadang hari ini mandi, besoknya gak, eh lusanya gak mandi lagi.  Karena airnya dingin banget. Fresh from the sumur. Maklum, dulu aku tinggalnya di hutan yang panas, sekarang harus tinggal di kebun binatang yang dingin. Huhuhu.

Kalau mau mandi, ee', dll dsb dkk, harus nimba dulu. Jadi, kalau lagi rajin, aku mandi, tapi kalau gak rajin, cukup cuci muka, gosok gigi, dan semprot parfum dan deodorant yang banyak. Yang penting rapih, wangi. Emangnya orang lain tau kalau kita belum mandi? Ya gak lah..

Karena jadwal kuliahku di semester kedua tahun pertama padet banget, sampai-sampai tidur aja aku lupa. Jadi, aku sudah sedikit nyaman-nyaman aja dengan rumah ini. Walau kadang-kadang bulu kuduk suka tiba-tiba merinding sendiri tanpa aba-aba. Ya namanya juga rumah kosong tapi ada isinya, yaitu aku sendirian, dan mungkin para yang tak kasat mata yang aku rasakan. Tapi gak ganggu kok tenang aja. Paling kalau takut, aku kabur nongkrong ke tetangga sebelah.

Aku sudah mulai berkenalan dengan para tetanggaku, teteh-teteh, dan ibu-ibu yang sudah dianggap adik sendiri oleh mamaku. Mamaku ini banyak kenalan, anaknya aja ini yang suka rebahan. Jadi, se-RW di sini dan RW sebelah, pasti pada kenal sama mamaku. Tapi mereka pada gak kenal sama aku, soalnya mama dan aku sangat gak mirip. Mamaku geulis pisan alias cantik banget seperti bidadari. Sedangkan aku geheng pisan alias hitam banget seperti pantat kuali.

Sampai-sampai teteh yang di warung aja, setelah beberapa kali aku jajan ke warungnya, dan akhirnya deket, si teteh warung pun bilang,

"Ceu, kira aku teh kamu judes. Kalo lewat sini, mukanya masem aja. Serem. Rupanya bodor geuning dirimu teh."

Dalam hati, aku pun menangis sambil berkata, "Astaghfirullah teh, tampang eyke emang dari dulu gini. Aku diem biasa aja mukanya udah kayak yang mau makan orang. Kalau aku ketawa ngakak mukaku kayak dakocan. Serem tapi menggemaskan. Mau gimana lagi coba? Hiks." kicau hatiku.

Ya, sudah hampir 3 bulan aku mulai sedikit menikmati tinggal disini. Sampai mamaku menelponku lagi untuk yang ketiga kalinya. Mamaku ini rajin banget nelpon kayak jadwal makan obat, 3 - 4 kali sehari setiap hari. Mungkin tau banget anaknya ini lagi sering sakit rindu dan bokek secara bersamaan.

"Halo, ma, uang habis."

"Baru angkat telpon langsung bilang uang habis. Habis terosss."

"Hohoho, what naon, aya' happen again, mother.

"Nanti mama papa ke sana, buat ngurusin renovasi rumah. Tapi cuma sebentar. Kapan-kapannya mama gak kasih tau. Pokoknya tiba-tiba mama papa dateng. Jadi, jangan macem-macem ya disana!!"

Aku dalam hati hanya bisa mengucap Alhamdulillah karena bisa makan enak lagi, dan Astaghfirullah, bakal ada cobaan apalagi ini??

Apa yang akan terjadi selanjutnya?? Yang pasti aku harus tetap santuy dan sesekali untuk mengosongkan pikiran negatif ku ke hal-hal positif. Karena Tuhan pasti menyukai yang kosong, maupun yang isi, asal tetap mengingat-Nya.






Ibu Kos KerenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang