File. 2

2.4K 290 25
                                    

"Bichen."

Suara serak itu mengejutkan pria yang tengah memotong-motong lemon untuk tuannya tersebut.

Tidak ada yang pernah memanggilnya dengan nama itu lagi, bahkan tuannya sendiri. Sementara manusia-manusia lain memanggilnya dengan nama yang Lan Wangji berikan padanya, Yi Zhuan.

Bichen menoleh ke arah sumber suara, pria dengan rambut panjang berwarna abu-abu menyambut penglihatannya.

Mata pria itu terpejam, bibir tipis kemerahannya tampak memesona.

Bichen ,"Guqin."

Tidak heran siapa yang memanggil nama lamanya.

Guqin, "Tuan?"

Bichen, "Sedang duduk di ruang tamu, aku sedang menyiapkan lemon untuk teman minumnya.
Kenapa keluar?"


Tidak seperti Bichen, Guqin tidak menyenangi kehidupan manusia, Guqin tidak bisa beradaptasi sebaik dirinya.

Jadi yang Guqin lakukan hanya berdiam diri di ruangan yang Bichen siapkan sepanjang waktu.

Guqin tidak seperti Bichen yang menolak untuk ditinggalkan, jika saja ia tidak mengajak Guqin bersamanya, maka pria ini tidak akan ada di sini.

Tuan mereka tidak lagi peduli pada mereka, jadi yang bisa mereka lakukan hanya saling menjaga dan mengurus satu sama lain.

Guqin, "Bichen?"

Bichen tersentak.
Ia terkejut, seolah Guqin tahu jika saat ini ia sedang meragukan tuannya sendiri.
Pikiran laknat yang harus segera ia buang jauh-jauh.

Bichen, "Aku tidak meragukannya, aku percaya pada tuanku, apa pun keputusannya akan aku ikuti tanpa bantahan terkecuali untuk hidup sendirian."

Pria yang tengah ia ajak bicara itu tampak diam memperhatikannya, seolah-olah sedang mendelik lebih jauh air muka yang Bichen tunjukan, bohong atau tidaknya.


Guqin, "Jika tuan mengehendaki untuk tidak memakaiku lagi, itu adalah keputusannya. Sebagai alat, kau dan aku sama-sama tahu, kita tidak memiliki hak untuk meminta lebih.
Tuan sudah sangat berlapang hati membiarkan kau dan aku berada di sini. Bichen, ia tidak mungkin tidak tahu jika alasanmu ada di sini bukan hanya untuk dirinya.
Aku sudah terlalu banyak bicara, aku ada di ruangan jika tuan membutuhkanku."


Guqin melangkahkan kakinya meninggalkan Bichen yang mematung karna kata-kata yang ia keluarkan.

Satu kata pun ia tidak berani menjawab kalimat yang dikatakan Guqin, karna jauh di dalam lubuk hatinya, jauh di dalam pikirannya, itu adalah sebuah kenyataan.

Bukan hanya karna Lan wangji, bukan hanya karna tuannya itu ia ada di sini, tapi juga karna sebilah pedang yang selama ini sering berdampingan dengannya. Pedang hitam yang lama menyegel dirinya sendiri dan menghilang bersamaan dengan tuannya yang pergi dengan tragis, Suibian.

Halfetti [ Discontinue ]Where stories live. Discover now