Chapter 22: Keributan

Start from the beginning
                                    

"Semangat!"

Pertandingan pun dilanjutkan. Mereka tetap bermain seperti biasanya dan mencoba untuk menambah skor. Namun, setelah lima menit waktu berjalan, peluit dibunyikan tanda pertandingan selesai. Tidak ada satu pun dari kedua tim yang berhasil mencetak gol lagi. Itu artinya, pertandingan dimenangkan oleh tim Kak Fendi dari kelas XI IPS 4.

Para suporter dari kelas XI IPS 4 semakin bersemangat. Para pemain dari kedua tim pun mengakhiri pertandingan itu dengan saling bersalaman.

"OKE, GUYS! SELAMAT BUAT KELAS SEBELAS IPS EMPAT MASUK KE TAHAP FINAL! UNTUK PERTANDINGANNYA AKAN DILAKUKAN SETELAH TIGA PULUH MENIT ISTIRAHAT. BUAT TEMAN-TEMAN YANG ENGGAK MAU KETINGGALAN MOMEN SERU INI, JANGAN PULANG DULU DAN TONTON SAMPAI KITA TAU TIM SIAPA YANG AKAN JUARA. OKE?" ucap Kak Dino bersamaan dengan para murid SMA Nuri yang bubar dari tribun lapangan.

Arka, Naura, Lala, dan Disa turun dari tribun. Mereka lalu menghampiri Putra dan timnya yang lain. Raut wajah mereka terlihat lelah.

"Udah. Lo pada yang semangatlah. Jangan loyo. Kuy kantin, istirahat, makan-makan isi tenaga biar bisa semangat nyorakin gue nanti," ucap Arka yang dihadiahi pukulan oleh Lala.

Arka mengaduh. "Apa, sih, Lala?"

"Gitu banget ngasih semangatnya."

"Ya gue harus gimana? Rangkul, peluk, cium gitu?"

Arka menempelkan kedua telapak tangannya ke pipi Galuh dan menekan-nekannya. "Udah, Sayangku. Enggak usah sedih, ya. Udah hebat kok bisa juara tiga. Arka tau kalian udah berusaha maksimal. Mungkin memang belum waktunya aja jadi juara. Tenang ya, besok-besok masih ada kesempatan lagi, kok. Cemungut!"

Arka menoleh. "Kaya gitu?"

Mereka semua bergidik jijik melihat Arka.

"Najis," ucap Putra meninggalkan Arka diikuti oleh anggota timnya. Naura dan Disa ikut pergi. Galuh mengerjapkan matanya. Membuang napas yang tertahan, ia langsung menyingkirkan tangan Arka.

"Aish..." Laki-laki itu mengusap-usap kedua pipinya.

Arka tersenyum. Ia mengerucutkan bibir memberi kecupan angin lantas berjalan meninggalkan Galuh yang tampak mual.

***

Suasana kantin cukup ramai. Arka dan gerombolannya sudah duduk di salah satu meja yang ada di pojok. Mereka semua sudah menikmati pesanan mereka. Namun, tidak untuk Arka. Arka sejak tadi sudah menunggu seporsi sotonya, tetapi karyawan Bu Weni tak kunjung datang. Arka berdecak karena menahan lapar.

"Ambil sendiri, elah. Manja banget," ucap Udin menyuruh Arka pergi.

"Ah! Tau gitu, gue pesen mie ayam aja tadi." Arka beranjak dari duduknya. Ia pun pergi ke tempat Bu Weni.

Naura melihat sekilas Arka kemudian menikmati baksonya lagi.

Hening. Sampai beberapa detik kemudian, anak-anak terkejut karena Farih menggebrak meja.

"Wah... Wah... Wah... Bahanya, nih," ucap Farih yang mengundang tatapan orang-orang di sekitarnya.

"Bahaya apaan?" tanya Putra.

Farih menunjuk stan Bu Weni dengan dagunya. Mereka pun kompak menoleh dan melihat apa yang ditatap oleh Farih

Di sana, Arka dan Fiko terlihat saling memberi tatapan sengit. Keduanya seperti tengah beradu mulut. Tangan dan tubuh mereka yang saling mendorong satu sama lain. Anehnya mereka kadang saling berhadapan lalu berubah menghadap ke arah Bu Weni. Beradu mulut lagi. Mendorong lagi. Sampai akhirnya Fiko menendang kaki Arka.

"Bangsat!" umpat Arka yang sedikit terdengar dari pojok.

Galuh mendesah. "Udah SMA tetap aja enggak berubah," lirihnya.

Mantan Rasa Pacar [END]Where stories live. Discover now