Part 4: Kapan berakhir

Start from the beginning
                                    

"Apa." Ujar Kinara malas.

"Lo Kinara kan?" tanya Darel pada Kinara.

"Bukan, gue selena gomez." jawab Kinara jengah.

Kinara pun melengos begitu saja, seakan akan pertanyaan dari Darel tidak ada pentingnya. Sedangkan Darel tersenyum mendengar jawaban dari Kinara, lalu dengan cepat ia menyusul Kinara dan berjalan disampingnya.

"Kalau gak salah, tadi dikantin gue lihat seorang cewek berpelukan sama Adelard. Katanya sih si ceweknya bernama Kinara." ucap Darel monolog.

Mendengar Darel mengucapkan itu sontak Kinara menghentikan langkahnya dan menatap tajam Darel. Namun Darel malah tersenyum jahil.

Menghembuskan nafas kasar, dengan kesal Kinara kembali melangkahkan kakinya dengan ritme cepat, malas menanggapi perkataan dari Darel. Namun sepertinya Darel tidak menyerah ia pun mensejajarkan dirinya dengan Kinara.

"Ye,,, kan gue cuma nanya, siapa tahu itu bukan lo kan." kata Darel ketika sudah sejajar dengan Kinara.

Karena kesal ia pun berhenti dan menatap tajam Darel.

"Gue kasih tahu lo, pertama gue gak berpelukan sama Adelard dia yang meluk gue duluan. Kedua bilangin ke temen lo yang songong itu, jangan pernah peluk gue sembarangan apalagi didepan umum, dan yang terakhir kalau lo sekali lagi ngomong tentang itu ke gue, gak segan-segan gue cakar muka lo yang so tampan itu, mengerti?"

Karena tidak ingin wajah tampannya di cakar oleh Kinara Dengan Cepat Darel menganggukkan kepalanya patuh.

"Bagus." ujar Kinara puas, lalu kembali melanjutkan langkahnya menuju gerbang sekolah.

"Hiiihh, kok bisa ada cewek kaya gitu, pake acara mau cakar muka gue lagi, gawat nanti bisa-bisa fans gue berkurang. Mudah-mudahan gue gak ketemu sama tuh cewek lagi." ucap Darel sambil bergidik ngeri.

¿¿¿¿

Sedangkan di gerbang sekolah, Kinara berdiri dengan perasaan kesal karena menunggu kakaknya yang tak kunjung datang menjemputnya.

Beberapa kali ia menelpon kakaknya namun bukan suara kakaknya yang ia dengar malah suara operator yang terdengar jelas ditelinganya, membuat Kinara menghembuskan nafas kasar.

"Awas lo ya bang kalau sampai gak beliin gue es cream." gerutunya sambil menghentak-hentak kakinya dengan kesal.

Ketika asik menggerutu sebuah mobil berwarna hitam melintas didepannya. Membuatnya sontak memusatkan pandangannya pada mobil itu. Tanpa sengaja ia melihat seseorang yang berada di jok belakang mobil tersebut, seketika ia terpaku ketika menyadari bahwa seseorang itu adalah cowok yang membuatnya penasaran hari ini.

Tanpa ia sadari mobil tersebut sudah melintas jauh dari pandangannya. Ketika ia ingin mengejar mobil tersebut kakaknya sudah berada dihadapannya menggunakan motor ninja kesayangannya.

"Loh kok mukanya kusut gitu, maaf deh abang telat jemputnya, soalnya tadi perkumpulannya agak lama. Abang janji deh nanti kita beli es cream kesukaan kamu ya?" Bujuk Regan Kakaknya Kinara.

"Gak tahu kenapa aku lebih senang bang Regan gak jadi jemput Kinara." kata Kinara terdengar lesu.

"loh kok gitu, marah ya sama abang gara-gara telat jemputnya."

"Ahh enggak bang, cuman.....udah lah bang kita pulang." ujar Kinara lalu menaiki motor kakaknya.

"Emmm yaudah, yakin gak marah sama abang."

"Enggak bang, tapi janji ya beliin Kinara es cream."

"Iya abang janji."

"Yes, makasih ya abangnya Kinara yang paling ganteng." ucap Kinara sambil memeluk Regan dengan erat.

Regan hanya tersenyum menanggapi ucapan adiknya. Lalu motor yang ditumpangi Regan dan Kinara pun melaju menembus jalanan sore yang tidak terlalu padat oleh kendaraan.

Hanya membutuhkan waktu setengah jam akhirnya Kinara dan Regan sampai kerumah. Kinara pun turun dari motor dan berlari mendahului Regan masuk rumah. Regan hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah adiknya yang masih seperti anak kecil.

Setelah Kinara memasuki rumah, raut wajahnya berubah menjadi sendu melihat rumahnya begitu sepi, sudah hampir tiga tahun ini hanya dirinya dan Regan kakaknya yang berada dirumah yang sangat luas itu. Bahkan ibu yang seharusnya menyambut mereka saat ini tidak ada dirumah. Ibunya selalu disibukkan dengan pekerjaan hingga membuatnya jarang berada dirumah.

"Bang, kapan rumah ini jadi ramai lagi?" tanya Kinara, ketika Regan memasuki rumah.

Regan hanya menghela nafas ketika harus menghadapi pertanyaan dari Kinara yang hampir setiap hari ia dengar dari mulut Kinara.

"Ini sudah hampir tiga tahun semenjak kejadian itu terjadi. Kalau saja itu semua tidak terjadi mungkin sekarang kita tidak akan seperti ini." ujar Kinara dengan tatapan sendu.

Regan pun tak bisa berkata apa-apa lidahnya kelu seakan tak bisa digerakkan. Ia tahu Kinara pasti merindukan kehadiran seorang ayah dan ibu. Bahkan dirinya pun merasakan hal yang sama namun bagaimana lagi ia tidak bisa berbuat apa-apa.

"Sudahlah bang, Kinara kekamar dulu, jangan lupa tadi abang kan udah janji mau ajak Kinara jalan-jalan sama beli es cream." kata Kinara mengalihkan suasana.

"Iya, iya abang gak lupa kok, sana mandi dulu nanti keburu kesorean."

"Okidoki." kata Kinara dengan semangat, lalu Kinara melangkahkan kakinya menuju kamar.

Regan hanya dapat menatap sendu Kinara dari belakang. Kinara memang hebat dalam menyembunyikan kesedihannya. Regan tahu Kinara tidak sekuat yang ia lihat sekarang, ia hanya tidak ingin terlihat menyedihkan didepan Regan namun melihat Kinara seperti itu membuat Regan semakin bersedih. Kejadian tiga tahun yang lalu telah mengambil kebahagiaan dan keutuhan keluarganya dan Regan sangat menyesali itu.

¿¿¿¿

Disebuah kamar yang luas dan minim pencahayaan terlihat seorang laki-laki yang sedang berdiri menghadap jendela dengan tatapan dingin namun menusuk. Ia tidak dapat mengalihkan pandangannya barang sedetik pun. Hingga tiba-tiba sebuah bayangan tentang masa lalu membuatnya tidak dapat menyeimbangkan badannya dan berakhir terduduk dilantai. Rasa takut dan cemas bercampur menjadi satu hingga membuatnya bergetar tak karuan.

"Cepat sayang kamu lari dan sembunyi."

"Lalu bagaimana dengan ayah sama bunda."

"Ayah sama bunda bakalan baik-saja, cepat lari."

Ia menggeleng-gelengkan kepala nya berkali-kali sambil terpejam berusaha untuk menghilangkan bayang-bayangan tersebut.

Tak lama seorang wanita paruh baya memasuki kamar tersebut. Dan terkejut dengan cepat ia menghampiri lelaki tersebut dan memeluknya mencoba untuk menenangkannya.

"Sudah jangan takut bibi ada disini, tenang ya." ucap wanita paruh baya itu sambil mengelus punggung yang sedang ketakutan itu.

Merasa bahwa seorang yang ia peluk sudah tenang dan akhirnya tertidur, membuatnya tersenyum lega namun wajahnya tetap memperlihatkan kekhawatiran.

"Sampai kapan semua ini berakhir." ucap wanita paruh baya itu lirih.

¿¿¿¿

Wait for next chapter!

Yuni Wulandari

091219

Who's your name? Where stories live. Discover now