"Brengsek!" umpat Liona lirih, matanya berkaca-kaca.

"Don't cry baby, gue cuma mau lo terbiasa dengan keberadaan gue. Karena selamanya kita akan terus bersama..." ucap Alkana yang membuat Liona merinding ketakutan.

"Ingat? I'm yours and you're mine,"

Ini kedua kalinya Alkana mengatakan kalimat itu, yang dimana seluruh tubuhnya bergetar ketakutan dan merinding di buatnya.

"Siap-siap, mau sekolah kan?"

******

Sepanjang perjalanan dari gedung apartemen sampai ke SMA Venus, tidak ada yang membuka percakapan. Liona sibuk bertengkar dengan isi kepalanya sendiri, dengan Alkana yang selalu melirik ke arahnya.

Sampai di halte sekolah, Liona menyuruh Alkana menurunkannya di sana, namun Alkana menolak, ia justru membawa gadis itu turun setelah mobil lelaki itu terparkir manis di parkiran. Liona hanya tidak ingin seperti sekarang, di mana mereka menjadi pusat perhatian.

Langit, Bintang, dan Kenzo menatap keduanya dari ujung parkiran roda dua, bukan hanya mereka, Mela juga melihat hal itu. Mungkin nanti ia akan mengintrogasi Liona saat di kelas.

"Gue gak nyangka, ternyata Alkana serius sama ucapannya waktu itu." Langit berucap sambil mengingat ucapan Alkana di rumah sakit.

"Gue sih nggak kaget lagi, sekali Alkana meng-klaim sesuatu sebagai miliknya, dia nggak akan pernah berhenti untuk dapetin hal itu. Karena Alkana selalu bisa dapetin apapun yang dia mau, dengan cara apapun." Bintang berucap dengan yakin, ia sudah mengenal Alkana dengan baik, terlebih lagi sifat penguasa lelaki itu.

"Kayaknya bakalan banyak hal yang terjadi nantinya, secara kalian tau, Liona masih pacarnya Malvinjing." Langit memperbaiki letak tali tas di salah satu bahunya.

"Dan Alkana bakalan ngelakuin segala cara supaya mereka putus dan Liona jadi milik dia" Bintang menambahi, dari kejauhan Alkana terlihat mengantar Liona ke kelasnya.

"Cabut!" kita tunggu Alkana di rooftop." Kenzo berjalan terlebih dahulu diikuti keduanya.

Tangan Alkana setia menggenggam tangan Liona, tatapan gadis-gadis SMA Venus sepanjang koridor nampak ingin menelannya hidup-hidup.

"Oh jadi bener isu-isu kemarin, Liona pinter juga nyari selingkuhan, sekalinya dapet langsung Alkana."

"Mereka lebih cocok sih!"

"Tapi Liona murahan banget gak sih, gak cukup sama satu cowok."

"Emang kalian gak liat, akhir-akhir Malvin deket banget sama Aurel, jangan-jangan mereka punya hubungan."

"Tapi gue lebih suka Liona sama Alkana sih dari pada Malvin."

"Alkana gak cocok sama jalang kayak Liona!"

Dari banyaknya bisik-bisik volume keras itu, ucapan terakhir membuat Alkana menghentikan langkahnya, otomatis Liona juga berhenti karena tautan tangan mereka. Sebenarnya Liona sakit hati ketika gadis-gadis itu mengatai dirinya murahan dan yang terakhir, jalang. Namun diam adalah cara terbaik Liona, agar terhindar dari masalah. Namun sepertinya hal itu tidak berlaku bagi Alkana.

ALKANA [END]Where stories live. Discover now