Bagian 3.6

12 2 0
                                    

"....Apa ada yang salah?"

"....Tidak..."

Suara Shino membuat tatapannya menuju ke atas, sementara masih mengerutkan dahinya, dia berkedip berulang kali dengan jengkel.

"Beberapa saat yang lalu, ketika aku mendengar kata Alice…Aku merrasa seperti aku dapat mengingat pada sesuatu…

Seperti, pada saat, dimana kau merasakan sesuatu yang lucu atau mengganggu seperti beberapa saat yang lalu, tapi tidak peduli bagaimana kau memikirkan tentang itu, kau tidak dapat mengingatnya, apakah itu, itu seperti perasaan gelisah."

"Ah, yeah. Seperti terbangun dari mimpi buruk tapi tidak mengingat apapun isi mimpinya tadi."

"Sesuatu…Beberapa saat yang lalu aku merasa bahwa aku melupakan sesuatu yang buruk…"

Asuna bertanya saat dia dengan khwatir melihat pada Kazuto, yang mengacak rambutnya.

"Itu, mungkin, ingatan selama eksperimen....?"

"Tapi…Bukannya kau mengatakan bahwa semua ingatan tentang dunia virtual itu dihapus?"

Saat Shino mengatakan hal itu setelah Asuna, Kazuto menghela nafas sambil tetap menutup matanya, sebelum merendahkan bahunya.

"…Sebenarnya, itu adalah ingatan berharga selama sepuluh hari. Mungkin saja ada bagian yang lolos dari pemblokiran... "

"Oh ya, jika kita memikirkan tentang itu, jika ingatan itu sebenarnya masih tetap tersisa, itu akan berarti kau lebih tua tua dibandingkan dengan kita, secara pikiran. Itu entah bagaimana….terdengar menakutkan."

"Untukku, aku sedikit…senang, itu seperti jarak diantara kita menjadi lebih sempit."

Asuna mengatakan seperti itu, karena dia satu tahun lebih tua, Kazuto saat dia memperlihatkan senyuman lemah.

"Jika memikirkan tentang itu, dalam periode di antara Dive kemarin dan kelas hari ini, aku merasakan perasaan tidak nyaman yang aneh.

Itu seperti waktu telah berlalu lama sekali semenjak aku melihat kota, atau acara TV. Teman-teman di kelas juga.... 'Siapa sih cowok itu?' Sesuatu seperti itulah......"

"Jangan terlalu dibesar-besarkan, itu hanya 10 hari saja."

"Aku setuju―Itu bukanlah sesuatu yang harus kau cemaskan."

Shino dan Asuna merengut pada perkataan Kazuto.

"Kirito-kun, kau seharusnya keluar dari ekperimen yang tidak masuk akal itu. Itu benar-benar memberi beban yang terlalu berat pada tubuhmu."

"Ah, jika operasi pengetesan yang memiliki waktu yang panjang telah sukses, itu berarti bagian terakhir dari masalah rancangan dasar semuanya telah selesai.

Tahap berikutnya adalah membentuk mesin untuk penerapannya, tapi aku ingin tahu berapa tahun lamanya yang akan dibutuhkan untuk merubah mesin ukuran besar itu menjadi bentuk yang umum…Aku juga tidak dapat melakukan pekerjaan sampingan ini lebih lama lagi, karena ujian terakhirn dimulai bulan depan."

"Uu..."

Pada perkataan Kazuto, Shino membuat ekspresi suram sekali lagi.

"Hei, jangan mengingatkan aku sesuatu seperti itu. Kalian semua sangat enak, sekolah kalian hampir tidak memiliki ulangan tertulis lagi. Sekolahku masih memakai sistem lembar jawaban, yang benar saja..."

"Huhu, kalau begitu bagaimana membuat belajar kelompok bersama-sama?"

Saat dia mengatakan itu, Asuna melihat ke atas dinding di belakang Shino sebelum mengatakan, ‘Wah’ dengan suara pelan.

"Ini hampir jam enam, waktu berlalu dengan cepat di saat kita sedang berbicara."

"Kalau begitu kita selesaikan pembicaraannya di sini. Tapi aku tidak berpikir bahwa kita membicarakan topik utama hanya membutuhkan waktu lima menit saja."

Sementara Kazuto memperlihatkan senyuman masam, Shino juga tersenyum sementara menjawab.

"Baiklah, masih ada waktu sebelum BoB kelima, jadi mari memutuskan build karakter dan rincian taktik bertarung setelah mengkonversi karakter."

"Yeah, itu juga bagus. Tapi aku merasa tidak seperti memakai apapun selain light saber."

"Aku sudah memberitahu padamu bahwa itu adalah photon sword."

‘Apa benar?’ Kazuto tertawa saat dia memegang ujung dari meja itu, dan mulai berjalan menuju konter untuk membayar makanan ini dengan uang yang dia dapat dari pekerjaan sampingan selama tujuh puluh dua jam. Shino dan Asuna mengatakan, ‘Terima kasih atas makanannya!‘ secara bersamaan, sebelum berjalan menuju ke pintu keluar.

"Agil-san, aku akan datang lagi."

"Terima kasih karena makan di sini, kacang panggang di sini benar-benar enak."

Setelah jawaban dari pemilik kafe, yang sedang sibuk dengan persiapan kafe di malam hari, Shino mengeluarkan payungnya dari tong wishky dan mendorong pintu itu hingga terbuka.

Karakaran, saat suara bel pintu itu berbunyi, suara keras dari suasana perkotaan dan hujan menyelimuti telinganya.

Bahkan meskipun masih ada waktu sebelum malam tiba, namun dikarenakan awan tebal, yang merupakan tanda malam yang gelap telah meliputi di atas jalanan basah di sekitarnya.

Shino membuka payungnya, dan mulai menuruni anak tangga kecil——dia mendadak menghentikan langkahnya saat dia dengan cepat menggerakkan pandangannya pada sekelilingnya.

"Sinonon, ada apa….?"

Suara khawatir dari Asuna terdengar dari arah belakang. Shino kembali menjadi sadar dan dengan cepat membalikkan pandangannya dari jalan.

"T-Tidak, tidak ada apa-apa."

Dia sedikit tertawa untuk menyembunyikan rasa malunya. Tidak mungkin, aku merasakan hawa kehadiran sniper di belakangku, tapi ini tidak mungkin.

Mungkin kebiasaan memastikan tempat sniper pada saat aku memasuki ruangan terbuka muncul di dunia nyata?

Memikirkan seperti itu, dia menjadi sedikit tercengang.

Sementara Asuna memiringkan kepalanya, bel pintu dari belakang berbunyi sekali lagi, diikuti oleh suara langkah menuruni anak tangga.

Ketika Kazuto, yang keluar dari toko sambil memasukkan dompet ke dalam tasnya, telah turun dan berdiri di jalan, dia mengeluarkan satu kata bersamaan dia menghela nafas.

"ALICE....."

"Apa, kamu masih memikirkan tentang itu?"

"Tidak....aku kebetulan mendengar di suatu kesempatan dari percakapan staff di hari Jumat sebelum Diving ke dalam STL….……Arti…… Labile…… Intelligen……hmm, apa itu...."

Shino menyerahkan payung yang dipegangnya pada Kazuto, yang mengucapkan kata-kata yang tidak dapat dia mengerti, Asuna pasti lebih khawatir tentangnya, saat dia memperlihatkan senyuman masam.

"Ya ampun, jika sesuatu seperti itu benar-benar mengusikmu, Bukankah kau seharusnya menanyakannya pada mereka saat berikutnya kau pergi ke sana."

"Yeah...Itu benar."

Kazuto menggelengkan kepalanya dua, tiga kali, sebelum akhirnya membuka payungnya.

"Sampai jumpa Sinon, pertemuan selanjutnya kita akan berbicara tentang mengkonversi karakter ke GGO."

"Aku mengerti. Tidak apa-apa jika bertemu di ALO di pertemuan berikutnya. Terima kasih sudah datang hari ini."

"Sampai jumpa, Sinonon."

"Sampai jumpa, Asuna."

Kazuto dan Asuna yang akan pulang dengan JR, melambaikan tangan mereka. Shino lalu mulai berjalan ke stasiun bawah tanah di arah sebaliknya.

Sekali lagi, dia diam-diam melihat kea rah sekelilingnya dari balik payung, namun perasaan takut dari tatapan sebelumnya juga telah menghilang tanpa jejak seperti waktu pertama kali.

[Prolog 2 End]
[Bisa lanjut ke prolog 3,book selanjutnya]

Alicization Beginning[Prolog 2]Where stories live. Discover now