✓Bimbang✓

9.9K 622 2
                                    

Adam mengusap kasar rambut hitamnya, setelah kepergian Nina yang menyerahkan amplop cokelat berisi gugatan hak asuh Anissa. Adam sangat marah sekali, mengapa setelah sekian lama, Della baru hari ini datang dan mengajukan gugatan hak asuh itu.

Jika gugatan itu dikabulkan oleh pengadilan, Adam bertekad bagaimanapun caranya ia harus memenangkan gugatan itu.
Sungguh Adam sangat pusing dibuat oleh tingkah dan perilaku Della, entah permainan apa lagi yang akan ia rencanakan. Adam sendiri tidak tau, apakah ada maksud tersembunyi dari ancaman Della kali ini.

Bunyi ponsel berdering membuyarkan pikiran Adam, terdapat nama Azara di layar ponsel itu. Segera ia menerima panggilan masuk dari Zara, setidaknya mendengar suara Zara sedikit meringankan beban yang ada di otak dan hatinya sementara.

"Assalamualaikum, Ada apa Za?"

"Waalaikumsalam, mas aku sudah di lobby kantor. Apa kamu di ruangan sekarang?" Jawab Zara dari seberang.

"Oh, iya aku di kantor," Adam membenarkan letak duduknya,"Tumben ada apa ?"

Zara terkekeh,"Tidak hanya saja kupikir kita jarang sekali makan bersama, aku membawa makan siang," Jelasnya.

"Apa kamu merindukanku?" Tanya Adam menggoda Zara.

"Siapa bilang?" Zara mendengus kesal,"Sudah aku tutup teleponnya, aku akan segera ke sana, Assalamualaikum."

"Wa'alaikumsalam, I Love You Za".

"Love you too". Balas Zara lirih.

"Apa aku tidak dengar, bisa kau ulangi lagi?" Goda Adam pada sang calon istri.

"Sudah kututup teleponnya!" Pipi Zara bersemu merah mendengar godaan dari Adam.

***

Zara menyiapkan makanan yang ia bawa diatas meja, meletakkan aneka masakan hasil karyanya untuk dicicipi Adam.

Pikiran Adam bergelayut kemana-mana, ia tidak fokus hari ini seakan seluruh tenaganya terkuras karena surat gugatan hak asuh Anissa.

"Mas?!" Panggil Zara kesekian kalinya.

Adam tersentak mendengar panggilan dari Zara, lalu ia tersenyum kaku melihat Zara yang raut wajahnya menggambarkan rasa jengkel, "Ya ada apa Za?"

Zara meletakkan sendok, lalu ia menghembuskan nafas kasar melihat Adam sekilas."Kamu kenapa? Ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu?" Tanyanya menyelidik, karena tak biasanya Adam akan melamun. Bahkan kerutan di keningnya menggambarkan ada beban berat yang tengah ia pikirkan.

Adam menyenderkan punggung ke sofa," Hanya ada sesuatu hal, jangan khawatir." Pungkasnya, ia tak mau Zara tau akan masalah yang ia hadapi.

Zara mengangguk ragu, meskipun dibenaknya mengatakan ada sesuatu yang Adam sembunyikan dari dirinya. "Baiklah," hanya itu yang bisa ia katakan. Zara yakin, Adam belum siap menceritakan perihal masalah yang dihadapinya.

Ia kembali menyiapkan makan siang untuk Adam. "Mas, tadi bunda telepon. Untuk hal gedung dan lain-lain persiapan pernikahan sudah 75%. Tinggal kita mengurus undangan, dan hal-hal pribadi kita."

Adam mendongak, ya benar pernikahannya dengan Zara sudah di depan mata. Persiapan sudah dilakukan oleh dua keluarga besar itu. Meskipun Zara sudah meminta agar pernikahan dilakukan secara sederhana, tapi keluarga besar Haydar sangat menentang. Karena hari itu adalah hari yang paling bersejarah untuk putri kesayangan mereka.

Adam mengulum senyum,"Mungkin aku bisa fitting baju dan mengurus cincin hari sabtu dan minggu, kamu nggak keberatan kan?"

"Baiklah, jika memang tidak bisa selain hari itu. Aku bisa sendiri mengurusnya." Jawab Zara enteng.

Bunda Untuk Anissa (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang