File. 13

1.4K 192 21
                                    

Drrrt--

Wei Wuxian mengerjap, ada sesuatu yang bergetar di dalam tubuhnya. Ponsel.

Wuxian, "Maaf Lanzhan, sepertinya ada yang menghubungiku. Biar aku angkat sebentar, kalau tidak penting akan langsung kumatikan."

Wuxian menunjukan cengiran lebarnya seraya mngeluarkan benda segiempat dengan warna merah muda dari saku celananya.
Lan Wangji tidak bisa mengatakan hal lain selain diam dan mengangguk. Ia tidak mau memaksa. Tidak untuk pria yang ada di hadapannya.

Wuxian, "Ibu? Ada apa? Oh, aku sedang ada di jamuan makan malam. Aku pergi dengan temanku bu, namanya Lan Z ... zhingze! Iya, Lan Zhingze. Dia sibuk terus, jadi aku tidak pernah membawanya ke rumah. Iya, tidak akan pulang terlalu malam, baik! Selamat malam bu, aku mencintaimu."

Wuxian menjauhkan sedikit ponselnya sebelum menempelkan bibir tipis miliknya di benda yang paling beruntung malam itu.

Lan Wangji menelan ludah, perlahan. Matanya teralih, ia tidak ingin terlihat jika saat ini dirinya merasa iri pada benda mati yang bahkan tidak membalas tersebut.

Wuxian, "Ibuku, dia khawatir karena aku pergi sendirian. Aku jadi ingat dulu, saat Paman mengkhawatirkan aku yang selalu saja bermain-main. Haha."

Pemuda itu tertawa, tapi raut wajahnya tidak terlihat bahagia. Ada rasa hambar dan penyesalan di nada tawanya.

Wangji, "Masa lalu."

Wuxian, "Benar, hanya masa lalu. Dan sekarang sudah bukan saatnya lagi aku harus mengingat itu, aku punya masalah lain yang harus aku selesaikan. Kali ini sepertinya aku tidak bisa bicara dengan Jin Ge, tapi pulang dari makan malam ini, aku akan segera mengatur waktu untuk menemuinya."

Wangji, "Aku temani."

Wuxian, "Eh? Tidak usah. Kau punya banyak pekerjaan, aku kasihan sekali saat melihat Bichen harus mengurus semuanya. Sementara kau hanya bersantai dan menyuruhnya ini itu, Bichen sudah berusaha sangat keras untuk menyenangkanmu. Kau juga harus membantunya."

Kata-kata Wuxian tidak sepenuhnya salah, tapi tidak juga sepenuhnya benar. Wangji tidak pernah meminta apa-apa pada Bichen sebelumnya, tidak sampai Wei Wuxian muncul.

Pria yang kini dihormati banyak orang itu hanya diam dan menunduk, mendengarkan dengan khidmat ocehan-ocehan dari pria cantik yang ada di hadapannya.

Jika dunia melihat situasi saat ini, maka tidak akan ada yang tidak tahu jika CEO perusahaan besar tersebut memiliki perasaan yang sulit dijelaskan pada pemuda dengan nama Yi Ning ini. Terkecuali, pemuda itu sendiri.

Lan Wangji masih harus berusaha keras. Usahanya baru dimulai.

Wuxian, "Kau mendengarkanku?"

Wangji, "... Mn."

Wangji berbohong. Hal yang tidak pernah dilakukannya dulu.

Wuxian, "Coba ulangi aku bilang apa tadi."

Hening.

Wangji tidak pernah berusaha sekeras ini untuk mengingat sebelumnya, ia tidak pernah merasa sebodoh ini. Lan Wangji adalah sosok pemuda pintar yang sangat berbakat, ia tidak pernah kesulitan dalam menghapal materi apapun yang guru berikan padanya.

Tapi kali ini.

Tapi kali ini berbeda, perhatiannya teralih. Fokusnya teralih, pikiran, mata, dan telinganya tidak bekerja sama. Mata dan pikirannya tertuju pada Wei Wuxian, sementara telinganya terasa seperti tuli untuk beberapa saat.

Wuxian, "Kau tidak mendengarkanku. Wah, harusnya aku tahu ini. Kemana pikiranmu Tuan Muda kedua Lan? Jangan-jangan kau sedang memikirkan wanita? Wah wah, wanita mana yang beruntung itu? Kau punya pacar? Jangan bilang kau punya istri! Haha."

Wei Wuxian terkekeh karena kata-katanya sendiri.
Wangji ingin segera membantah kata-kata tersebut, tapi ia tidak bisa menampik kenyataan jika ia memang tidak mendengar ucapan Wuxian beberapa saat lalu.
Jadi, Wangji memutuskan untuk diam dan pasrah.

Wuxian, "Diam lagi? Kukira kau sudah benar-benar berubah, ternyata tidak juga. Yah, aku juga tidak banyak berubah, masih banyak bicara seperti dulu. Tidak terasa sudah malam sekali, aku harus pulang."

Wangji, "Akan aku antar."

Wuxian, "Tidak, tidak. Kau tetap di sini, banyak yang ingin bertemu denganmu. Lagipula aku bisa naik taksi atau dijemput Jin Shan, jangan khawatir. Aku ini pemuda sehat dan kuat meski wajahku cantik sekali. Oh! Jadi mirip cerita Cinderella, 'kan? Cinderella harus pulang sebelum jam 12 malam dan harus berpisah dengan pangeran yang ia temui di pesta dansa."

Wangji mengerjapkan mata, merasa asing dengan nama yang Wuxian sebutkan. Apa Cinderella itu nama orang pikirnya.

Wuxian, "Tidak pernah baca ceritanya? Aku juga baru membacanya, di kamar Yi Ning banyak sekali kisah romantis seperti itu. Sayangnya aku laki-laki, kalau aku perempuan, aku pasti akan jadi Cinderella betulan. Baiklah Lan Zhan, aku harus pulang sekarang. Nanti kita bertemu lagi! Ah, terima kasih untuk malam ini."

Wuxian tersenyum manis seraya melambaikan tangannya dan berlari kecil meninggalkan pria yang masih bingung dengan cerita yang Wuxian tinggalkan.

Angin berhembus lembut, membelai lembut wajah Wangji yang masih betah berdiri di tempatnya dalam diam.
Ia bahkan tidak sadar jika hampir semua tamu sudah menghilang.

Bichen, "Tuan? Tuan masih di sini? Sudah malam, kita harus kembali."

Wangji, "Aku ingin membaca cerita Cinderella."

Bichen, "Maaf Tuan? Ah, baik. Akan segera disiapkan."

Wangji, "Hm."

Kedua pria itu berbalik dan berjalan meninggalkan gedung mewah yang menjadi salah satu kenangan manis untuk Wangji.


***

-Wei Wuxian's Pov-

Jam berapa ini?
Jam 11?
Aku belajar keras sekali untuk paham bagaimana waktu berjalan di dunia ini, semuanya serba sulit. Belum lagi nama-nama asing benda yang sering dipakai. Televisi, Ac, Rice Cooker, dan banyak lagi.

Tapi tidak bisa kupungkiri, semua hal di dunia ini menjadi mudah. Memasak nasi hanya butuh listrik, tidak perlu diperhatikan terus menerus. Ingin pergi jauh hanya butuh memanggil taksi, tidak perlu jalan kaki menuruni bukit atau naik gunung.
Benar-benar canggih.

Tapi, apa di sini juga ada kultivator?

Diin-

Sialan!
Suara apa itu!?
Klakson? Mobil?
Jantungku seperti mau lepas karena suaranya, tch. Siapa?

Jin Shan, "Kau mau pulang atau tidak?"

Jin Shan!
Dia menjemputku!? Hahahaha.
Manis sekali, tapi aku heran, kenapa Jin Shan tidak datang ke acara jamuan makan malam tadi?
Tidak mungkin tidak diundang, 'kan?
Lanzhan tidak pendendam seperti itu harusnya.

Wuxian, "Memangnya kau ini kereta kudanya atau ibu perinya??"

Jin Shan, "Bicara apa anak aneh ini? Masuk saja."

Yi Ning, apa kau tidak tahu jika ada yang memedulikanmu? Yi Ning, apa kau tidak sadar jika saudaramu begitu peduli dan sayang padamu?
Kesalahan apa yang kau lakukan hingga kau harus mengakhiri hidupmu?
Aku yakin, kau tidak membunuh saudarimu sendiri seperti apa yang aku lakukan.
Aku yakin, kau tidak mengkhianati saudaramu sendiri seperti apa yang aku lakukan.

Yi Ning, jika saat ini aku merasa bahagia karena berada di posisimu. Apa kau marah?
Apa kau akan menghardikku?

Yi Ning, terima kasih sudah memanggilku.

Halfetti [ Discontinue ]Where stories live. Discover now