Semesta 27

5.1K 579 67
                                    

Beter eerst de sterren raken en een paar opmerkingen achterlaten

Better hit the ⭐ first and leave some comments

🐝🌻🐝🌻🐝🌻

Meski tidurnya tak tenang, Hannah tetap berusaha terpejam dengan wajah memerah akibat demam melandanya, sejak tadi Bryan juga belum beranjak dari sisi ranjang menemani sambil mengompres kening Hannah.

Obat penurun panas sudah Bryan berikan namun belum ada tanda akan turun sebentar lagi, ditambah pula Hannah enggan makan karena mulutnya mulai terasa pahit dan apapun tak terasa di lidahnya.

"Han, makan yuk?" Bryan membangunkan Hannah perlahan meski sudah lewat tengah malam, Bryan tetap mengajak Hannah makan.

"Mulutku pahit, Mas..." jawab Hannah pelan, matanya masih terpejam. "Kamu tidur aja, aku nggak apa-apa."

"Mana bisa aku tidur." gumam Bryan sambil mengusap punggung tangan Hannah.

"Sini." Hannah menarik tangan Bryan, mau tak mau Bryan ikut berbaring di sampingnya.

Sejak kecil Bryan sudah tahu jika Mommy atau Daddynya sakit, pasti mereka akan berubah manja lalu minta di peluk sampai mereka bisa tertidur pulas dan kini Bryan paham kode yang diberikan Hannah padanya.

"Ya udah, tidur aja ya. Sini aku peluk." Bryan meraih Hannah masuk dalam pelukannya dan dalam hitungan detik, Hannah kembali terpejam.

"Sleep tight honey, you're gonna be fine tomorrow..." Bryan menarik selimutnya kembali dan ikut terlelap ke dalam alam mimpi bersama Hannah.

🐝🌻🐝🌻🐝🌻

Kumandang iqomah shubuh sudah terdengar memasuki celah jendela kamar, Bryan meraba sebelahnya dan terbangun begitu saja ketika ia tak mendapati Hannah di sampingnya.

Bryan mengusap wajahnya kasar agar segera bangun sepenuhnya, pintu kamar mandi di dalam kamar tertutup dan tidak ada suara sama sekali dari sana. Ke mana Hannah.

"Lho, Han?" dahi Bryan berkerut-kerut saat mendapati Hannah ada di dapur sedanh membuat sarapan pagi.

"Pagi," Hannah tersenyum meski wajah dan bibirnya nampak pucat.

Bryan segera menghampiri Hannah yang nampak sibuk membuka tutup kulkas lalu mengolah bahan yang ada di hadapannya tanpa mempedulikan Bryan sudah berdiri di depan meja menunggu Hannah untuk berhenti.

"Mas, kamu whudu dulu gih sana. Sedikit lagi selesai nih, terus kita jamaah bareng." katanya tanpa menoleh ke belakang.

"Kamu lagi sakit, Han, bisa nggak udahan dulu masaknya?"

Hannah hanya tersenyum menanggapi kata-kata Bryan, berusaha terlihat baik-baik saja padahal kepalanya masih berdenyut-denyut pusing tapi ia harus menyiapkan sarapan untuk Bryan serta keperluan lainnya pagi ini.

"Eh!" Hannah terlonjak kaget saat Bryan mematikan kompor dan menyingkirkan teflon yang masih ada roti di dalamnya.

"Semalam aja bener-bener nggak bisa bangun. Coba sekarang? Hm? Masih demam gini. Jangan dipaksa, kamu ini istriku, bukan ART. Kalau susah kerjainnya, bilang aku nanti dibantu jangan sendirian begini."

Hannah terkekeh. "I'm okay now... Sshh..."

Bryan menggelengkan kepalanya lalu membawa Hannah ke sofa dan membuatkannya teh hangat lagi. Tanpa banyak bicara, Bryan menyelesaikan pekerjaan Hannah yang sedikit lagi selesai dan membiarkan istrinya berbaring lagi di sofa depan televisi.

SEMESTAKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang