LIMA

825 85 7
                                    

Shella masih berdiri di depan pintunya. Ia tertegun menatap orang yang datang bukanlah orang yang biasanya mengantar susu melainkan seorang wanita yang tampak asing baginya.

Wanita asing itu datang dengan wajah yang kurang menyenangkan, lantaran terlihat sekali pahatan wajah yang semeraut, sorot mata yang tajam, dahi yang mengerut bak singa siap menerkam. Lantas Shella bertanya dengan terbata-bata.

"Kau?" Shella tercekat.

"Kau siapa?" tanya Shella. Wanita itu tak menjawab dan langsung masuk ke dalam.

"Hei, jangan seenaknya masuk dong! Siapa kamu?" sergah Shella.

"Siapa Shella?" tanya Dev. Kini ia sudah bersandar di tepi ranjang.

"Enggak tau nih, main masuk ke kamar orang." Shella menggerutu. Sementara wanita itu sudah berada di depan Dev. Sontak Dev tercekat, lebih syok dibanding Shella.

"Diana?" ujar Dev.

"Di sini kau rupanya," kata wanita itu. Lalu menghampiri Dev. Sementara Dev menarik selimut untuk menutupi bidang dadanya.

"U-u-untuk apa kau ke sini?" tanya Dev terbata-bata. Wanita itu tak menjawab, malah terbahak-bahak.

"Dev, Dev, cuch cuch cuch...." Wanita itu geleng-geleng. Kemudian berkata, "Kini bukan hanya satu kartu, tapi dua kartu."

"Kartu? Maksud Anda?" tanya Shella, penasaran.

"Bagaimana Dev, apa perlu aku memberi tahu?" Diana mulai sesumbar.

"Dia tidak ada urusan denganmu. Kau hanya...." Dev mengambil baju dan celananya. Ia mencoba mengenakan pakaian terlebih dahulu sebelum meneruskan kalimatnya. Melihat Dev mau mengenakan pakaian, Diana mensampingkan pandangannya ke arah Shella yang berada di sebelah kirinya.

"Kau hanya berurusan denganku." Kini Dev sudah berdiri di hadapan Diana.

Diana kembali menatap Dev. Sementara Shella masih tampak bingung apa sebenarnya yang terjadi di antara pria kencan satu malamnya dengan Diana si wanita asing yang menerobos kamarnya.

"Kuberi waktu satu minggu," kata Diana, sembari mendekati Dev, jaraknya hanya satu jengkal sehingga kedua matanya tepat beradu dengan mata Dev.

"Jika kau mengabaikan permintaanku ini maka...." Diana melirik Shella.

"Salah satu kartu akan kupatahkan," ucap Diana dengan memberikan sedikit dorongan di dada Dev sebelah kiri dengan kepalannya. Diana tidak main-main dengan ancamannya.

"Pergilah!" ujar Dev sembari membuang muka ke samping kiri.

Diana pergi setelah itu.

Kini tentu saja masalahnya belum selesai, sebab Dev harus menjelaskan semuanya kepada Shella.

Wanita yang baru saja ia kencani tadi malam, lalu menghabiskan waktu semalam bersama, tentu tak dapat Dev abaikan begitu saja. Kemungkinan besar Dev akan berbohong terkait tentang Diana.

Belum sempat Dev memikirkan alasannya, Shella dengan cepat menanyakan siapa Diana? Dev ingin menjelaskan tetapi ada pesan masuk di gawainya. Pesan dari Diana.

Crazy Woman: Dev, menurutmu kartu mana yang akan lebih dulu kuhancurkan? Shella atau Lerra?

"Shittt!" gumam Dev.

"Sorry, Shella aku harus pulang. Terima kasih untuk tadi malam." Dev kemudian langsung berlalu meninggalkan Shella.

"Kartu namaku ada di nakas." Teriak Dev sembari berlalu. Sontak saja Shella marah dengan sikap Dev yang tidak menjawab pertanyaannya, siapa Diana? Ada masalah apa dengen Dev? Kartu apa yang dimaksud Diana?

KAFNUNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang