13

5.1K 498 65
                                    

Cahaya pada sepasang netranya kian memudar seiring dengan hembusan nafas yang semakin terasa berat. Seperti sedang menanggung beban berton-ton pada dua bahu ringkihnya. Pada kenyataan memang seperti itu. Hanya saja bebannya tidak tampak secara nyata.

Baginya, sosok saudara itu nyata namun fiksi. Mereka memang selalu ia tatap setiap hari dan ia dengar suaranya setiap hari. Terasa dekat namun disaat yang sama juga terasa sangat jauh. Tidak tergapai, Barangkali ingin memeluk, terasa sangat mustahil. Alih-alih ingin merasakan seperti apa hangatnya dekapan satu persatu para kakaknya, memegang tangan mereka saja ia tak mampu.

Didalam nuasa kamar dengan cahaya lampu yang berpendar kian meredup. Ah, ia lupa membeli baterainya. Seperti sudah terlampau biasa ketika ia bersitatap pada bingkai wajahnya di cermin dengan lebam yang kian bertambah. Rasa-rasanya wajahnya sudah hancur tak berbentuk. Namun ada yang lebih hancur dari wajahnya yang penuh dengan lebam. Hati.

Hatinya yang kian tersayat-dayat sampai hancur berkeping-keping. Tidak berdarah namun rasa sakitnya mampu mengalahkan luka tubuhnya yang masih tak henti hentinya mengeluarkan darah. Rasanya sangat sakit sekali.

Hatinya sakit. Hatinya pilu. Hatinya remuk. Hancur. Tak berbentuk lagi. Ia tidak akan menangis lagi. Terlalu sakit rasanya sehingga air mata pun enggan keluar guna menghiburnya, ataupun barangkali airmata mau menawarkan diri untuk ikut menanggung sedikit banyaknya untuk meringankan segala kelaraan dan penderitaan yang dialami Jungkook.  Bagi Jungkook menangis hanya akan membuat ia tampak semakin menyedihkan.

Masih dalam keadaan memeluk lutut dengan tangan kiri yang tetap setia memegang cermin. Sementara tangan kanannya menelusuri wajah lebamnya. Seperti sedang menghitung berapa banyak lebam yang tercetak diwajahnyaㅡhasil mahakarya kakak-kakaknya. Sesekali meringis. Karena punggungnya berdenyut sakitㅡhabis mencicipi  kasarnya tali cambuk. Sebenarnya Jungkook sudah biasa dengan keadaan wajahnya yang tak pernah mulus lagi. Sudah terlampau biasa jika ia menjumpai setidaknya ada empat titik yang membiru dibingkai wajahnya. Namun, ntah mengapa. Walau sudah terbiasa namun hatinya tetap saja terasa sakit.

Hingga jemarinya berhenti pada bekas luka yang sudah memudar pada salah satu pipinya. Luka yang ia dapat beberapa tahun silam tepatnya ketika berumur 4 tahun.

"Taetae hyung! Jiminie hyung!" kala itu raut yang dipancarkannya terlihat sangat antusias sekali, ketika ia menemukan eksistensi kedua kakak kembarnya sedang bermain diruang tamu.

Berlari kecil dengan tangan yang masih setia mendekap satu buah mainan robot Ironman dengan tangan yang sudah patah sebelah akibat dibanting Taehyung ketika ia memaksa ingin ikut bermain juga. Satu satunya koleksi mainan yang ia punya. Semangat sekali rasanya ia saat itu. Membayangkan kalau kakaknya akan menyambutnya dengan sapaan yang tak kalah ceria. Dan berbagi mainan dengannya.

Langkahnya terhenti tepat didepan kedua kakaknya. Rautnya masih menampilkan senyum sumringah dan antusias. Ikut duduk bergabung dengan sikembar yang masih asyik bermain tanpa mempedulikan kehadirannya.

Kala itu Jungkook kecil tidak tahu seperti apa rasa benci yang sudah tertanam didalam hati sang kakak. Menatap sang kakak dengan tangan kecilnya yang beralih mengambil satu buah mainan yang masih berada didalam kotak."hyungie, kookie boleh pinjam satu kan?"

Sontak sikembar langsung memalingkan kepala kearahnya sambil berteriak secara bersamaan, "Tidak boleh!"

Jungkook sempat terkejut saat itu, ketika mendengar kedua kakaknya berteriak nyaring padanya. Namun ia cepat cepat kembali menampilkan raut cerianya, "hanya pinjam sebentar, hyung. Tidak akan lama. Kookie suka melihat robot ini. Boleh yah? Yah, yah?"

Kali ini Taehyung menatapnya kian melotot tidak suka. Jungkook cepat-cepat menyembunyikan mainan milik Taehyung kebelakang tubuhnya. Matanya menatap takut namun ia juga sangat ingin bermain dengan mereka sambil meminjam robot yang ada ditangannya. Mainan miliknya sudah rusak. Sudah tidak keren lagi seperti punya kedua kakak kembarnya. "Kembalikan!!"

THE HOPE (✓)Where stories live. Discover now