BAB 3

584 38 0
                                    

" pa- pak berhenti depan pak," ujar zeana buru-buru meminta agar sopir taksi itu segera berhenti di depan gerbang sekolahnya yang sudah tutup.

Setelah membayar ongkos, ia segera berlari  dan meminta agar pak Sam yang bertugas piket menjaga gerbang untuk segera membukakan pagar.

Pak Sam langsung membuka gerbang, melihat zeana yang hampir basah kuyup karena hujan yang begitu deras, rambutnya sudah basah, make-upnya juga sudah hilang.

Zeana bukanlah gadis yang suka memakai riasan wajah yang berlebihan, yang suka dengan riasan sederhana, sedikit bedak tabur dan sebuah lipgloss yang senada dengan bibirnya.

"Kok non zea bisa telat? Perasaan tadi mas bian udah nyampe dari tadi," ucap pak Sam selaku satpam di SMA Gautama.

Zea nampak mengingil, seragamnya hampir dikatakan 85 persen sudah basah kuyup. Tak lama ketika bian meninggalkannya hujan deras langsung meluncur, sial memang.

"Gimana nggak telat pak, dia nya aja turunin aku dijalan," jawab zeana kesal.

" Lagi berantem ceritanya ni," goda pak Sam.

"Yaudah lah pak, aku masuk dulu," pamit zeana menuju kelasnya.

Sudah pada masuk memang, ia sudah telat 15 menit dari waktu masuk, di tambah lagi yang mengajar jam pertama adalah pak setan, makdsudnya pak seta. Guru paling killer di sekolah mereka, guru yang tidak menoleransi pelanggaran jenis apapun dan sekecil apapun, tamat sudah paling tidak dia akan di ekspor ke toilet untuk bertugas disana, sampai jam pelajaran pak seta selesai.

Zea berjalan mengendap-endap menuju pintu kelasnya, namun setelah memdekat, ia tak melihat pak seta berada di sana, dan kondisi kelas yang dikatakan sedikit tidak tenang.

" Gue kirain Lo nggak masuk," ucap Vivian melihat zeana masuk dan duduk dengan santainya.

" Lo kok basah kuyup gini? lagi main hujan?" tanya Valen diiringi dengan tawanya dan tawa Vivian.

" Diam lo, pak setan mana?" tanya zea.

"Pak setan lagi ada urusan penting, dipanggil kepsek, jadi belum sempat masuk," jelas Valen.

"Oooh, yaudah deh nanti kalau pak setan masuk, izinin gue bentar gue mau ke koperasi ganti seragam, gue dingin amat," ucap zeana beranjak dari tempat duduknya.

" Mau gue temanin ngga?" tanya Vivian.

" Gak usah, gue aja lagian cuma bentar kok," jawab zeana keluar dari kelasnya menuju koperasi sekolah yang menyediakan seragam pengganti jika ada masalah.

Bian nampak tak fokus dengan pembelajaran di kelasnya, matanya terus mentap keluar melihat hujan yang turun membasahi tanah, dia sedang memikirkan gadis manja itu sekarang, ada sedikit rasa sesal yang ia rasakan, bagaimana jika anak itu kehujanan.

Setelah bian meninggalkan zea, hujan langsung turun. Bian berniat untuk berbalik arah, namun sila yang  berkata kalau ia sebelum masuk ada perkumpulan ke anggotaan tari jadi meminta bian untuk sedikit lebih cepat.

Mata bian yang terus melihat keluar kelas, sedikit melebar melihat zeana yang melintas di depan kelasnya dengan menggosok-gosokkan kedua telapak tangannya, karena kedinginan.

Bian melihat rambut dan seragam zea sudah basah, sesuai dugaannya bahkan sudah tembus pandang memperlihatkan tanktop yang berwarna putih.

" Permisi buk Dewi, zea minta seragam, soalnya seragam zea basah kena hujan," ujar zeana setelah menemui pengurus koperasi.

" Waduhhh, stock udah habis non, non zea datangnya telat sih baru saja murid kelas 10 datang kesini, karena seragamnya basah kuyup juga," jawab buk Dewi dengan ekspresi tak tega melihat zea yang menggigil karena kedinginan.

ANOTHER SIDEWhere stories live. Discover now